Jakarta, Koranpelita.com
Partai Amanat Nasional (PAN) sedang bersiap-siap melaksanakan tradisi lima tahunan, yakni Kongtes PAN yang Ke-5 Februari 2020 mendatang.
Instruktur.Nasional dan inisiator PAN Syafrudin Darwis dalam perbincangan dengan koranpelita.com, di Jakarta menegaskan, betul PAN akan mengadakan Kongresnya yang Ke-5 Februari 2020 mendatang, namun tempat dan tanggalnya belum bisa ditentukan.
” Seperti diketahui, kita sudah pernah mengadakan Kongres PAN sebanyak 4 kali, Kongres yang pertama di Yogyakarta tahun 2000, Kedua Tahun 2005 di Semarang, 2010 di Batam dan Tahun 2015 di Bali. Insya Alloh Kongres PAN Ke-5 akan dilaksanakan Februari 2020 mendatang, namun tanggal dan tempatnya belum bisa disebutkan, kemungkinan di Jawa atau Sulawesi,” ungkap Darwis
Beberapa nama mulai muncul saat ini antara lain, Wakil Ketua Umum DPP PAN yang juga Wakil Komisi III DPR RI Fachri Harahap, Wakil Ketua Umum DPP PAN, Ketua Fraksi PAN DPR RI, Drajat Wibowo dan Zulkifli Hasan (Ketum PAN, sekarang)
Selain itu Darwis mengharapkan agar semua kader-kader PAN mengedepankan nilai-nilai moral agama dalam berpolitik
Kemungkinan bisa muncul nama-nama lain, yang jelas kita menginginkan adanya perubahan dikepengurusan PAN nendatang.
Ditanya tentang siapa bakal calon (Balon) yang nantinya cocok memimpin PAN. ” Saya melihat pasangan Mulfachri Harahap berpasangan dengan Hanafi Rais sangat cocok dan mampu membawa perubahan PAN ke arah yang lebih baik,” ungkap Darwis.
Mengenai kepemimpinan PAN saat ini, Inisiator PAN ini dengan tegas mengatakan Zulkifli Hasan gagal memimpin PAN, dan tradisi dalam PAN Ketua Umum hanya satu Periode dan ketemunya haruslah orang-orang yang amanah.
Mengutip apa yang dikatakan, tokoh Spiritual India, Mahatma Gandhi kata Darwis, salah satu dosa sosial yang menjadi penyebab merosotnya kualitas kehidupan masyarakat ialah penelenggaraan kehidupan politik tanpa dilandasi oleh prinsip dasar ( Politics Without Principkes). Kehidupan politik lebih banyak berisi permainan uang, pelintiran kata dan perebutan kekuasaan sebagai gejala infantilisme yang jauh dari dunia fikir, refleksi dan kontenplasi. (Abdul Syukur)