Riau, Koranpelita.com
Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) menyiapkan stasiun pasang surut Telemetri di Tanjung Medang, Riau guna mendukung survei hidrografi tiga negara, yakni Indonesia, Malaysia dan Singapura di area perairan Selat Malaka dan Selat Singapura.
Mulai 1 Maret 2020, Tiga Negara yakni Indonesia, Malaysia, dan Singapura terlibat dalam “3rd Phase Joint Hydrographic Survey of Malacca and Singapore Straits”, di perairan perairan Selat Malaka dan Selat Singapura.
Kapushidrosal Laksda TNI Dr. Ir. Harjo Susmoro, S.Sos., S.H., M.H di Mako Pushidrosal Jakarta, mengatakan bahwa kegiatan survei bersama ini merupakan survei hidrografi untuk memutakhirkan data kedalaman dan posisi Sarana Bantu Navigasi (SBNP) di sepanjang alur pelayaran di Selat Malaka dan Selat Singapura, khususnya Peta Laut Elektronik Selat malaka dan Selat Singapura (Malacca Singapore Strait – Electronic Navigational Charts/MSS-ENC). Selasa (24/3).
“Pelaksanaan survei bersama meliputi survei batimetri area di perairan Selat Malaka, pengukuran posisi SBNP serta pengukuran pasang surut untuk koreksi hasil survei. Untuk mendukung survei tersebut, Pushidrosal mendukung menyiapkan stasiun pasang surut telemetri di Tanjung Medang Riau” kata Kapushidrosal.
Stasiun pasang surut Pushidrosal dipasang dengan sistem telemetri, yang artinya sistem ini telah dilengkapi dengan berbagai perangkat yang mampu merekam data, mengirimkan dan menyimpan pada cloud server, serta menampilkan data secara realtime sehingga dapat diakses melalui perangkat seperti komputer personal, laptop dan telepon android (multiple devices).
“Stasiun pasang surut Tanjung Medang didirikan di Dermaga Posal Tanjung Medang Provinsi Riau. Lokasi Tanjung Medang dipilih karena paling dekat dengan area survei batimetri Selat Malaka yang saat ini sedang berlangsung” tambah Kapushidrosal.
Selain bertujuan untuk mendukung data pasang surut untuk koreksi vertikal hasil survei batimetri Selat Malaka, pengukuran pasang surut ini akan berlangsung rentang waktu yang panjang guna mendapatkan data perhitungan Lowest Astronomical Tide (LAT) perairan sekitar Selat Malaka.
“Pelaksanaan survei hidrografi tiga negara ini diawali dari hasil pertemuan Tripartite Technical Experts Group (TTEG) ke-38 pada 2013 di Bali. Saat itu Jepang menyatakan akan berkontribusi untuk pelaksanaan survei hidrografi di 5 titik kritis di Selat Malaka dan Selat Singapura yang 3 lokasi di antaranya berada di Indonesia” pungkas Chief Hydrographer Indonesia tersebut.
Pelaksanaan “3rd Phase Joint Hydrographic Survey of Malacca and Singapore Straits” ini akan berlangsung selama 60 hari di area perairan traffic separation scheme (TSS) Selat Malaka dengan kedalaman kurang dari 30 meter. Pushidrosal mengirimkan tim pengukuran pasang surut Tanjung Medang dari Disosemet selama 60 hari, dengan kegiatan antara lain; pendirian stasiun pasang surut telemetri, pemasangan rambu pasut (palem), dan pelaksanaan levelling nol palem terhadap BM.
Pushidrosal selaku Chairman dan administrator peta navigasi elektronik selat Malaka dan selat Singapore (MSS-ENC), selanjutnya bersama Malaysia, Singapura dan MSC dari Jepang akan memproses lanjut hasil survei sampai dengan menjadi produk peta navigasi elektronik yang disepakai tiga negara pantai yaitu Indonesia, Malaysia dan Singapore, serta Jepang sebagai pendukung pendanaan pelaksanaan kerjasama survei.(ay)