Bandung, Koranpelita.com
Sampai hari ini pandemi Corona terus memakan jumlah korban yang tidak sedikit. Tidak mengenal jenis kelamin, agama, suku, bahasa, dan lainnya terus menyebar dan menular. Negara berkembang atau negara maju, sana saja semua dilindas oleh wabah.
Pada kesempatan ini, Jum’at ( 2/4) di Bandung perbincangan media dengan Dede Farhan Aulawi atau biasa dipanggil “Kang De” akan mengangkat tema tentang sikap kita dalam menghadapi musibah wabah virus Corona yang luar biasa penyebarannya.
Menurut Dede, sikap terbaik adalah ikhtiar, do’a dan sabar. Ikhtiar artinya kita harus berusaha semaksimal mungkin agar tidak terpapar oleh virus. Teknisnya mengikuti petunjuk pemerintah mulai dari social distancing, work from home, dan stay at home. Disamping harus jaga kebersihan, berjemur dan rajin cuci tangan, serta jaga asupan makan yang sehat seperti vitamin dan sebagainya. Atur juga fikiran agar tidak panik dan resah yang bisa menurunkan sistem kekebalan tubuh.
Setelah itu sebagai mahluk yang beriman, kita juga harus rajin beribadah dan berdo’a memohon pada Allah Yang Maha Kuasa agar diberi perlindungan, keselamatan dan kesehatan serta terhindar dari wabah virus Corona ini. Berdo’a untuk diri kita, keluarga kita, dan juga seluruh umat manusia. Jika ada yang lalai dan durhaka, dimohonkan juga untuk diberi petunjuk, rahmat dan hidayah-Nya agar bertaubat sehingga tergolong menjadi hamba yang diridhoi-Nya. Aamiin
Setelah ikhtiar dan do’a, maka akhirnya kita harus bisa bersabar dalam menerima musibah ini, karena orang-orang yang bersabar akan diberikan ganjaran pahala tanpa batas.
Kemudian Dede juga menjelaskan 3 jenis kesabaran, yaitu (1) Sabar di atas ketaatan, (2) Sabar menahan diri dari kemaksiatan, dan (3) Sabar di atas cobaan, ujian, dan penderitaan yang Alloh Ta’ala turunkan kepadanya.
Jadi seburuk atau separah apapun kondisi wabah virus Corona saat ini, jika sudah berusaha dan berdo’a, maka harus berlapang dada dan berbesar hati serta menerimanya dengan ikhlas dan sabar.
Suatu saat Aisyah radhiyallahu ‘anha bertanya kepada Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam tentang _tha’un_ (wabah)”. Lalu Rasulullah menjawab,
*”Sesungguhnya wabah adalah azab yang ditimpakan Alloh kepada siapapun yang dikehendaki-Nya. Namun Dia menjadikan wabah sebagai rahmat untuk kaum mukminin. Saat terjadi wabah, siapapun yang berdiam di rumahnya dengan penuh kesabaran dan berharap pahala. Sambil meyakini bahwa dia tidak akan terkena sesuatu, kecuali yang telah ditakdirkan Alloh. Orang yang seperti itu, pasti akan mendapatkan pahala orang yang syahid”*
(HR. Ahmad).
Dari hadits di atas, ada 4 kualifikasi seorang mukmin akan mendapat pahala syahid, yaitu (1) Berdiam di rumah sebagai salah satu bentuk “ikhtiar” agar tidak tertular wabah atau menulari orang lain. Ini tentu sangat selaras dengan himbauan pemerintah supaya kita melakukan “social distancing” dan “stay at home”. (2) Sabar dan ridha/ ikhlas menerimanya dan tidak banyak mengeluh. (3) Berharap pahala. Pahala menjalankan perintah Alloh dan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam. (4) Beriman dengan takdir. Bahwa apapun yang terjadi, itu karena “iradah (kehendak)” dan izin Allah Azza wa Jalla. Sebab tanpa izin-Nya, tidak ada sehelai daunpun yang bisa jatuh.
Dengan demikian jika bisa memenuhi kualifikasi di atas, maka in Sya Alloh akan mendapatkan pahala orang yang syahid. Walaupun ia tidak terjangkiti wabah. Apalagi bila terjangkit dan meninggal. Atau terjangkiti dan bisa sembuh.
” Akhirnya kita bermohon pada Allah Azza wa Jalla agar mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap bersabar, ikhlas dan ridha atas segala kehendak-Nya. Aamiin YRA, ” pungkasnya. (djo)