Kementan Dorong Ekspor Santan Kelapa Sumatera Selatan
Palembang,koranpelita.com
Ekspor santan kelapa asal Sumatera Selatan ke tiga negara masing-masing Hongkong, Cina dan Thailand tercatat terus meningkat. Ekspor yang diawali bulan November 2018 ini sampai dengan akhir tahun 2018 tercatat 4 kali frekwensi dengan total 228,7 ton santan kelapa senilai ekonomi Rp. 928 juta.
Sementara, hingga Juli 2019 telah 16 kali pengiriman ke 3 negara mitra dagang dengan total 758 ton, senilai Rp.2,8 triliun. “Kita apresiasi pelaku usaha yang melakukan ekspor produk pertanian, terutama yang sudah dalam bentuk jadi atau olahan seperti santan ini,” kata Ali Jamil, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), saat melepas ekspor santan perdana periode Agustus 2019 sebanyak 79,2 ton tujuan Cina dan 12,6 ton tujuan Hongkong di Palembang, Sabtu (10/8/2019). Komoditas olahan asal kelapa bulat ini diekspor dengan total nilai ekonomi Rp. 1,071 miliar.
Romli Rusli Pemilik PT.Kelapa Puncak Nusantara mengatakan, nilai ekonomi ekspor santan dapat memberi nilai tambah sebesar 30 persen dibandingkan dengan ekspor kelapa asal Kabupaten Banyuasin ini dalam bentuk utuh atau kelapa bulat.
“Belum lagi ada tambahan berupa ampas kelapanya yang dapat dimanfaatkan, juga dapat menggerakan roda ekonomi industri,” tambah Jamil.
Jamil menjelaskan berdasarkan data lalulintas komoditas pertanian pada IQFAST ada 12 negara yang menjadi konsumen santan asal Indonesia. Termasuk Cina, Hongkong dan Thailand, negara tujuab ekspor lain adalah Amerika Serikat, Belgia, Australia, Selandia Baru dan juga Belanda.
Jamil menyebutkan untuk tiga negara masing-masing Australia, Selandia Baru dan Belanda telah diterapkan proses bisnis karantina dengan sertifikat online atau elektronic certificate,e-Cert. Dengan layanan ini akan ada banyak keuntungan bagi pelaku usaha, selain lebih cepat, e-Cert ini juga menjamin produk dapat diterima sebelum barang datang karena seluruh persyaratan teknis kesehatan dan keamanan komoditasnya telah diperiksa terlebih dahulu.
Sangat penting menggiatkan ekspor produk olahan untuk menggantikan ekspor komoditas pertanian dalam bentuk asli ataupun bibit. Selain tidak memberi nilai tambah, kedepan dapat juga mengurangi volume ekspor karena sudah dapat dibudidayakan di negara tujuan ekspor. Ini bisa berakibat pada perlambatan ekonomi. “Kita sudah banyak belajar, sudah saatnya kita mengubahnya. Undang investor jika perlu untuk membangun industri olahan,” ujar Jamil.
Disamping itu, Kepala Karantina Pertanian Palembang, Bambang Hesti memaparkan bahwa selain komoditas sub sektor perkebunan, tanaman pangan dan peternakan, Provinsi Sumatera Selatan juga memiliki potensi komoditas asal hewan dan produknya.
Berdasarkan data dari sistim otomasi perkarantinaan, IQFAST diwilayah kerjanya tercatat sampai dengan Juli 2019 sebanyak 25,1 kilo senilai Rp. 502 juta. Ini sudah 10 kali lipat dibanding tahun 2018, dan pelaku usaha SBW di Sumsel akan didorong agar dapat memenuhi persyaratan negara tujuan mengingat potensi SBW yang masih sangat besar.
Ekspor berupa jeroan celeng tercatat sebanyak 8 ton dengan nilai Rp. 400 juta dan 26,3 ton daging celeng senilai Rp. 2,6 miliar melalui Wilker Pelabuhan Boom Baru hingga Juli 2019, jelas Bambang.
Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru yang hadir dan turut melepas ekspor santan asal Palembang ini menyampaikan bahwa pihaknya mengapresiasi dorongan Kementan dalam meningkatkan ekspor komoditas pertanian diwilayahnya. (Vin)