Ke Negeri Jiran Mengaji Syar’i

Ke Kuala Lumpur, Malaysia, terantuk suasana ketika ingatan hinggap pada lagu berjudul Semalam di Malaysia. Tapi kali ini, tidak ada romantika itu, karena saya menjadi ketua sebuah delegasi. Meski menjadi ketua delegasi hanya karena diberi wajah yang terlihat paling senior. Mau tak mau, menerima nasib.  

Memang, agak sulit menyembunyikan wajah yang mulai memudar.  Terpaan terik, hempasan hujan pernah saya alami dalam kurun waktu puluhan tahun. Ditambah wajah pas-pasan (atau malah bisa dibilang kurang pas), kini wajah ini mulai luruh.

Memimpin delegasi yang lumayan besar, agak deg-degan juga. Apalagi, terdiri dari anak-anak muda yang masih gesit. Mereka akan mengaji,   digawangi oleh Pak Pramudya, Deputi Direktur Bidang Aktuaria. Tak bersarung namun juga tak berdasi. Malah sepakat memakai batik, busana asli kebanggaan negeri. Mengaji ilmu jaminan sosial berazaskan syar’i dari yang telah ahli.

Semestinya bukan saya yang menjadi ketua delegasi, mengingat ada Pak Ustad Naufal Mahfudz, Dirum SDM, yang juga dalam satu delegasi. Namun ya itu tadi, dari sisi penampilan, saya terlihat lebih senior, sehingga dituakan.

Jadi, pelajaran dari kasus ini, jika ingin menjadi ketua, terlihatlah senior, agar terlihat matang. Namun, jika ingin kualitas seorang pimpinan, jangan terkecoh dengan penampilan.

Saat akan melewati garbarata untuk menuju Kuala Lumpur, saya berjalan beriringan dengan Pak Naufal. Tiba-tiba terasa kesetrum ketika tangan tak sengaja bersenggolan. Sebenarnya saya tak terlalu heran akan hal ini jika berada di negara bermusim dingin. Namun agak jarang jika berada di Indonesia. Usut punya usut, Pak Dirum SDM sangat sering dengan kejadian ini.

Sebelum tahu akan hal ini, saya sempat berfikir jika Pak Naufal ini berlebihan dari sisi keprotokolannya. Saat masuk dan keluar mobil, beliau meminta untuk dibukakan dan ditutupkan pintu. Agak manja, kata saya dalam hati. Padahal setahu saya, beliau ini sangat humble. Tak mungkin jika tidak ada alasan tertentu beliau semanja itu.

Pak Naufal dengan latar belakang buku NKS siap menjelajah Malaysia.

Dan akhirnya tudingan ‘agak manja’ yang saya suarakan dalam hati, terjawab. Rupanya, beliau menghindari setrum saat memegang handle pintu mobilnya. Saya nggak tanya lebih lanjut apakah jika menyentuh kekasih hatinya juga tersetrum. Saya kok sangat yakin iya. Bahkan dugaan saya sangat kuat setrumannya.

Hari sudah menjelang sore ketika kami sampai di penginapan di daerah pinggiran Bukit Bintang, Kuala Lumpur. Rugi rasanya, jika hanya berdiam diri dan membiarkan sisa hari hilang tak berkesan. Jadilah, seperti biasa, kami mengisi sempitnya kesempatan dengan berpetuangan.

Setelah melewati banyak kompromi, kami sepakati menuju ke kawasan Genting Highland. Tentu bukan untuk berjudi karena niat kita justru menghindari. Bahkan tujuannya belajar syar’i. Hanya ingin tahu seperti apa kawasan yang mirip daerah puncak itu.

Sebelum mencapai Genting Highland, kami mampir dulu di rumah makan di antara KL dan Genting Highland. Perut sudah sangat lapar dan rasanya tak kunjung sampai di tempat makan. Di situlah nikmatnya makan. Saat lapar begitu mendera. Semua bilang masakannya enak tak terkira, tapi saya mengira, karena semua memang dalam lapar yang maksimal. Resto yang kita hampiri itu adalah Restauran Ratha Baru, dengan suguhan kari ayam raub dan kepala ikan.

