Jakarta, Koranpelita.com
Dokter Raden Ngabehi Tjitrowardojo adalah kakek buyut Presiden Bachruddin Jusuf Habibie.
Dr R Ng Tjitrowardojo terlahir bernama Raden Radiman 14 Januari 1847 di Baledono, Purworejo, Jawa Tengah.
Radiman pemuda jenius, di usia 19 tahun sudah lulus kedokteran Universitas di Leiden, Negeri Belanda. Atas prestasinya Raden Radiman memperoleh penghargaan Bintang Tanjung Perak karena menduduki rangking kedua.
Setelah menjadi dokter, R Radiman yang kemudian dikenal sebagai dr R Ng Tjitrowardojo dan bekerja di Solo. Tjitrowardojo kemudian menurunkan putera bernama Puspowardojo yang beristrikan Raden Roro Goemoek.
Pasangan R Purpowardoyo dan Rr Goemoek inilah yang melahirkan Toeti Saptorini tanggal 10 Nopember 1911 di Jogjakarta, ibunda Prof Dr BJ Habibie.
Sejarahwan Purworejo yang juga cerpenis Atas Danusubroto menyebutkan tahun 1998 Presiden BJ Habibie ke Purworejo untuk menyaksikan tanah leluhurnya.
Prof Dr Ing Burhanuddin Jusuf Habibie, Presiden RI ketiga meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta, Rabu 11 September 2019.
Kepala RSPAD Dr Terawan, Rabu membBeenarkan, pukul 18.05 WIB, BJ Habibie menghembuskan nafas terakhir.
Habibie yang menikah dengan Ainun meninggalkan dua putra yang mewarisi semangat dan perjuangannya sebagai ahli pesawat terbang.
Sebelum menjadi Presiden RI menggantikan Presiden Soeharto yang mengundurkan diri 21 Mei 1998. Habibie menjadi Wakil Presiden, setelah menjabat Menteri Riset dan Teknologi merangkap Kepala BPPT.
Sebelum itu Habibie berkarir di Jerman sebagai ahli pesawat terbang. Mendapat jaminan kehidupan yang baik dan kesejahteraan yang cukup.
Habibie diminta pulang ke Indonesia mendapat kesempatan untuk mengembangkan ilmu dan ketrampilan yang dimiliki sebagai ahli pesawat terbang.
Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) berkembang menghasilkan pesawat terbang N250 dengan nama Tetuko, diambil dari nama tokoh pewayangan Gatutkoco yang semasa kecil bernama Bambang Tetuko.
Pak Habibie begitu bangsa Indonesia mengenalnya, kini sudah tiada. Semangat dan perjuangannya membangun Indonesia, tidak ada yang meragukan.
Pak Habibie pergi meninggalkan kita semua, menghadap Sang Khalik. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun. (djo)