Oleh: Dr Mulyono D Prawiro
Akhir-akhir ini banyak sekali pemimpin kita mulai mengeluh, tidak tenang, ketika menghadapi berbagai masalah yang muncul dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin, baik itu pemimpin di dalam pemerintahan maupun pemimpin dalam suatu organisasi. Dalam kenyataannya, mereka banyak yang belum siap, apalagi menghadapi banyaknya masalah yang timbul dan menghadapi pula masa-masa sulit dalam menentukan kebijakan. Mereka tidak menyangka, bahwa sebagai seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya akan banyak menghadapi masa-masa yang sulit. Tidak sedikit yang berpikir, setelah menjadi pemimpin semuanya akan berjalan dengan baik, mulus dan lancar tanpa hambatan.
Disinilah perlunya diuji, apakah seorang yang telah duduk di kursi kepemimpinan dan menjalankan tugas sebagai pemimpin organisasi ataupun memimpin pemerintahan itu adalah pemimpin sejati atau hanya sekedar pemimpin biasa, yang mengejar ambisi pribadi dan ingin disebut sebagai pemimpin. Pemimpin yang hebat akan terlihat bila mendapatkan tantangan, terutama dalam bertindak maupun dalam pengambilan keputusan dan juga dalam menghadapi masa-masa sulit ataupun dalam kondisi terjepit. Justru dalam keadaan terjepitlah kepemimpinan seseorang akan diuji, di sini akan terlihat, mana pemimpin hebat dan mana yang bukan pemimpin. Pemimpin yang hebat akan tampil gemilang di saat-saat kondisi sulit dan terjepit serta banyak masalah. Mereka tampil di depan dan memberikan solusi, bukan memperkeruh suasana ataupun memperluas masalah.
Kalau harapan seorang pemimpin itu semua bisa berjalan dengan mulus dan lancar, maka mereka bukan pemimpin yang hebat melainkan hanya pemimpin yang biasa-biasa saja, serta bukan pemimpin yang didambakan. Mantan Walikota New York, Rudy Giulani, mengatakan, “Saat orang yang tepat menjadi pemimpin, dia bahkan menjadi lebih baik selama masa-masa sulit. Artinya, saat sebuah organisasi memiliki momentun, hampir semua orang bisa memimpin. Mereka hanya bisa mencari tahu tujuan anak buah dan mencoba memimpinnya di depan mereka. Namun di saat tidak ada momentum, maka banyak pemimpin yang kehilangan arah dan tidak mampu memberikan dorongan kepada anak buah untuk berbuat ataupun menciptakan event creation untuk kemajuan organisasi.
John C Maxwell dalam bukunya yang berjudul The Leadership Hondbook mengatakan, bahwa pemimpin yang paling dihormati didenominasi adalah mereka yang tidak pernah mendatangkan masalah, dan selalu berhasil untuk mengendalikan semuanya agar tetap tenang dalam organisasi mereka. Salah satu tujuan kepemimpinan adalah mengajak orang lain untuk berpartisipasi, menginspirasi banyak orang, dan melengkapi mereka untuk melakukan sesuatu yang mengutungkan, bukan untuk kepentingan sendiri, tetapi untuk kepentingan banyak orang, dan yang paling penting adalah mereka mau bekerja bersama. Untuk melakukan itu semua, pemimpin harus menjalin hubungan yang baik dengan siapa pun, mengasihi sesama, akrab dengan banyak orang, dan mampu bergerak maju, mengambil langkah berani dan tidak harus menunggu adanya persetujuan dari orang lain ata pun dari bawahannya.
Bila seorang pemimpin mampu menghadapi masa-masa sulit, saat itulah mereka bisa tampil menonjol dan memperlihatkan jati dirinya, karena mereka bisa memimpin banyak orang yang begitu sulit dan perlu adanya keberanian yang besar untuk itu. Setiap ada perubahan, setiap ada tantangan dan setiap ada krisis yang menuntut adanya keputusan sulit dan mendesak, cara menangani itulah yang membedakan antara pemimpin yang handal dan pemimpin yang biasa-biasa saja. Salah satu yang menonjol dari seorang pemimpin yang handal antara lain, mereka berani mengambil keputusan sulit di saat kondisi gawat atau tidak menentu, dan menuntut adanya resiko yang besar. Mereka harus melakukan sesuatu yang orang lain tidak bersedia melakukannya dan berani mempertaruhkan dirinya meskipun akhirnya bisa saja gagal. Larry Osborne mengatakan, bahwa “Hal paling mencolok tentang pemimpin yang efektif adalah betapa sedikitnya kesamaan mereka. Satu hal yang sangat diyakini, begitu seringnya ditentang oleh orang lain. Namun ada satu kesamaan mencolok, pemimpin efektif mereka bersedia mengambil resiko”.
Kadang-kadang dalam mengambil keputusan penting bisa saja bertentangan dengan batin. Hal ini disebutkan oleh seorang Psikoterapis bernama Sheldon Koop, bahwa semua pertempuran penting berkobar dalam diri kita sendiri. Masa-masa sulit yang dihadapi dan setiap mengenal kesulitan biasanya berawal dari diri sendiri, bukan muncul dari orang lain. Jika semua berjalan lancar dan mulus, itu bukan kesulitan namanya. Setiap keputusan sulit yang dibuat, biasanya banyak yang dipertanyakan, bahkan akan dikritik habis-habisan. Itu juga akan mendatangan konsekuensi tertentu, itulah sebabnya disebut sebagai keputusan sulit. Ini yang sering muncul adanya pertentangan batin yang timbul jauh sebelum sorot lampu diarahkan kepada pemimpin, bahkan banyak orang yang tidak sadar kalau itu bisa terjadi.
Mengambil keputusan penting tidaklah mudah, karena sebagian besar keputusan sulit akan berakhir pada pertempuran dengan orang lain, meskipun ambisinya adalah untuk kemenangan pertama dalam dirinya. Pemimpin yang hebat tentunya akan berani mengambil keputusan, terlepas seberapa sulit keputusannya dan seberapa sulit konsekuensinya. Banyak orang bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena sebagai pemimpin tidak pernah mengeluh meskipun menghadapi masa-masa sulit. Mereka percaya, bahwa dengan menghadapi masa-masa sulit dan berhasil melewati tantangan itu, maka mereka akan menonjol dan tampil gemilang sebagai pemimpin yang terbaik dan hebat. Hanya pemimpin yang terbaiklah yang mampu melewati masa-masa sulit itu dan dapat mengambil keputusan berat dan sangat menonjolkan diri serta tampil menjadi pemimpin. Kalau tidak hati-hati masa-masa sulit bisa saja menjadi penghancur karier kepemimpinan, tetapi juga bisa membentuk dan menggembleng seseorang untuk melaju ke karier kepemimpinan yang lebih cemerlang.
Salah satu kunci untuk menjadi siap pada masa kejayaan adalah mengambil keputusan sulit pada menit awal datangnya momen, dan melakukan hal-hal kecil, sulit dan yang tidak terlihat. Itu bertujuan untuk mempersiapkan menghadapi kesulitan besar. Namun jangan berharap jika enggan untuk menangani kesulitan kecil, akan mampu menghadapi tantangan yang lebih besar lagi. Akan tetapi, jika seseorang mampu menangani kesulitan kecil dengan baik, maka mereka akan mampu pula tampil cemerlang selama menghadapi kesulitan besar. (Penulis, dosen Pascasarjana, Anggota Senat Universitas Satyagama dan Universitas Trilogi, Jakarta)