Sudah. Dengan perut penuh, kami kembali menuju Genting Highland. Berkelok-kelok membuat kepala pusing. Saya hanya takut jika penyakit kampung kumat. Mabok kendaraan. Ya, penyakit anak kampung yang memalukan. Semoga tak sampai muntah karena sayang jika masakan kepala ikan dan kari ayam raub harus raib keluar dari dalam perut.

Sampai. Dan inilah di Genting Highland. Kami berhenti persis di sebuah lobby sebuah hotel yang sangat besar. Berada di sebuah puncak yang kadang kabut menutup. Sangat terasa jika mencoba naik cable car atau gondola, hembusan awan tipis yang  menyentuh kulit. Yakinlah. Suasana seperti itu, akan sangat elok saat difoto.

Kemegahan sebuah hotel di Genting Highland.

Sayangnya hari mulai gelap dan tak sempat naik cable car atau pun mencicipi makanan sekalipun. Tapi minimal saya pernah datang di hotel yang memiliki kamar lebih dari 7 ribu.

Sepulang dari Genting Highland, seperti sekapat, kami serombongan penasaran dengan duren musang king.

Tidak terlalu banyak pilihan karena memang tidak sedang musim duren. Tapi lumayan, masih ada yang tersisa untuk mengobati rasa ingin tahu rasanya durian yang terkenal itu.

Duren musang king, menjadi bekal istirahat, setelah lelah membelah tubuh. Dengan tubuh lungkrah tapi bungah, saya masih berusaha menyiapkan apa yang perlu disampaikan kepada KWSP,

Kumpulan Wang Simpanan Pekerja atau EPF, Employees’ Provident Fund.  Setelah merasa yakin apa perlu disampaikan esok, saya tidur dengan mimpi berbicara dalam Bahasa Melayu.

Lari pagi sampai di Central Market.

Untunglah. Tradisi bangun pagi, tetap dibawa sampai ke negeri orang. Tanggalan ada di angka 10, bulan Oktober tahun 2019. Jamnya, sudah jam 6.00 waktu Kuala Lumpur.  Tapi bagi tubuh saya, terasa masih jam 5, karena memang tubuh yang biasa hidup di waktu indonesia bagian barat, masih jam 5.

Saya tak langsung bersiap, tapi mencoba menjelajah dengan jalan kaki menyusuri jalanan. Entahlah. Hanya menuruti naluri, tidak tahu sampai mana. Kalau dihitung dengan jarak, memang cukup jauh, karena tahu-tahu sudah sampai di Central Market yang masih tutup.  Menyadari itu, rasanya asyik juga jika mendekati menara kembar KLCC. Bisa foto-foto.

Sumarjono menikmati pagi di dekat menara kembar.

Dari menara kembar, kami menyusuri jalan yang sama untuk kembali. Tapi kali ini, dengan langkah panjang-panjang, dikejar siang. Waktu mengaji sudah harus mulai.  Beruntung tidak terlambat. Beruntung lagi, kami disambut hangat.  Dipersilakan mengungkapkan maksud kedatangan.

Sebagai ketua delegasi, saya mengucap salam sekaligus terimakasih serta apresiasi karena KWSP menyambut hangat kedangan rombongan besar ini. Saya sampaikan alasan mengapa rombongan besar.

Mewakili berbagai bagian yang terkait dengan kepesertaan, pelayanan, akuntansi, keuangan, aktuaria, dan tentu saja investasi. Satu-satu anggota delegasi saya sebutkan sambil menghapal mereka yang memang jarang bertemu.

Kami datang ingin menimba ilmu, mengaji syar’i. Kami tahu KWSP telah memiliki sebuah produk syariah sebagai pilihan bagi peserta. Tentu kami ingin tahu latar belakang, bagaimana prosesnya, berapa lama, apa yang perlu disiapkan, kendala yang dihadapi, dan lain-lainnya.

Tak lupa saya juga menyampaikan bahwa BPJAMSOSTEK sedang merencanakan hal yang sudah dilakukan oleh KWSP atau EPF untuk memberikan pilhan kepada peserta: memilih provident fund (kalau di BPJAMSOSTEK disebut JHT) konvensional atau yang syariah.

Setelah saya selesai mengungkap uneg-uneg, tuan Ridzuan Qan Idrus, pimpinan rapat, mempersilakan Tuan Mohammad Ameen yang disebut juga Uztadz memaparkan secara panjang lebar melalui presentasi.

Presentasi yang sangat menggugah gairah untuk lebih memahaminya. Judulnya Simpanan Syariah Journey Towards Financial Syariah.

Ada banyak hal yang menarik yang saya tangkap dari penjelasan Tuan Ridzuan, Tuan Ameen, dan Puan Noorhaslin dari EPF sebagai berikut:

  • EPF merencanakan untuk mengembangkan produk syariah dilakukan sejak tahun 2010. Lalu diformalkan dalam sebuah perencanaan strategis di EPF. Perlu waktu yang cukup panjang untuk sampai dengan implementasi hal ini. Banyak fase perlu dilalui dan juga persiapan serta edukasi ke banyak pemangku kepentingan.
  • Fase yang terjadi dalam pengembangan EPF Syariah dimulai dengan mengakumulasi portofolio investasi syariah dan membentuk shariah advisory committee. Kemudian melakukan riset terkait produk syariah, termasuk mencari tahu kebutuhan peserta akan produk syariah melalui survey. Hal ini yang disebut sebagai konsultasi publik. Survey mendapatkan 71% responden mengatakan tertarik untuk mengambil produk syariah.
  • Fase berikutnya membangun kerangka produk EPF Syariah yang meliputi bagaimana proses bisnis, organisasi, dll).
  • Setelah persiapan dan konsultasi publik dilakukan, fase lebih lanjut adalah melakukan amandemen undang-undang jaminan sosial. Dalam hal ini, tidak ada jaminan deviden di produk syariah, sangat tergantung dari hasil pengembangan. Mulai 1 Januari 2017 baru efektif ada pilihan produk syariah.

Menariknya, secara default, pekerja yang memasuki dunia kerja akan menjadi peserta jaminan sosial konvensional. Jika kemudian peserta tersebut akan memilih hijrah atau pindah ke pilihan produk syariah, maka ia bisa lakukan mulai 1 Januari tahun berikutnya.

Setelah peserta memilih produk syariah, maka dia tidak boleh pindah ke konvensional. Dan, saat ini masih belum banyak yang ikut mengambil pilihan produk syariah jika dibandingkan total yang ikut jaminan sosial. EPF tidak memiliki target peserta yang mengkonversi ke syariah. Namun tugas dari KWSP, nama lain dari EPF, adalah melakukan edukasi dan tidak memasarkan atau memaksa peserta untuk mengkonversi.

Produk jaminan sosial syariah di Malaysia merupakan pilihan sehingga tergantung dari peserta itu sendiri. Yang pasti peserta wajib ikut jaminan sosial saat mereka telah bekerja. Begitulah cara Malaysia.

Setelah seharian di EPF, sore tersisa untuk dinikmati. Saya ajak sebagian dari rombongan mengunjungi musium kerajaan, dataran merdeka, dan batu caves. Saya pernah ke tempat tersebut hampir 2 tahun lalu sehingga boleh lah saya jadi guide dadakan.

Tapi apa boleh buat, saya harus cepat kembali ke hotel untuk packing serta istirahat. Esok hari, saya harus sudah kembali ke Jakarta. Dua malam di Malaysia mungkin akan menjadi lagu baru menggantikan judul Semalam di Malaysia yang pernah sangat populer di masanya. (*)

Salam NKS: Ngangsu Kawruh Syariah

About redaksi

Check Also

PNS Kodiklatal Surabaya Gelar Aksi Donor Darah dalam Rangka HUT KORPRI ke-53 Tahun 2024

Surabaya, koranpelita.com Menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) ke-53 Tahun 2024, …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca