Jakarta, Koranpelita.com
Tak mau hilang tergerus perkembangan zaman dan teknologi, barisan muda karang taruna RW 02 Kelurahan Rawa Buaya, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat menggelar Pagelaran Budaya Betawi di Jalan inspeksi sepanjang Kali Mookervart, RT 01/02, Sabtu (24/8/2019).
Acara ini digelar selama dua hari tanggal 24-25 Agustus 2019. Beragam kegiatan ditampikan mulai dari kesenian budaya betawi, pawai karnaval, festival palang pintu, atrasi silat betawi, musik hadroh, kasidah, lenong betawi, dodol betawi, kuliner betawi seperti kerak telor dan UKM perkumpulan pedagang bazar.
Ahmad Rofii selaku pembina karang taruna dan barisan muda RW 02 Kelurahan Rawa Buaya mengatakan, setiap tahun pihaknya bersama warga disini menggelar acara pentas kesenian budaya betawi dan ini yang ke-3 kali. Hal tersebut dilakukan untuk sekedar mengingatkan kepada pihak pemda DKI, bahwa warga dilingkungan RW 02 masih banyak asli pribumi atau betawi.
“Kita berharap kepada pihak pemda DKI jangan mempersulit kami sebagai masyarakat asli betawi dalam hal pengurusan ijin mendirikan Bangunan (IMB),” ucap Rofii kepada Koranpelita.com, pada Sabtu (24/8/2019).
Ia berharap jangan pernah membeda-bedahkan antara warga dengan pengembang. Seperti jika perusahan membangun dengan mudah menerbitkan IMB sedangkan warga yang sudah bersertifikat sulit mendapatkannya.
Sementara Ketua RW 02 Sutama menambahkan, bahwa dirinya bersama masyarakat khususnya RW 02 terus berusaha dari zona industri menginginkan ke zona perumahan agar pemerintah mengeluarkan Ijin mendirikan bangunan (IMB)
“Kenapa apartemen ketika membangun bisa keluar IMB sedangkan masyarakat bersertifikat ketika membangun sulit mendapatkan IMB, dengan adanya gelar budaya ini biar pihak Pemda bisa melihat bahwa di kampung Rawabuaya masih penduduknya dan mempertahankan budaya-budaya asli betawi,” terangnya.
Sedangkan salah satu tokoh agama di RW 02 Achmad Syafii menuturkan, warga sekitar disini masih menjaga adat istidat budaya betawi maka nya digelar lah pegelaran pentas seni betawi.
Selain itu, warga juga masih menggadakan kegiatan payuguban betawi, supaya tidak mati obor dan lebih deket lagi bersama orang -orang tua terdahulu atau sesepuh.
Dia menyebut, orang-orang tempo dulu arti kata Betawi (betah sholat dan ngaji), dan warga disini masih bisa menjaga seperti ngaji dan sholat di masjid bersama masih ramai. Selain itu tradisi budaya pencak silat Betawi pun masih terjaga.
“Mengenai kampung disini masuk dalam zona pergudangan atau industri. Mudah- mudahan perda tersebut mengenai tata ruang direvisi lagi. Bukan lagi kampung industri melainkan kampung pemukiman. Karena sebelumnya Indonesia merdeka, di tahun 1700 nenek moyang kita sudah bermukim disini,” jelasnya.(Ivn)