Ada rasa bungah yang membuncah. Bahagia yang tak tergambarkan. Siapa yang tak berbinar jika tokoh super penting negeri ini, berkenan memberi waktu untuk bertemu.
Momentum ini, membahagiakan sekaligus membanggakan. Pas sebagai hadiah terindah ulang tahun penyelenggaraan jaminan sosial ketenagakerjaan yang ke-42.
Benar. Kami, Dewas dan Direksi bpjamsostek, mengajukan permohonan untuk audiensi dengan Kiai Ma’ruf Amin, Pak Wapres yang ulama panutan. Pertemuan ini, penting untuk memberikan update sampai dimana Indonesia melindungi pekerja dan keluarganya.
Gayung bersambut. Tak berapa lama kami menerima kabar bahagia itu. Bapak Wakil Presiden berkenan menerima. Mendengar berita demikian, hati berseri-seri. Sehari sebelum hari H, tak biasanya saya agak kepikiran baju batik mana yang mesti saya pakai.
Berpakaian yang pantas adalah sebuah keharusan. Jika tidak pantas, bisa-bisa ditolak oleh protokol Kantor Wakil Presiden. Lalu, pilihan jatuh pada batik dengan motif wayang. Karakter Bima berukuran besar di bagian depan dan di bagian belakang baju batik.
Saya memang penyuka batik wayang. Ada pesan yang ingin saya sampaikan lewat karakter wayang pada batik yang saya kenakan. Bima tidaklah pandai bertutur kata dengan baik. Bahkan ia hanya bisa bahasa Jawa ngoko, bukan bahasa Jawa yang halus. Namun, Bima jujur apa adanya. Semua yang dikatakan adalah hal yang sebenarnya.
Lewat batik bergambar Bimasena, sejatinya saya ingin menyampaikan pesan bahwa saya yang ndeso ini, memohon maklum dan memohon maaf kepada Bapak Wakil Presiden jika tak pandai dalam bertutur luhur. Apalagi jika harus berbicara di depan Pak Kiai dan Pak Wapres sekaligus. Pasti grogi tingkat tinggi.
Namun walau tak cakap dalam bercakap, yang diucap semogalah kejujuran. Tak ditambah-tambahi, tak dibumbui tendensi. Tak hanya ingin menyenangkan atasan.
Dan, hari H itu datang. Rabu, 11 Desember 2019 tepatnya. Prosedur untuk memasuki Kantor Wakil Presiden tidak berubah, walaupun Wakil Presidennya berganti. Sebenarnya ini kunjungan entah ke berapa kali ke Istana Wapres, namun merupakan yang pertama kali bertemu dengan Wakil Presiden baru, KH Ma’ruf Amin.
Pertemuan mengalir santai. Ketua Dewan Pengawas bpjamsostek mengawali dengan memberikan ucapan selamat kepada Bapak Ma’ruf Amin sebagai Wakil Presiden sekaligus mengucapkan banyak terimakasih telah diberikan waktu untuk dapat beraudiensi.
Selanjutnya Bapak Guntur Wicaksono memperkenalkan seluruh Dewas dan Direksi serta sekilas menjelaskan hasil pengawasan yang dilakukan oleh Dewas selaku organ bpjamsostek.
Direktur Utama bpjamsostek melengkapi dengan menjelaskan bahwa jaminan sosial, termasuk jaminan sosial ketenagakerjaan, merupakan program negara yang artinya seluruh komponen memiliki tugas untuk mensukseskannya. Bpjamsostek tidak dapat sendirian dalam melaksanakan program negara sehingga sinergi dan kolaborasi adalah kunci.
Lebih lanjut Bapak Agus Susanto menjelaskan kinerja bpjamsostek dari awal Direksi dan Dewas menjabat di tahun 2016 awal hingga Oktober 2019. Termasuk pencapaian-pencapaiannya.
Respon Pak Wapres lumayan gegas. Banyak ide menarik. Juga seloroh-seloroh yang menggelitik. Misalnya saja, Kiai Ma’ruf menyebut ada kelompok (kalau di jaminan kesehatan nasional) yang dinamai Sadikin alias sakit sedikit jadi miskin.
Mendengar kelakar Pak Wapres, Direktur Kepesertaan bpjamsostek tak mau kalah. DI bpjamsostek juga ada istilah jamila atawa jadi miskin lagi. Ini istilah untuk kondisi apabila pencari nafkahnya sakit karena kecelakaan kerja atau meninggal dunia.
Jika yang ‘sadikin’ sudah dibantu pembayaran iurannya, bantuan sebagian iuran sepertinya dibutuhkan agar tidak muncul ‘jamila-jamila’ karena telah memiliki jaminan jika suatu risiko terjadi.
Selain sangat cepat menangkap berbagai hal yang disampaikan, Pak Wapres meminta bpjamsostek menggarap porsi pekerja yang belum bergabung menjadi peserta. Adapun untuk bantuan iuran dari Pemerintah akan dilihat dari sisi kelonggaran fiskal yang ada.
Tentang vokasi, Bapak Wapres menyambut baik dan mendorong berbagai pihak untuk turut mendukung negara dalam peningkatan kapasitas SDM supaya unggul dan berdaya saing.
Mengenai pilihan produk syariah yang sedang dalam pengembangan, Bapak Wapres yang sangat paham akan produk keuangan syariah langsung menangkap sebagai hal yang positif.
Panjang lebar Bapak Wapres memberikan masukan agar jaminan sosial syariah nantinya bisa menjadi pilihan bagi peserta. Persiapannya perlu dilakukan secara baik dari proses akad hingga investasinya, termasuk investasi dalam Sukuk.
Menjelang akhir pertemuan special itu, Kiai Ma’ruf masih memberi kesempatan Dewas dan Direksi yang lain untuk ikut menambahkan beberapa hal. Saya, walau agak terbata, menjawab pertanyaan menyangkut pendapat agar tercipta iklim investasi dan iklim usaha yang baik khususnya yang berkaitan dengan ketenagakerjaan.
Waktu yang awalnya hanya tersedia 30 menit, rupanya tak cukup untuk sebuah pertemuan yang penting dan menarik bersama Pak Wapres. Jadilah satu jam lebih kami diterima dalam suasana yang hangat.
Terakhir, sebelum pamit, kami mohon dapat foto bersama Bapak Wakil Presiden Republik Indonesia. Foto yang akan menjadi bukti digital dan melengkapi sempurnanya sebuah tulisan NKS bertemu Wapres.
Nami Kulo Sumarjono. Salam NKS.