Dan akhirnya, hari ini saya bisa menulis lagi. Alhamdulillah. Ada rasa rindu yang bertalu. Kerinduan menyapa Sedulur NKS yang sudah menjadi bagian dari hari-hari saya. Walau baru seminggu tidak menulis, tapi serasa sewindu tak berbertemu.
Saya nggak tahu apakah ada rasa yang sama dari Sedulur NKS manakala tulisan NKS tak lagi di koranpelita.com. Saya yakin kok tidak. Tak apa. Seperti biasa, rindu tak selalu berbunyi prok. Karena kerinduan bisa jadi hanya bertepuk sebelah tangan.
Sejatinya agak malu mau memulai tulisan ini. Tapi menulis sebaiknya jujur saja. Berani jujur itu hebat, bukan? Jujur itu lebih melegakan. Lagi pula, tidak perlu membuat kejujuran berikutnya untuk menutupi kejujuran yang dibuat sebelumnya. Toh kejujuran tidak perlu untuk ditutupi. Sangat berbeda dengan kebohongan. Bukan hanya berbeda, malah berlawanan kata.
Malu menulis muncul tatkala saya tak mampu melakukan pekerjaan yang bagi kebanyakan orang sangat mudah melakukannya. Pekerjaan yang dinamakan tidur. Sebuah pekerjaan yang menjadi alasan dua puteri saya sering melakukan terutama di waktu libur akhir pekan.
Prinsip mereka, semua hal, termasuk kesuksesan itu berawal dari mimpi. Nah untuk bisa bermimpi, kita perlu tidur. Saya menyebut tidur sebagai pekerjaan, karena banyak orangtua sering memarahi anaknya seperti ini, “bocah kok kerjaannya tidur mulu.” Jadi, ternyata tidur itu masuk dalam jenis pekerjaan.
Pasti banyak yang bertanya-tanya, lalu mengerjakan apa saat tidak bisa memejamkan mata. Sejatinya, saya bukan tidak bisa memejamkan mata. Justru saat seperti itu, saya memejamkan mata dan berusaha keras untuk tidur. Tapi semakin keras usaha itu dilakukan, rasa ngantuk malah menjauh.
Begitulah cerita lain saat saya mengikuti Asian Actuarial Conference 2019 di Sentosa Island Singapore. Sepanjang siang, mata memang harus dikuat-kuatkan agar tidak gagal fokus. Sebab, berbagai pakar yang tidak hanya dari kaum aktuaris, tapi juga dari berbagai disiplin ilmu, medar ngelmu.
Semoga bukan karena keluberan ilmu sejak siang kemarin, pas malam datang, rasa kantuk tak kunjung mengetuk pintu mata. Sebaliknya, pintu mata terbuka makin lebar. Tapi kalaupun kantuk merasuk, tidakkah harus dibukakan mata agar bisa leluasa kantuk masuk?
Ucapan terimakasih dan apresiasi saya perlu sampaikan kepada Persatuan Aktuaris Indonesia (PAI) yang telah mengundang dan mengajak untuk hadir di AAC 2019 di Singapore. Bukan sekadar mengajak, malah, tapi menanggung biayanya.
Mengapa diajak menghadiri event penting kaum Aktuaris se-Asia ini? Ada tiga agenda penting saat saya harus ikut AAC 2019 di Singapore. Agenda pertama adalah mengamati penyelenggaraan AAC 2019 secara detail. Bagaimana susunan acara AAC 2019 dari hari pertama hingga hari terakhir.
Itu penting harus saya pahami mengingat tahun depan saya didapuk menjadi ketua penyenggara AAC 2020 di Bali, Indonesia.
Agenda kedua adalah menambah wawasan keaktuariaan atau hal lain yang relevan. Banyak isu yang berkembang dibahas oleh ahlinya. Tentu ada manfaat lain dalam hal menambah jalinan pertemanan (networking) keprofesian dengan berbagai aktuaris khususnya di Asia.
Agenda ketiga adalah misi penting terselubung. Mencari sponsor. Ya, tugas ini sangat penting agar pelaksanaan AAC 2020 bisa berjalan meriah dan penuh kesan. Agenda mendatangkan 1000 peserta tahun depan tentu membutuhkan kreativitas yang lebih.
