Semarang, Koranpelita.com
Dalam lima tahun terakhir ini lahan pertanian di Jawa Tengah mengalami penyusutan. Namun hal tersebut berbanding terbalik jika dilihat dari produksinya yang justru meningkat.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng Surya Banendro mengatakan, peningkatan produksi tersebut berkat modernisasi sistem pertanian. Apalagi jumlah petani di Jawa Tengah saat ini mencapai 2,88 juta dan mengelola lahan sawah sebesar 1.022.570,86 hektare.
“Namun dengan modernisasi pertanian yang dilakukan para petani, maka berhasil meningkatkan produksi. Meski pada tahun 2014 petani hanya bisa menghasilkan 5,3 ton gabah kering giling per hektar. Sementara saat ini bisa memproduksi 5,8 ton,” katanya dalam kompetensi press dengan wartawan di Gedung Komplek Gubernuran, Selasa (3/12/2019).
Menurutnya, dengan total lahan sebesar 1,002 hektare itu, petani bisa memproduksi 9,8 juta ton gabah kering giling atau 6,9 juta ton beras. Capaian itu jauh lebih besar dibanding produksi tahun 2014 yang hanya 9,6 juta ton, padahal lahannya lebih luas yakni 1,8 juta hektare.
“Jadi kuncinya di modernisasi. Kalau dulu kan manual makanya produksinya rendah. Modernisasi itu dilakukan dari pemanfaatan bibit unggul, pupuk, penggunaan alat mesin pertanian sampai digitalisasi sistem pertanian,” katanya.
Dijelaskan, saat ini total alat mesin pertanian yang dimanfaatkan petani Jawa Tengah sebanyak 447.192 yang terdiri dari 14 item. Di antaranya, transplanter sebanyak 1536, power Werder 1242, power teaser 13.487, dryer 440, dan RMU sebanyak 20.494. Selain itu juga memanfaatkan bibit unggul, kedelai misalnya, Jawa Tengah berbangga dengan bibit unggul kedelai Grobogan.
“Ternyata itu lebih efektif. Selisih panennya sangat banyak. Secara riil jika kita lihat produksi meningkat, karena petani Jateng respon terhadap modernisasi sangat tinggi terutama dalam pemakaian benih unggul,” katanya.
Selain pemanfaatan bibit unggul dan penggunaan alat mesin pertanian, Suryo mengakui peran petani milenial berdampak positif pada penerapan sistem pertanian modern tersebut. Saat ini petani milenial Jawa Tengah sebanyak 975 ribu atau 33,7 persen. Sementara petani usia di atas 50 tahun sebanyak 64,3 persen. Ditambah petani milenial dengan pendidikan sarjana sekitar 2 persen atau sekitar 57.600.
“Sekarang kita lagi konsen untuk meningkatkan SDM petani milenial. Di sektor hulu mereka sudah bagus, yang perlu kita perbaiki adalah di sektor hilir,” katanya.(sup)