Puasa Sebagai Perisai di Tengah Covid-19

Oleh: Nasrullah AR. (Wakil Ketua PW.NU KAL-SEL & KETUA BID. MUI KALSEL)

Tanpa terasa kita telah berada di al-‘asyrul akhir (sepuluh hari terakhir) di bulan Ramadhan yang mulia ini. Sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah SAW, pada sepuluh hari pertama di bulan Ramadhan terdapat rahmat (kasih sayang Allah), sepuluh hari pertengahan merupakan maghfirah (ampunan) dan sepuluh hari terakhir adalah (‘itqun min an-nar) pembebasan dari api neraka.

Lazimnya pada bulan Ramadhan, umat Islam disyaria’atkan untuk berpuasa sebagaimana disyari’atkan kepada umat terdahulu agar tetap kokoh mempertahankan apa saja yang telah diperintahkan oleh Allah SWT dan mencegah yang tidak diperkenakan-Nya.

Saya berkeyakinan bahwa umat Nabi Muhammmad SAW di seluruh dunia tidak akan menyia-nyiakan momentum berharga ini walaupun di tengah ujian berat adanya wabah covid-19 (Corona Virus Disease 2019).

Sungguh, ujian Allah SWT sedang menimpa hamba-Nya di tengah umat Islam sedang menahan diri dari lapar, dahaga dan kestabilan emosi demi menjalani ritual Ibadah puasa.

Pada saat bersamaan Covid-19 menyerang umat manusia dengan membabi buta tanpa memandang status apapun dan mengalami pelbagai pembatasan ekonomi, sosial dan sebagainya. Walaupun kita tahu bahwa tidak sehelai daun pun yang jatuh yang lepas dari pengawasan dan sepengetahuan Allah SWT.

Sejatinya, umat Islam sudah terbiasa menjalani pembatasan-pembatasan dalam berbagai bentuknya, sebagaimana Allah membatasi kita untuk tidak melakukan perbuatan yang dilarang, melakukan perbuatan sia-sia dan lain sebagainya.

Satu hal yang perlu dicatat adalah semua Ramadhan memiliki nilai yang sama. Memandang Ramadhan tahun ini lebih buruk dari Ramadhan-ramadhan sebelumnya adalah sebuah kekonyolan dan merupakan tindakan suul adab (tercela) kepada Allah SWT, Dzat Yang Maha Bijaksana.

Dia-lah Dzat yang menentukan kemuliaan bulan ini. Hanya orang-orang yang melewatinya dengan sia-sia yang memiliki pandangan buruk seperti itu.

Ala kulli hal, terdapat tebaran hikmah serta makna tersirat yang sangat mendalam di tengah cengkeraman wabah covid-19 di bulan suci Ramadhan kali ini yang dapat kita jadikan sebagai modal bagi kita semua dalam menyikapi fenomena ini.

Mengutip sebuah hadits, Nabi SAW bersabda bahwa puasa adalah junnah (perisai). Puasa dimaknai sebagai perisai yang melindungi dari mengikuti hawa nafsu dan syahwat yang bersifat kongkrit maupun abstrak selama di dunia dan melindungi dari siksa neraka bagi pelakunya kelak di alam baka. Bila kita korelasikan sabda Nabi SAW tersebut dengan wabah yang terjadi saat ini, maka pengejawantahan nilai-nilai puasa merupakan salah satu instrument penting bagi pemutusan penularaan wabah Covid-19. Karenanya, terkait upaya penanganan wabah Covid-19, setidaknya ada tiga kelompok yang memiliki peranan sangat penting dalam mengambil bagian dan menentukan keberhasilan.

Pertama, pemerintah atau pemimpin secara umum mesti memposisikan diri sebagai ujung tombak dalam melakukan pencegahan dan melakukan tindakan kongkrit yang tulus disertai motivasi yang berpihak kepada aspek keselamatan masyarakat tanpa ditunggangi oleh muatan kepentingan apapun dengan membentuk infrastruktur dalam menopang program penanganan Covid-19.

Kedua, Ulama berperan sebagai moral force (kekuatan moral) menjaga aspek suprastruktur berupa dorongan kekuatan norma, nilai, moral dan spiritual, harus mempunyai terobosan yang tegas tanpa ragu-ragu memberi fatwa atau pendapat yang terukur sebagai pedoman untuk menjaga kemaslahatan umat secara kosisten dan konsekuen.

Ketiga, masyarakat tetap menjaga kesadaran pentingnya menaati himbauan Ulama dan Umara sebagai bagian dari upaya nyata dalam mencegah penularan Covid-19.

Bila upaya ini dilakukan secara optimal oleh tiga kelompok tersebut, maka puasa sebagai perisai akan menemukan relevansinya dan dapat membuahkan hasil dalam upaya pencegahan dan pemutusan mata rantai penularan wabah ini.

Semoga keluarga dan kita semua senantiasa mendapat penjagaan dari Allah SWT dan tentunya ujian ini dapat segera berlalu, Amiiin.

Setiap kesusahan pasti ada kelapangan. Sesuatu yang dikerjakan dari hati yang tulus pasti akan mencapai hasil yang baik pula. Wallahu A’lam.(*)

About kalselsatu

Check Also

Inovasi Ketahanan Pangan Kota Semarang Kembali Raih Penghargaan Tingkat Nasional

Semarang,KORANPELITA com – Inovasi Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang di bidang ketahanan pangan kembali mendapatkan apresiasi …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca