Surabaya, Koranpelita.com
Sebagai upaya mewarisi semangat patriotisme sekaligus mengenang pertempuran Laut Arafuru tahun 1962, Komandan Komando Pembinaan Doktrin Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Laut (Dankodiklatal) Laksda TNI Nurhidayat dan perwakilan prajurit antap dari berbagai satuan kerja serta siswa Kodiklatal Nonton Bareng (Nobar) Film perjuangan Komodor Yos Sudarso dalam pertempuran laut melawan Belanda. Nobar ini dilaksanakan di Gedung Moeljadi kesatrian Bumimoro Kodiklatal Surabaya.
Hadir dalam kegiatan terebut para pejabat Utama Kodiklatal diantaranya Wadan Kodiklatal, para Direktur Kodiklatal, para Komandan Kodik, Komandan Puslat serta para Komandan Pusdik dan Komandan Sekolah dijajaran Kodiklatal.
Adapun rangkaian acara diawali dengan pembukaan, sambutan Kasal yang dibacakan Komandan Kodiklatal, pemutaran film mengenang pertempuran Laut Arafuru, mengheningkan cipta yang dipimpin oleh Komandan Kodiklatal, Do’a Bersama secara Islam dan Katholik, persembahan lagu gugur bunga dan diakhiri penutup.
Kasal Laksamana TNI Siwi Sukma Adji, S.E., M.M dalam sambutan yang dibacakan Komandan Kodiklatal menyampaikan bahwa pertempuran laut Arafuru yang terjadi pada tanggal 15 Januari 1962 telah tercatat sebagai pertempuran laut paling heroik dalam sejarah Indonesia. Tiga kapal cepat ALRI jenis Motor Torpedo Boat atau MTB, yaitu RI Harimau, RI Matjan Tutul, dan RI Matjan Kumbang harus berjibaku melawan tiga kapal kombatan dan sebuah pesawat udara kerajaan belanda. Ketiga MTB yang tergabung dalam Satuan Tugas Chusus-9 atau STC -9 ini, sebenarnya mengemban tugas infiltrasi mendaratkan pasukan angkatan darat di timur Kaimana sebagai langkah awal perjuangan Trikora.
Sesuai dengan rencana operasi, unsur-unsur STC-9 harus kembali ke pangkalan manakala posisinya diketahui musuh. Namun armada tempur Belanda terus mengejar dan menyerang tiga MTB ALRI ini. Di tengah situasi genting dengan kekuatan yang tidak seimbang itu, deputii men-KSAL Komodor Yos Sudarso yang berada di RI Matjan tutul sebagai senior officer present afloat mengambil alih komando kapal tersebut dengan melakukan manuver menyongsong gerak maju tiga kapal kombatan Belanda, sehingga serangan semua kapal musuh tertuju pada RI Matjan Tutul.
Kumandang “Kobarkan Semangat Pertempuran” yang diserukan oleh Komodor Yos Sudarso lewat radio telefoni, mengiringi perlawanan Ri Matjan Tutul menghadang armada musuh yang lebih unggul kekuatannya. Ri Matjan Tutul tenggelam secara gentle and brave bersama Komodor Yos Sudarso yang gugur sebagai kusuma bangsa. Pengorbanan pahlawan samudera itu justru mengobarkan sentimen nasional untuk segera mengembalikan Irian Barat ke pangkuan ibu pertiwi dan berhasil diwujudkan pada tanggal 1 mei 1963.
Nilai-nilai pertempuran Laut Arafuru yang luhur ini harus menjadi jiwa dan semangat generasi penerus untuk menghadapi tantangan tugas masa kini dan masa depan yang tidak kalah beratnya. Pentingnya arti pewarisan nilai-nilai kepahlawanan pertempuran Laut Arafuru ini, menjadi pertimbangan utama TNI Angkatan Laut menggelar acara mengenang pertempuran Laut Arafuru pada malam hari ini. Acara ini juga dilaksanakan secara serentak oleh seluruh satuan angkatan laut baik di dalam maupun yang sedang bertugas di luar negeri
Acara mengenang pertempuran laut arafuru, memiliki dua tujuan. Pertama, acara ini diselenggarakan sebagai salah satu bentuk penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para pahlawan pertempuran laut arafuru dan pertempuran laut lainnya, yang telah mengorbankan jiwa dan raganya demi mempertahankan keutuhan negara kesatuan republik indonesia yang kita cintai. Sejarah membuktikan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang selalu menghargai jasa para pahlawannya.
Tujuan kedua yang tidak kalah pentingnya adalah mewariskan nilai-nilai luhur para pahlawan pertempuran laut kepada generasi penerus untuk dapat diaktualisasikan dalam tugas-tugas kekinian. Kenyataan telah memperlihatkan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki karakter nasionalnya yang mampu menyaring nilai-nilai global untuk kepentingan nasionalnya.(ay)