www.koranpelita.com Jernih, Mencintai Indonesia
Related Articles
Sampit, Koranpelita.com.
Menarik membaca kisah yang diungkapkan seorang warga Kabupaten Kotawaringin Timur( Kotim) Provnsi Kalteng, Iwan Fakhrudin kepada jurnalis media ini di Sampit.
Menurutnya, berbilang tahun,kisah ini tetap belum kering.Inilah kisah kepemimpinan yang menyejukkan kehidupan saat kita merindukan pemimpin yang mampu menjumput kegetiran rakyat.Syahdan, seperti biasa pagi itu seorang penjual beras di Jalan Kaliurang, Yogyakarta, menanti tumpangan.
Sebuah jip meluncur menuju Yogyakarta.Penjual beras itu menyorongkan tangannya.Jip berhenti,sopir jip segera menaikkan sejumlah karung beras ke mobil.Sampai di Pasar Kranggan,si sopir segera menurunkan karung-karung beras.
Seperti biasa penjual beras menyerahkan sejumlah uang ongkos.Tapi si sopir dengan sopan menolak.Penjual beras kecewa dan geram dengan sikap sopir itu.
Dia berpikir si sopir menuntut jumlah lebih.Si sopir pergi tanpa menanggapi gerundelan si penjual beras.Seorang polisi lalu lintas menanyai penjual beras itu, apakah dia mengenal sopir itu?Tapi penjual beras itu tak mau peduli siapakah gerangan si sopir itu?Kata polantas :”Mbakyu, sopir tadi Sri Sultan Hamengku Buwono IX Raja di Ngayogyakarta ini.”Lemaslah seluruh otot bakul beras itu.
Lalu dia pingsan.”Ketelanjangan” yang menggetarkan.Kisah ini ditulis S.K. Trimurti pada buku lawas berjudul : Tahta untuk Rakyat, celah-celah kehidupan Sultan Hamengku Buwono IX.Itulah kepemimpinan yang menyentuh hati dan menggetarkan jiwa.Betapa tidak, pagi itu Sultan “telanjang”di hadapan rakyatnya.Sultan hadir polos sebagai sesama ciptaan-Nya.Meski, sesungguhnya pada Sultan melekat kekuasaan yang sangat dihormati sekaligus dikasihi rakyatnya.
Pagi itu Sultan memperagakan memimpin dengan jiwa merdeka.Sultan mengguratkan hakikat bagi rakyat yang dipimpinnya.Apalagi bila rakyat yang dipimpin adalah orang miskin dan pra sejahtera.( Ruslan AG).