Termasuk dari sisi pendanaan kegiatan. Saya melihat beberapa lembaga sangat berkepentingan dengan perkembangan ilmu aktuaria sehingga diharapkan menjadi sponsor penyelenggaraan AAC tiap tahunnya.
Sejatinya ada satu lagi agenda yang tidak dapat dianggap main-main. Promosi AAC 2020 dan mengajak seluruh peserta AAC 2019 untuk hadir di AAC 2020. Dan, begitu saya sampaikan tempat di penyelenggaraan tahun depan di Indonesia adalah Bali, mereka langsung sumringah. Mata berbinar, senyum menyeruak. Agaknya, Bali tetap menjadi magnet kuat yang akan menarik siapapun untuk datang.
Sebelum penutupan AAC 2019, Ketua Society of Actuaries of Singapore mengundang Pak Fauzi Arfan, Ketua Persatuan Aktuaris Indonesia-PAI (Society of Actuaries of Indonesia) untuk ke panggung. Penyerahan Bendera AAC kepada Indonesia selaku penyelenggara AAC 2020. Dan, meminta Pak Fauzi Arfan untuk mengucapkan beberapa patah kata.
Tentu kesempatan tersebut dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Pak Fauzi untuk mengajak seluruh peserta hadir di AAC 2020 di Bali, Indonesia. Sebuah janji dari Ketua PAi bahwa penyelenggaraan di Bali pasti akan meriah sehingga pantas dienang sepanjang masa. Janji yang tentu berkonsekuensi dengan saya dan panitia penyenggara.
Lalu, tiba-tiba nama saya dipanggil ke depan untuk mendampingi Pak Fauzi. Saya dikenalkan kepada hadirin sebagai yang bertanggung jawab penyelenggaraan AAC 2020. “Siap Komandan. I will do my best,” kata saya dalam hati. Toh tim di belakang saya hebat-hebat, jadi tak ragu jika AAC 2020 akan terlaksana lebih memorable.
Saya pun diminta untuk memberikan sambutan barang sepatah kata. Namun, dengan halus saya tolak. Nanggung kalau hanya sepatah kata. Sebagai gantinya, saya sudah menyiapkan sebuah video. Dan, di video itu tergambar jelas bagaimana indahnya Bali yang inshaalloh menjadi tempat penyelenggaraan AAC 2020. Tidak cukup hanya gambaran sekilas Bali, tapi video itu juga berisikan ajakan untuk menarik peserta sebanyak-banyaknya hadir di AAC 2020.
Begitulah. Malam yang saya lewati tanpa terlelap. Jadi agaa jelas, kantur terusir oleh hal-hal berat bagaimana membuat acara AAC 2020 di Bali dapat lebih sukses. Lebih sukses dari yang sebelum-sebelumnya.
Biasanya saya tidak bisa tidur jika diberikan kamar yang terlalu besar. Kali ini sebenarnya tidak, karena kamar yang menghadap laut yang di seberangnya nampak gedung-gedung menjulang tinggi, tidak terlalu lapang. Tapi malam terlalu indah ditaburi kerlipan lampu, jadinya sayang jika tidak dipandang.
Gagal nyaur tidur di Singapur, saya pulang ke Jakarta. Tapi belum sempat badan bersentuhan dengan enaknya peraduan, tugas baru datang. Tugas yang tak elok jika dielakkan. Ini yang membuat badan meriang. Dan, menulis pun menjadi terhalang.
Nah, lewat tulisan ini saya meminta Sedulur NKS untuk menyukseskan acara AAC 2020 di Bali. Tema besarnya adalah Actuary 4.0. Cara menyukseskan AAC 2020 cukup mudah: ikuti lomba karya tulis atau call for papers, daftar dan hadiri konferensi, ajak perusahaan tempat bekerja menjadi sponsor.
Siapa saja yang cocok untuk hadir? Para dosen dan mahasiswa aktuaria, matematika, statistika, ilmu komputer, dan lainnya. Para aktuaris. Para penggiat risk management. Mungkin juga pas untuk para manajer investasi.
Ikuti terus perkembangannya melalui website aacid2020.org. Save the date. 20 Oktober 2020. See you in Bali.(*)
Salam NKS: Nunggu Kedatangan Saudara