Ritase Optimalkan Digitalisasi Manajemen Distribusi Nestlé Indonesia
Jakarta,Koranpelita.com
Guna mengoptimalkan distribusi produk-produk Nestlé, Ritase mengembangkan aplikasi layanan SaaS (Software as a Service) yang dapat menjamin ketersediaan angkutan, komunikasi yang lebih lancar dengan transporter, dan informasi pengiriman real time yang mampu menjawab kebutuhan perusahaan untuk selalu berinovasi dalam meningkatkan standar operasional pada skala nasional.
“Nestlé Indonesia berambisi untuk menerapkan sistem terintegrasi yang mampu menghubungkan seluruh pemangku kepentingan dalam aktivitas distribusi dengan informasi real time. Kami ingin terus berinovasi untuk mengejar efektivitas, efisiensi, dan keberlanjutan distribusi kami. Kami menghargai dukungan tim Ritase dalam mengakselerasi efisiensi kegiatan operasional di semua lokasi kami,” kata Calvin Widjaja, Head of Supply Chain Nestlé Indonesia di Jakarta, Kamis (26/12/2019).
Pada 20 December, Ritase meresmikan inovasi pengembangan fitur layanan SaaS (Software as a Service) untuk Nestlé Indonesia, sekaligus merayakan keberhasilan kerja sama yang telah terjalin selama lebih dari satu tahun. Perayaan keberhasilan Ritase dan Nestlé Indonesia dihadiri oleh Supply Chain Manager Zone AOA (Asia, Oceania, Sub-Saharan Africa) Nestlé Luca Fichera, Iman Kusnadi selaku CEO/Founder Ritase, dan David Samuel, selaku CTO/Co-Founder Ritase.
“Kerjasama ini membuktikan kemampuan perusahaan rintisan lokal seperti Ritase dalam memajukan usaha logistik dalam negeri. Kami berterima kasih kepada Nestlé Indonesia yang telah memberikan kepercayaan kepada Ritase untuk menjadi digital partner dalam manajemen supply chain,” ujar Iman Kusnadi CEO/Founder Ritase.
Tahun ini Ritase telah berhasil mendapatkan pendanaan Seri A sebesar 8,5 juta dolar AS untuk mendorong pertumbuhan bisnisnya sebagai pelopor layanan trucking digital di Indonesia. Pendanaan tersebut diberikan oleh Golden Gate Ventures sebagai investor terbesar, sebuah perusahaan venture capital berbasis di Singapura dengan portofolio investasi pada 30 perusahaan yang tersebar di tujuh negara Asia. (Vin)