LUX Ajak Perempuan Indonesia #STOPBeautyBullying
Jakarta,Koranpelita.com
Beauty bullying merupakan bentuk bullying yang kerap dialami perempuan Indonesia baik secara verbal maupun melalui media sosial. Permasalahan ini kerap menghantui para perempuan terutama di ruang media sosial yang biasa kita sebut dengan social beauty bullying.
Memahami isu ini, LUX bersama Maudy Ayunda meluncurkan inisiatif #STOPBeautyBullying untuk mengajak perempuan Indonesia melawan social beauty bullying dengan berani mengekspresikan kecantikannya.
“Media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari – hari. Namun, platform ini seringkali disalahgunakan, contohnya melontarkan komentar negatif yang menyerang penampilan fisik atau social beauty bullying. LUX percaya bahwa setiap perempuan itu cantik dan berhak untuk mengekspresikan kecantikannya tanpa terkecuali. Melalui inisiatif #STOPBeautyBullying kami mengajak para perempuan untuk berani mengekspresikan dirinya dan mengesampingkan komentar – komentar negatif orang lain terhadap dirinya,” ujar Maulani Affandi, Head of Skin Cleansing & Baby PT Unilever Indonesia Tbk di Jakarta, kemarin.
Permasalahan social beauty bullying juga kerap dialami oleh Maudy Ayunda, publik figur yang juga merupakan Brand Ambassador LUX. Tak jarang Maudy Ayunda menerima komentar atau ‘nyinyiran’ terkait penampilannya di media sosial. Berkolaborasi dengan LUX, Maudy Ayunda turut menyuarakan inisiatif #STOPBeautyBullying bagi para perempuan Indonesia.
“Dulu aku berpikir bahwa menerima komentar negatif tentang penampilan di media sosial merupakan risiko sebagai public figure. Tapi lama-lama aku semakin menyadari bahwa tidak sepatutnya kita tinggal diam. Aku berharap melalui inisiatif #STOPBeautyBullying perempuan Indonesia semakin berani untuk menunjukkan bahwa kalau komentar-komentar negatif itu tidak dapat menghalangi kita untuk mengekspresikan kecantikan kita dan kemampuan kita untuk berkarya,” ungkap Maudy.
Berdasarkan data dari The Cybersmile Foundation, social beauty bullying telah menjadi permasalahan mainstream yang dialami lebih dari 45 juta perempuan di dunia. Ironisnya, tindakan tersebut kerap kali datang dari sesama perempuan, baik dari keluarga, kerabat, rekan sekantor ataupun teman yang dapat mempengaruhi sisi psikologis dari perempuan tersebut.
Hal ini turut diyakini oleh Nuran Abdat, M.Psi, Psikolog Klinis dari Brawijaya Healthcare memaparkan, prilaku social beauty bullying yang dilakukan oleh perempuan terhadap perempuan lain secara zvonline yang mengomentari penampilan seperti make-up, model rambutnya, fitur fisik, dan lain-lain. Dampak dari tindakan ini dapat mengganggu kondisi mental pelaku dan korbannya. Untuk itu, seseorang harus menghargai dirinya sendiri agar dapat menghargai orang lain.
Lily Puspasari, selaku Programme Management Specialist UN Women yang juga turut hadir dalam acara ini mengatakan, di seluruh dunia, perempuan terus mengalami kekerasan, terlepas dari tingkat pendidikan, status sosial, maupun usia mereka. Bullying sebagai salah satu bentuk kekerasan terhadap perempuan, termasuk di media sosial, seringkali luput dari perhatian dan dianggap sebagai suatu hal yang biasa. (Vin)