Oleh: Man Suparman
Genderang perang mulai nyaring ditabuh. Boleh jadi itulah, hari-hari ini dan hari-hari ke depan genderang “perang” akan semakin nyaring menjelang pemilihan kepala daerah/bupati (Pilkada) Cianjur, Jawa Barat, periode 2020 – 2025 yang akan digelar pada Pilkada serentak tanggal 23 September 2020.
Tabuhan nyaring diantaranya mulai datang dari Oting Zaenal Mutaqin (OZM) Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dinas P dan K ) Kabupaten Cianjur. Mantan Sekda yang mendaftarkan diri menjadi calon kepala daerah/bupati melalui Partai Gerindra itu, menyatakan “Siap meladeni Herman Suherman (HS) di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Cianjur 2020,”
Masyarakat Cianjur tahu, HS Plt Bupati Cianjur (petahana), kongsi mantan Bupati Cianjur, Irvan Rivano Muchtar (IRM) yang kena OTT KPK, jauh hari sebelumnya sejak menjadi Plt Bupati menggantikan IRM sangat getol melakukan kunjungan terhadap rakyat melalui kegiatan dengan bingkai Cianjur Ngawangun Lembur Bersama Herman Suherman Membangun Cianjur (BHS Manjur) yang di dalamnya sangat kental kepentingan politik menjelang Pilkada 2020.
OZM siap meladeni HS, diperkirakan bakal seru, dan ini artinya perang atau pertarungan atasan dan bawahan. OZM dilantik menjadi Plt Kepala Dinas P dan K Kabupaten Cianjur oleh HS yang PLT Bupati Cianjur. Jika keduanya lolos menjadi cabup, siapa yang bakal memenangkan “pertarungan” tersebut.
Petahana (Plt), memang memiliki segala-galanya dengan kekuasaannya, dukungan fasilitas, kampanye berkedok sosialisasi atau kegiatan pemerintahan yang kental dengan muatan kepentingan Pilkada. Ditambah kesiapan finansial atau popularitas, isi tas dan elektabilitas, tidak diragukan lagi.
Sedangkan OZM sendiri, boleh jadi saat ini namanya tak kalah populer, paling tidak di Dinas P dan K tempat lingkungannya mengabdi. Popularitas, elektabilitasnya OZM, tentu masih jauh dibawah HS yang terus didongkrak dengan “CNL BHS Manjur”-nya. Soal finasial atau isi tas, juga tak diragukan lagi, karena OZM, PNS yang berbasis pengusaha di daerah ini.
Pertanyaannya dalam waktu delapan bulan ini, apakah OZM akan mampu mengejar popularitas dan elektabilitas HS ? Jawabannya ada pada kantong Tim Suskesnya dan parpol yang akan mengusungnya nanti, sejauh mana mesin partai politiknya berjalan.
Majunya OZM meladeni HS, suara PNS dipastikan bakal terpecah, mau tidak mau atasan maju menjadi cabup, bawahanlah yang akan menjadi korban tarik- menarik kepentingan politik dibalik netralitas PNS. Apalagi terbetik khabar mulai ada perpecahan suara ditubuh PNS pada salah satu dinas, terkait isu santer jika keturunan dinasti kekuasaan Tjetjep Muchtar Soleh (TMS) akan tampil menjadi cabup.
Kondisi seperti itu, Pillkada Cianjur akan semakin seru dan panas. Disamping itu, akan semakin rawan terjadinya money politics(politik uang), dan ini sebagaimana dikhawatirkanKoordinator Divisi Humas dan Hubungan Antarlembaga Bawaslu Jawa Barat, Lolly Suhenty.
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Jawa Barat mengungkapkan praktikmoney politic menempati urutan pertama pelanggaran yang harus di waspadai pada Pilkada Cianjur 2020.
Bawaslu Jabar mencatat, tiga tren pelanggaran saat Pilkada 2015 adalah money politics, kampanye di luar jadwal dan netralitas ASN. Khusus di Cianjur dengan 33 pelanggaran, di dominasi pelanggaran pidana pemilu (money politic), etik dan administrasi.
Politisasi PNS dan money politics. Boleh jadi merupakan dari sekian banyak rentan kecurangan Pilkada Cianjur yang harus dipelototi diawasai oleh masyarakat. Wallohu’alam(Penulis wartawan Harian Umum Pelita 1980 – 2018/www.koranpelita.com/koran pelita).
0000