Jakarta, Kotanpelita.com
Pucuk Pimpinan Muslimat Nahdlotul Ulama (PP Muslimat NU) bekerja sama dengan Badan PBB Unicef dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menggelar bahtsul masail dengan tema Pencegahan Pernikahan Anak Usia Dini, di Jakarta, Sabtu 15 Februari 2020.
Menteri PP dan PA Gusti Ayu Bintang Darmawanti, SE, MSI hadir bersama
Chief of Java Field Office Unicef Arie Rukmantara, Hj Yeni Wahid dan pengurus Muslimat NU dari berbagai daerah.
Arie Rukmantara menyebutkan pihaknya mendukung pencegahan pernikahan usia Anak Indonesia adalah salah satu contoh baik dengan segala usaha dan pencarian solusi dan kajian kajian.
Menurutnya di Indonesia masih ada 50 persen pernikahan anak usia anak dini. Untuk itu pihaknya menyanbut baik kegiatan Muslimat NU.
“Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi Muslimat NU, danp harapan Unicef ada aksi di masyarakat, ustadzah harus berperan menyampaikan hasil bahtsul masail ini,” paparnya.
Menteri PP dan PA menegaskan pihaknya memerlukan patner kerja guna mengetahui problem pencegahan pernikaha usia anak.
“Tidak hanya dipernikahan saja, tetapi pekerja anak usia dini masih banyak sebagai pekerja di area wisata Bali,” terangnya.
Semua masalah lanjut menteri hulunya adalah faktor penopangnya adalah ekonomi.
Bintang mengajak selalu bergandengan tangan dalam hal ini. Presiden Jokowi menargetkan pengurangan problem masalah anak usia dini.
Pencegahan pernikahan anak usia dini disetiap daerah mulai menggeliat. Kementrian PP dan PA berkomitmen enam tokoh agama, termasuk Muslimat NU untuk bekerjasama. Harapannya Indonesia layak Anak 2030.
Yeni Wahid mengemukakan perlunya
komitmen perbaikan kwalitas bangsa, Muslimat NU paling depan. MuslimatNU ini adalah pejuang-pejuang yang luar biasa.
“Masalah pernikahan usia dini, sudah menjadi perhatian sampai ke akar rumput” paparnya.
Yeni Wahid menyebutkan kejelian Unicef menggandeng Muslimat NU sangat luar biasa.
Hak untuk berketurunan yang baik, ekonomi, keamanan manjadi hal yang harus diprioritaskan
Upaya kita membangun masyarakat yang berkwalitas menjadi terhambat, karna efek dari pernikahan dini.
“Anak usia remaja yang masih labil dihadapkan urusan keluarga dengan ketidaksiapan berumah tangga sehingga cenderung perceraian dini sangat berpotensi sekali,” terangnya.
Untuk itu lanjutnya masyarakat harus bisa mengubah pemahaman yang lebih mengutamakan kepada kwalitas anak bangsa.
Yeni Wahid berharap bahtsul masail tidak cukup sampai pada kegiatan di kajian kajian, tetapi harus ada kampanye penyadaran langsung di masyarakat. (SMS)