Sampit, Koranpelita.com.
Muhammad Gumarang, tokoh peduli anti narkoba di Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur ( Kotim) Provinsi Kalteng, yang pernah menerima penghargaan dari sebuah lembaga , sebagai tokoh peduli nasional anti narkoba mengungkapkan, merambahnya virus corona atau copid 19 berasal dari Provinsi Wuhan Republik Rakyat China telah membuat negara belahan dunia ketakutan, apa lagi sekarang telah menular di banyak negara sehingga membuat dampak negatif khususnya terhadap perekomian dunia yang mengalami kemerosotan.
Hal ini ternyata membuat Indonesia bingung, karena diduga oknum pejabat Indonesia yang pernah membuat penyataan yang bersifat spekulatif, yaitu Indonesia tidak dijamah corona, sebab pola makan minum Indonesia memiliki bahan kandungan ketahanan tubuh atau imunitas terhadap corona, namun kenyataannya, Indonesia dipermalukan oleh pernyataan spekulatif oknum pejabat Indonesia tersebut,terbukti bahwa indonesia pun terjangkit virus tersebut akibat keteledoran sistim pengawasan di bandara sehingga orang Jepang tersebut tidak terdeteksi dan kemudian menularkan kepada teman wanitanya di Indonesia yaitu sebanyak 2 orang wanita ibu dan anak. Hal ini tidak menutup kemungkinan akan menularkan kelain.
Melihat kejadian tersebut pemerintah Indonesia melalui Presiden Joko Widodo meningkatkan keseriusan dengan menyiapkan 100 rumah sakit rujukan seluruh Indonesia,akan membangun rumah sakit khusus corona dengan daya tampung 1.000 pasien dan meningkatkan sanitasi lingkungan bersih, pembentukan tim-tim khususnya dan lainnya, semua itu biaya ditanggung negara.
Disisi lain Indonesia adalah darurat narkoba sehingga Presiden Joko Widodo menyatakan perang memberantas narkoba,karena kematian akibat narkoba mencapai 50 orang perhari melebihi kematian akibat penyakit TBC 13 orang perjam atau 300 orang perhari, sedangkan kematian akibat corona sekitar 2 persen jauh lebih kecil namun lebih menakutkan.
Kejadian corona ini membuat para pengguna, pengedar,gembong narkoba membuatnya seperti hilang perhatian pemerintah atau membuktikan pemerintah kurang maksimal memberantas narkoba, kondisi ini bisa menjadi ruang agak terbuka menurut mafia narkoba dalam melancarkan aksinya merekapun mungkin tertawa walau juga dalam ketakutan karena corona atau copid 19 tidak mengenal siapapun sehingga menakutkan bagi pelaku, pengedar, gembong narkoba karena ternyata merekapun takut dengan mati, sekalipun itu jauh lebih kecil tingkat kematian dibanding akibat narkoba dan waktunya bisa temporer seperti kasus SAR S, flu burung dan lain sebagainya. ( Ruslan AG).