Selesai urusan belanja-belanja, saatnya mengurusi perut. Maka mari berwisata kuliner. Inilah fase paling mendebarkan, karena harus pandai merayu nafsu, agar tidak terburu-buru melahap setiap santapan. Cari, teliti, dan hati-hati, agar nemu menu halal.
Pad thai, makanan khas Thailand ini bisa dijumpai di hampir setiap sudut kota Bangkok. Tapi ya itu tadi, memang perlu bertanya-tanya dulu, karena banyak resto yang menyajikan makanan berbahan dasar babi. Jangan salah. Gerai populer sekelas McD atau Burger King, juga menyisipkan daging babi.
Tenang. Walaupun jebakan babi di mana-mana, tidak lalu cemas berlekas-lekas. Faktanya, jumlah turis Indonesia dan Timur Tengah, yang terus meningkat, membuat halal food atau muslim food semakin mudah didapatkan. Beberapa hotel, bahkan perlu meyakinkan pelancong dengan menempelkan tanda arah kiblat untuk melayani tamu muslim.
Makanan seafood sangat dominan jika kita ke street market. Udang dan cumi dengan ukuran besar, menyebar aroma menggoda, saat dipanggang. Makanan lain yang pasti mudah ditemukan adalah manggo sticky rice. Nasi ketan yang dimakan dengan buah mangga.
Nah, bagi yang menyukai makanan ekstrem, Bangkok juga menyediakannya. Buaya panggang khas Bangkok, bisa menjadi eksperimen lidah. Supaya makanan ini menarik (atau mungkin biar terkesan lucu sehingga tidak memberi ngeri) dinamai Bangcroc, plesetan dari kata Bangkok.
Selanjutnya, bagi penyuka buah-buahan, Bangkok adalah surganya. Mangga, rambutan, salak, nanas, duren dan buah segar khas tropis dengan kualitas sangat baik mudah didapat di kaki lima ataupun di mall. Bukankah di Indonesia, embel-embel Bangkok selalu menjadi identivikasi keunggulan di banding yang lokal: jambu bangkok, durian bangkok, ayam bangkok, dll, dsb, ect…
Setelah perut terisi usai memuaskan hasrat berbelanja, Bangkok masih menawarkan layanan yang menggoda. Pijat. Sangat banyak jasa pijat yang masuk kategori murah-meriah, sekadar sebagai pelenyap penat.
Hiburan malam
Selesaikah? Belum. Sebab, Bangkok di malam hari, menawari sensasi tersendiri. Kota ini, seperti tak ingin berhenti menguasai (untuk kemudian menguras sampai tandas) isi dompet para pelancong, bahkan hanya dalam sehari semalam.
Jadilah bagi yang belum puas belanja di siang hari, masih ada malam hari. Sementara untuk yang sudah nyerah, bisa bersantai sambil menikmati banyak pilihan pertunjukan. Semua pertunjukan ada: buat yang belia hingga yang lansia.
Pertama, Siam Niramit. Rasanya, menyenangkan bisa mengetahui sejarah peradaban kerajaan Thailand dan hubungannya dengan para pedagang China. Disaji dalam seni teater yang baik dan profesional, akting aktornya, semakin hidup dengan permainan lighting yang sangat bagus. Juga dukungan properti seperti gunung, naga, perahu, bahkan air yang tiba-tiba ada di panggung. Semua sangat mengesankan. Tidak rugi membayar tiket 1.500 bath.
Satu show lagi berjudul Calypso Cabaret Show. Ladyboy show. Mungkin tidak semua menyukai pertunjukan ini. Pertunjukan dengan pemerannya wanita tapi aslinya pria. Beberapa pria itu, sudah bermetamorfosa alias berubah total menjadi seorang wanita, tapi banyak juga yang masih belum berubah bentuk. Hanya gerakan dan bicaranya saja yang mirip atau dimirip-miripin dengan wanita.
Ada juga yang baru separo berubah dari perut ke atas, tapi perut ke bawah belum sempat dipermak atau masih mencari format mau diubah gaya apa. Jika di Korea Selatan terkenal dengan operasi ganti wajah, maka Bangkok terkenal dengan operasi ‘ganti anu’. Tidak perlu ditiru. Syukuri nikmat yang ada. Lagi pula, operasi ini butuh biaya yang tidak sedikit.
Tentang tertipu cewek Bangkok, ada yang sangat menggelikan saat kami bersiap makan malam di sebuah mal. Ini sungguh terjadi. Salah satu teman (seorang pria tulen yang masuk kategori pria keren) ke toilet untuk buang air kecil. Tiba-tiba ada cewek masuk. Kali ini, bukan cewek petugas kebersihan, karena cantik dengan segala pendar kecantikannya. Tapi ajaib, cewek cantik ini ikut berdiri di samping sahabat saya yang langsung shock, melihat ada cewek buka resleting, ikut buang air kecil sambil berdiri.
Sahabat saya tadi itu, meninggalkan kamar kecil membawa langkah cemas yang gegas. Muka agak pucat, tergopoh mengucap kalimat pendek, “Aku shock Pak.”
Setelah duduk, dia mulai bercerita. “Mosok cewek kencingnya sambil berdiri di toilet pria,” dia menjelaskan dengan sisa pias di wajah yang belum ditinggalkan rasa kaget.
Masih belum jelas juga sebenarnya. Saya menduga dia shock lebih karena melihat wanita itu punya sesuatu yang lebih besar dari miliknya. Sesuatu yang lebih besar itu, mungkin suaranya. Atau, jangan-jangan cewek itu bilang, “Kaget ya mas, ike juga punya,” katannya dengan suara besar, nge-bass, dengan jakun yang naik turun. Jangan-jangan… (tamat)