Dalam Rangkah Bulan Perduli Kangker Paru, MRCCC Siloam Semanggi Gelar Seminar

Dalam Rangkah Bulan Perduli Kangker Paru, MRCCC Siloam Semanggi Gelar Seminar

Jakarta,Koranpelita.com

MRCCC Siloam Hospitals Semanggi berkerja sama dengan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia menyelenggarakan Seminar dalam rangka bulan peduli Kanker Paru bertema “Pencegahan, Deteksi Dini, dan Pengobatan Kanker paru Terkini” pada Sabtu (30/11/2019() di Confernce Room Lantai 36, MRCCC Siloam Hospitals Semanggi.

Kegiatan ini dipandu oleh dr. A Mulawarman, SpP(K) menjadi moderator bagi audiens dan beberapa pembicara termasuk dr. Arif R. Hanafi, SpP(K) dan dr. Sita Andarini, SpP(K), PhD.

Berdasarkan data yang ada dari Kementerian Kesehatan per Januari 2019, angka kejadian penyakit Kanker di Indonesia (136.2/100.000 penduduk) berada pada urutan 8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23. Angka kejadian tertinggi di Indonesia untuk laki-laki adalah Kanker Paru yaitu sebesar 19,4 per 100.000 penduduk dengan rata–rata kematian 10,9 per 100.000 penduduk.

Ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya pertumbuhan sel kanker paru-paru, salah satu faktor terbesarnya adalah mengkonsumsi rokok.

dr. Sita Andarini, SpP(K), PhD mengatakan, di dalam rokok terdapat 2 komponen yaitu ada tar dan nikotin. Nikotin untuk bikin ketagihan/adiksi, sedangkan kalau tar adalah komponen padat. Ada 6.000 zat kimia dan 40 zat karsinogen langsung yang dapat memicu sel kanker. Selain itu, penggunaan vape sebagai pengganti rokok juga tidak disarankan karena mengandung nikotin.

“Saat ini bahkan ada penyakit paru akibat vape yaitu EVALI, khusus kerusakan paru akibat vape. Bahkan kami melakukan penelitian terhadap para pengguna vape dan menemukan bahwa hasil nikotinnya lebih tinggi dibandingkan perokok biasa”, imbuhnya.

dr. Arif R. Hanafi, SpP(K) mengatakan angka tahan hidup pasien kanker bisa diperpanjang jika kanker masih ada dalam stadium I, II, dan IIIa. “Tujuan kami adalah membuat bagaimana penyakit itu menjadi kronik. Jadi, tidak apa-apa penyakitnya ada tapi tenang. Yang diharapkan pasien kronik dapat bertahan hidup hingga 5 tahun.

Dalam rangka mengoptimalkan upaya pencegahan dan pengendalian kanker paru di Indonesia, dalam seminar ini dibahas juga rangkaian tema besar mengenai kanker paru mulai dari Prosedur diagnostik kanker paru terkini, pengobatan presisi pada kanker paru bukan sel kecil, Landscape pengobatan kanker paru bukan sel kecil, Perawatan paliatif pada kanker paru, Peran radiologi pasca terapi kanker paru, dan Peranan patologi klinik pada evaluasi terapi kanker paru. (Vin)

About ervin nur astuti

Check Also

Tim PkM USM Sosialisasi Diversifikasi Olahan Buah Pala di SMKN H Moenadi Ungaran

SEMARANG,KORANPELITA – Tim Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Semarang (PkM USM) melakukan Sosialisasi Diversifikasi Olahan Buah …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca