Pengusaha Makanan Diajak Gunakan Kemasan Makanan 100 Persen Bisa Didaur Ulang
Jakarta,Koranpelita.com
Sampah polistirena busa (yang lebih dikenal dengan nama Styrofoam) sudah menjadi momok bagi masyarakat Indonesia dan menjadi topik hangat selama kurang lebih 3 tahun terakhir.
Menanggapi isu ini, para pelaku industri tidaktinggal diam saja, Trinseo Indonesia, Kemasan Group (produsen kemasan makanan polisterena busa) dan Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) meluncurkan program daur ulang “Yok Yok Ayok Daur Ulang!” dan mengajak seratusan pengusaha makanan Indonesia
untuk ikut berpartisipasi. Peluncuran ini dilakukan dalam sebuah seminar yang digelar di Jakarta yang turut dihadiri oleh Dra. Sutanti Siti Namtini, Apt., Ph.D, Direktur Standardisasi Pangan Olahan BPOM Indonesia sebagai salah satu pembicara.
Seminar bertajuk Memilih Kemasan Makanan yang benar – benar dapat di Daur Ulang, Sustainable & Ekonomis untuk Indonesia – Mengungkap Kebenaran Di Balik Styrofoam bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada para pengusaha makanan Indonesia agar bijak memilih kemasan makanan, dengan melihat dari sisi kemampuan daur ulangnya, dampak bagi lingkungan, dan tetap menguntungkan dari sisi ekonomi agar tidak merugikan pelanggan. Para pengusaha makanan juga diharapkan dapat menjadi media komunikasi kepada ratusan atau bahkan ribuan pelanggannya untuk bijak memilah sampah kemasan makanan agar bisa dimanfaatkan dengan daur ulang.
“Kami sadar bahwa menjaga lingkungan tidak cukup hanya dengan mengurangi sampah, tetapi harus mengolahnya dengan daur ulang. Karena polistirena yang kami produksi dapat didaur ulang 100 persen, kami mengajak semua pihak agar bersama-sama mewujudkan program daur ulang yang nantinya diharapkan dapat mengurangi timbunan sampah yang selama ini tidak dimanfaatkan.” kata Hanggara Sukandar, Presiden Direktur PT Trinseo Materials Indonesia.
Kemasan makanan yang diproduksi dan didistribusikan oleh Kemasan Group 100% terbuat dari polistirena yang diproduksi oleh Trinseo, sehingga memungkinkan bagi Kemasan Group untuk mendaur ulangnya.
“Sebagai produsen, kami bertanggung jawab untuk mengolah sampah dari setiap hasil produksi kami. Oleh karena itu, setiap sampah kemasan makanan yang kembali kepada kami, akan diolah menjadi bahan untuk barang berguna lainnya seperti gantungan baju, pigura, boneka, dan lain sebagainya.” kata Wahyudi Sulistya, Direktur Kemasan Group.
Untuk memastikan setiap kemasan makanan polistirena busa tersebut dapat terkumpul dari berbagai pengusaha makanan yang tersebar di Indonesia, ADUPI yang memiliki jaringan sekitar 400 pengusaha daur ulang di seluruh Indonesia memegang peranan penting dalam program ini. “Jaringan kami sudah cukup berhasil mengurangi sampah botol plastik, dengan mengumpulkan dan mengolahnya menjadi barang baru, kini saatnya kami berkontribusi lebih bagi lingkungan Indonesia dengan mengumpulkan sampah kemasan makanan polistirena busa.” kata Christine Halim, Ketua ADUPI. “Tentunya ada tantangan baru, karena polistirena busa sangat ringan, tetapi atas kerja sama dengan Kemasan Group, di setiap titik utama pengepul
akan ada mesin yang dapat memadatkan sampah tersebut.” tambahnya.
Bukan hanya para pengusaha, masyarakat sebagai konsumen akhir juga dapat berpartisipasi dalam program“Yok Yok Ayok Daur Ulang!” ini dengan memilah sampah kemasan makanan polistirena busa (Styrofoam) lalu mengirimkannya ke titik pengepul sampah yang informasinya bisa diakses di laman www.trinseo.com/GoGreen. Setiap styrofoam bekas pakai yang dikirimkan akan membantu mengurangi timbunan sampah, agar lingkungan lebih terjaga dari polusi sampah dan lestari.
Kemasan Makanan Polistirena Busa Tidak Berbahaya Bagi Kesehatan Tentunya para pengusaha makanan memiliki kekuatiran lain terhadap kemasan makanan ini, yakni soal isu kesehatan. Seminar ini dihadiri oleh Kepala Laboratorium Teknologi Polimer dan Membran Institute Teknologi Bandung (LPTM ITB), Ir. Akhmad Zainal Abidin, M.Sc., Ph.D dan Dra. Sutanti Siti Namtini, Apt., Ph.D, Direktur Standardisasi Pangan Olahan BPOM Indonesia, yang memberikan data dan fakta ilmiah mengenai keamanan kemasan makanan ini untuk tubuh manusia.
Dra. Sutanti Siti Namtini, Apt., Ph.D, mengatakan “Di tahun 2009, BPOM telah melakukan sampling dan pengujian terhadap 17 jenis kemasan berbahan polistirena busa. Dalam 17 kemasan tersebut ditemukan 11bahwa residu stirena masih dalam angka yang sangat aman, yakni 10 – 43 ppm. Angka ini jauh di bawah level berbahaya untuk residu stirena pada kemasan makanan, dimana batas aman yang telah ditetapkan dalam peraturan Badan POM No 20 Tahun 2019 tentang Kemasan Pangan adalah sebesar 1000 ppm.
“Kandungan stirena di dalam kemasan makanan polistirena busa sama banyaknya dengan yang terdapat di dalam stroberi, kopi, dan kayu manis. Oleh karena itu, kemasan makanan ini tidak berbahaya.” kata Ir. Akhmad Zainal Abidin, M.Sc., Ph.D.
“Selain itu, kemasan makanan ini tidak mengandung BPA, karena memang dalam proses pembuatan kemasan makanan polistirena busa, tidak membutuhkan bahan kimia Bisphenol A (BPA),” tambahnya.(Vin)