Ternak Lebah Trigona, Model Wisata Produktif Ala Genppari

Jakarta, Koranpelita.com

Produk pariwisata pada dasarnya adalah produk kreatif. Disamping memanfaatkan keindahan yang sudah disiapkan oleh alam, tetapi juga butuh sentuhan – sentuhan olah fikir untuk membuat produk wisata menjadi dikenal, diminati dan banyak dikunjungi. Inilah dasar pengembangan konsep wisata yang digagas oleh Tim Kreatif Gerakan Nasional Pecinta Pariwisata Indonesia (Genppari).

Di kesempatan ini media mencoba berbincang – binsang dengan Ketua Umum Genppari Dede Farhan Aulawi, di Jakarta (8/1). Dia dan Tim Kreatifnya terus berkontemplasi untuk melahirkan ide – ide kreatif. Bukan saja dari jumlah secara kuantitatif, tetapi juga dari keragaman objeknya. Seperti kali ini, Genppari telah bekerjasama dengan Komunitas “Spirit An Nahl” dalam mengembangkan Wisata Produktif Ternak Lebah. Disamping ada unsur wisata, tetapi juga harus produktif untuk menghasilkan nilai ekonomi. Bahkan ada unsur petualangannya bagi mereka yang senang berburu lebah ke gunung atau hutan. Agak capek memang, tapi seni alam yang dibalut oleh panggilan jiwa dalam berpetualang akan menghasilkan sensasi jiwa yang sangat berharga. Ujar Dede.

Selanjutnya Dede juga menyampaikan bahwa saat ini geliat usaha di bidang ternak lebah sudah mulai membudaya. Tentu kita sambut gembira karena bisa menghasilkan sesuatu yang bernilai guna. Baik untuk memasok kebutuhan madu di dalam negeri dan juga di luar negeri. Ternak lebah atau apikultur, (dari bahasa Latin apis, lebah) pada dasarnya merupakan perawatan koloni lebah madu yang menetap di sarangnya oleh manusia. Jadi semacam budidaya lebah produktif dan tidak berbahaya. Peternak lebah atau biasa disebut Apiaris biasanya beternak lebah untuk mengumpulkan madu dan produk-produk lain dari sarangnya. Termasuk lilin lebah, propolis, pollen, dan royal jelly, atau menghasilkan lebah untuk dijual ke peternak lainnya. Tempat lebah diternakkan disebut apiari atau “ladang lebah”.

“ Salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam usaha ternak lebah, adalah dalam hal pemilihan tempat,karena terkait dengan hasil, kualitas madu dan umur dari lebah itu sendiri. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada pertimbangan suhu, sepi (tidak ramai), terdapat sumber air, banyak bunga – bunga, dan jauh dari kebiasaan munculnya angin kencang, serta mudah diakses kendaraan “, ujar Dede.

Lebah yang tersedia di alam itu tidak homogen, artinya ada beberapa jenis lebah seperti (1) Lebah Pekerja yang bertugas untuk mencari nectar dan mengumpulkannya, membersihkan sarang, memberi makan lebah jantan dan lebah ratu, menjaga sarang lebah agar tetap aman, bertugas mengumpukan tepung saridan air serta lebah ini juga yang bertugas membangun sarang lebah, (2) Lebah Ratu, yaitu lebah yang paling penting karena selalu diikuti oleh lebah pekerja dan lebah jantan, serta dalam sehari bisa menghasilkan lebih dari 1000 telur, (3) Lebah Jantan yang bertugas mengawini lebah ratu. Setelah mengawini lebah ratu lebah ini akan segera mati. Memiliki tubuh paling besar dibandingkan lebah lainnya. Dia mempunyai dua testis yang masing-masing dapat menghasilkan spermatozoa.

Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah soal pemilihan Bibit Lebah Madu Unggul, yang bisa didapatkan dengan cara (1) Memasang Perangkap, (2) Berburu di Alam Liar, dan (3) Membeli Koloni Lebah Madu Lengkap dengan Stup/Glodog. Tentu masing – masing pilihan ini ada plus minusnya, tergantung pada pertimbangan masing – masing orang. Cara membeli koloni merupakan cara yang banyak dipilih, jadi kita tinggal memilih bibit unggul yang sudah dipasarkan. Lalu juga harus memperhatikan apa yang disebut Manajemen Koloni guna mengontrol koloni, dengan tujuan untuk memaksimalkan setiap peforma koloni, apakah terlalu banyak sehingga perlu dipecah atau terlalu sedikit sehingga perlu penggabungan atau bahkan pergantian ratu, bisa juga menginduksi ratu.

Dari sekian banyak jenis pilihan lebah ini, yang paling diminati saat ini adalah jenis Trigona sp, karena selama belasan tahun harga madunya belum pernah turun dan produksinya selalu belum mencukupi kebutuhan. Disamping itu ternak lebah Trigona sp tidak mengganggu aktivitas seseorang dalam menekuni pekerjaan utamanya, sehingga bisa menjadi alternatif bisnis sampingan. Juga tidak memerlukan banyak waktu, biaya, dan tenaga, sehingga setelah ditangkarkan, maka cukup dibiarkan dan tinggal panen madu di setiap 3 bulannya. Sesekali waktu, hanya perlu dilakukan pembersihan kandang agar tidak tumbuh sarang laba-laba yang merupakan predator dari lebah ini.

“ Dari aspek pemasaran selama ini tidak pernah mengalami kendala karena permintaan terus datang dari berbagai daerah untuk mengonsumsi suplemen makanan yang sehat dan alami. Madu ini dipercaya oleh masyarakat mampu meningkatkan stamina serta daya tahan tubuh. Bahkan meringankan berbagai macam penyakit, seperti asam urat, stroke, asma, rematik, dan proses pemulihan pasca-sakit. Apalagi, bagi mereka yang penat di perkotaan, beternak lebah ada sensasi kesenangan sendiri. Terlebih jika ingin berburu lebah secara langsung di hutan – hutan atau gunung. Jangan takut kena sengatan, karena lebah jenis ini tidak menyengat, “ pungkasnya. djo)

About redaksi

Check Also

Inovasi Ketahanan Pangan Kota Semarang Kembali Raih Penghargaan Tingkat Nasional

Semarang,KORANPELITA com – Inovasi Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang di bidang ketahanan pangan kembali mendapatkan apresiasi …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca