Jakarta, Koranpelita.com
PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) / IPC mendukung setiap upaya pelestarian lingkungan, yang menjadi salah satu sumber kekayaan alam Indonesia. Sebagai pengelola pelabuhan yang banyak bersentuhan dengan kelautan, IPC berkepentingan melindungi kelestarian bawah laut, yang menyimpan kekayaan tak ternilai, termasuk artefak dan benda-benda kuno sebagai warisan budaya milik bersama.
“IPC, melalui PT Pendidikan Maritim dan Logistik Indonesia (PMLI) sebagai anak perusahaan, siap berkontribusi dan berkolaborasi untuk menjaga kekayaan bawah laut di Indonesia. Kami mendukung setiap upaya untuk perlindungan kekayaan bawah laut, termasuk kerja sama, seperti forum diskusi pelestarian budaya maritim di Asia Tenggara ini,” kata Direktur Utama IPC, Elvyn G. Masassya, di Jakarta, Selasa (5/11).
Elvyn menjelaskan, perairan Nusantara sudah lama menjadi jalur pertukaran peradaban lintas negara dan lintas benua. Sebagai jalur sibuk pelayaran, IPC meyakini bahwa lingkungan bawah laut Nusantara menyimpan banyak artefak yang tak ternilai, yang bisa digali untuk penelitian ilmiah, sejarah dan budaya.
“Perlu ada upaya serius untuk menjaga dan melindungi kekayaan bawah laut seperti artefak atau benda-benda kuno yang bisa mengungkapkan sejarah dan peradaban maritim dunia. Jika tidak dilindungi, benda-benda tersebut rentan rusak atau tersimpan di tangan yang salah, mengingat nilai komersialnya juga sangat tinggi,” katanya.
Forum diskusi bertema ‘Safeguarding and Reviving the Shared Maritime Cultural Heritage of Southeast Asia’ ini digelar UNESCO dan ASEAN, berkolaborasi dengan Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi. Kegiatan ini diadakan mulai Selasa hingga Jumat (5-8 November 2019), di Jakarta dan Belitung, Propinsi Bangka-Belitung. Khusus di Jakarta, acara digelar di Museum Maritim Indonesia, yang dikelola PT PMLI.
Sejumlah pakar sejarah dan budaya dari sejumlah negara Asia hadir sebagai pembicara, antara lain Singgih Tri Sulistio, Tim Winters, Tep Sokha, Nia Hasanah Ridwan, perwakilan Unesco di Indonesia, Moe Chiba, serta, serta Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Hilman Farid.
Sementara itu, Direktur Utama PMLI, Amri Yusuf menjelaskan, diskusi ini akan memperkuat pengembangan pengetahuan dan riset yang dilakukan oleh Museum Maritim Indonesia. Apalagi para pembicara fokus memdiskusikan upaya pengelolaan kapal karam, benda muatan kapal tenggelam (BMKT), serta pengembangan museum.
“PMLI memanfaatkan forum diskusi ini untuk melihat peluang-peluang kerja sama yang akan memperkaya khazanah pengetahuan budaya maritim dunia. Ini sangat penting, apalagi secara geografis Indonesia punya posisi penting dalam lalu lintas perdagangan global sejak ratusan tahun silam,” ujarnya Amri. (nie)