Kudho Galih Manggolo, Kuda Lumping Modern 

Trenggalek, Kotanpelita.com

Kuda lumping,   kesenian tradisional yang menggambarkan sekelompok prajurit penunggang kuda. Tarian ini sangat populer di masyarakat Jawa, khususnya Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur.

Kuda yang di gunakan dalam tarian ini bukanlah kuda sungguhan, namun kuda yang terbuat dari bambu yang di anyam dan dibentuk dan dihias menyerupai kuda. Kebanyakan Kuda lumping menonjolkan tarian dengan mengutamakan unsur magis dan berbahaya seperti makan beling (pecahan kaca), berjalan di atas pecahan kaca atau beberapa atraksi berbahaya lainnya.

Namun, tidak dengan ‘Kudho Galih Manggolo’. Paguyuban kesenian kuda lumping yang dipimpin oleh Mbah Bayan Yoto dari Desa Malasan, Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, ini mengutamakan gerakan tari.

Tarian dalam kuda lumping ‘Kudho Galih Manggolo’ menggambarkan jiwa kepahlawanan para parjurit berkuda dalam peperangan. Tidak lagi ada lagi unsur magis aksinya.

“Kudho Galih Manggolo boleh dikatakan kreasi kuda lumping modern. Selain tarian kepahlawanan para prajurit berkuda, juga menampilkan kreasi lagu-lagu tradisional jawa yang dikemas modern. Tidak hanya itu kami bahkan bisa menampilkan juga pelawak terkenal untuk menghibur para penonton,” jelas Mbah Bayan Yoto.

Lebih lanjut Mbah Bayan Yoto menjelaskan, pertunjukan kuda lumping Kudho Galih Manggolo yang berjumlah 40 personel ini bukan dilakukan di tanah lapang lagi. Namun sudah di atas panggung ukuran 8 x 10 meter dengan desain panggung berlatar belakang candi. Untuk menambah keindahan penampilan pertunjukan malam hari, permainan lampu menjadikan efek pertunjukan semakin seru, bagus dan keren.

Dalam pertunjukannya, Penari Kuda Lumping biasanya terbagi menjadi 3 bagian. Pada bagian pertama biasanya dilakukan oleh beberapa penari wanita, dengan menunggangi kuda mereka menari dengan gerakan yang lembut dan dinamis. Kemudian pada bagian kedua, biasanya dimainkan oleh beberapa penari pria. Pada bagian ini para penari menari dengan gerakan yang menggambarkan keberanian para prajurit penunggang kuda di medan pertempuran. Dan yang terakhir adalah bagian yang dimainkan oleh beberapa pria yang menunggangi kuda. Sambil memainkan pecut, mereka menari mengikuti iringan musik.

Mbah Bayan Yoto menambahkan, saat ini Paguyuban Kuda Lumping Kudho Galih Manggolo tidak hanya tampil di wilayah Kabupaten Trenggalek saja, namun sudah bermain di kota lain di Jawa Timur. Bahkan, Kudho Galih Manggolo selalu menjadi langganan tampil mengisi acara hajatan personal, peringatan ulang tahun perusahaan maupun Instansi pemerintah.

“Cita-cita kami ingin tampil di Ibu Kota Jakarta, semoga ada perusahan swasta maupun BUMN yang bersedia melestarikan budaya daerah kuda lumping dengan memanggil Kudho Galih Manggolo ,” pungkasnya. (djo)

About redaksi

Check Also

Mengapa Disiplin dan Bersih Begitu Susah Di Indonesia ?

Oleh  : Nia Samsihono Saat aku melangkah menyusuri Jalan Pemuda Kota Semarang aku mencoba menikmati …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca