Pasar Minangkabau Kumuh dan Ganggu Aktivitas Warga

Jakarta, Koranpelita.com

Ratusan warga RW 06 dan RW 14 Kelurahan Menteng Atas, Setiabudi, Jakarta Selatan, mengeluh. Karena Jalan Minangkabau Dalam II dipenuhi pedagang kaki lima, tanpa pembenahan sehingga jalan sepanjang 4 meter tertutup dan kumuh.

Warga di sana yg hendak aktifitas pun terganggu. Jalan yg semula bisa dilalui kendaraan roda empat , kini dipenuhi pedang di posisi kanan dan kiri. Bahkan sampah pedagang pun tidak dikelola dengan baik.

“Kita mau aktifitas gunakan mobil sudah nggak bisa. Mobil kita nggak bisa lewat. Ketika naik.motor juga sulit lewat….jalanan penuh,” kata Dody Sudjadi, warga RT 05/06 , Kelurahan Menteng Atas, Jaksel, kepada Koran Pelita, Senin (26/8).

Dody yg didampingi sejumlah warga lain menjelas, keberadaan pasar memang sudah lama setelah Pasar Manggarai terbakar. Saat itu dikelola dengan baik sehingga warga bisa menerimanya.

Sejak tiga tahun lalu, kondisi pasar berubah. Di jalan sepanjang hour 500 meter penuh pedagang. ” Ketika ada mobil mau bawa warga ke rumah sakait pun sulit lewat. Bahkan ambulan yg bawa jenazah warga pun nggak bisa masuk ke rumah duka. Ini Khan warga sini aja nggak bisa,” jelasnya diamini warga lain.

Padahal, lanjutnya, pedagang dikenai retribusi dan diperkirakan pendapatan bersih sebulan Rp40 juta.

Beberapa tahun lalu , kata Dody, pernah ada perwakilan warga mengadu ke Camat Setiabudi , dilanjut dengan memanggil Lurah Setiabudi dan pihak pengelola RW 06 .

Camat Setiabudi, janji sejak 2018 pasar itu dibenahi agar warga tidak terganggu namun hasilnya nol besar.Kini kondisinya cukup memprihatinkan, padat dan terkesan tak terkendali serta semakin kumuh.

Oleh karena itu, warga meminta Walikota Jaksel, membenahi pasar atau memindahkan pedagang pasar tidak resmi ke Pasar Pocong di Menteng Atas.
“Selama ini warga masih sabar tapi kalau dibiarkan semrawut, kami nggak tahu apa yg dilakukan warga nantinya,” jelas Dody.

Sejumlah warga lainnnya menyatakan hal serupa dan mengaku capek menghadapi pasar kumuh ini. ” Kita ini warga tapi ketika lewat naik motor, calon pembeli marah marah.”Kami juga bayar iuran bulanan dan iuran lain. Padahal hasil pasar mencapai Rp40 juta sebulan. Kita sih, maunya jalan ini bersih dan kegiatan warga tidak terganggu,” tegas My Mulyanti emosi.

Kepada Walikota Jaksel, Camat Setiabudo, dan Lurah Menyeng Atas, turun tangan dan turun ke pasar yg mulai operasi sejak subuh ini.(oto)

[

About redaksi

Check Also

Ketua DPP PKS: Rendahnya Pendapatan Jadi Tantangan Kinerja APBN 2024

Jakarta, Koranpelita.com Ketua DPP PKS menanggapi paparan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyebutkan Anggaran Pendapatan dan Belanja …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca