Sampit,Koranpelita.com.
Membelah malam di Pelabuhan Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur ( Kotim ) Provinsi Kalteng, menyaksikan anak manusia yang akan mudik lebaran keberbagai daerah di Pulau Jawa.
Jurnalis media ini menyusuri malam di Pelabuhan Sampit Minggu dinihari ( 2/6) ketika waktu menunjukkan pukul 24.00 WIB lebih.
Terlihat di terminal penumpang pemudik yang akan pulang kampung mudik lebaran tahun ini ke Pulau Jawa.
Ada yang tertidur pulas di atas tikar, ada pula yang masih ngobrol -ngobrol sesamanya sambil mendengarkan alunan musik organ tunggal mengiringi sang biduan menyanyikan sejumlah lagu dengan suara yang cukup merdu.
Geliat Pelabuhan Sampit di saat jelang lebaran lebih ramai dan banyak penumpang dibandingkan hari -hari biasa.Tampak seorang lelaki berusia di atas 40 tahunan belum tidur dan asik mengisap rokoknya.
Nama saya Bejo , ingin pulang kampung mudik lebaran di Kabupaten Purbalingga , Jawa Tengah , dengan menumpang Kapal roro KM.Kirana I milik swasta dengan tujuan Pelabuhan Tanjung Mas Semarang, besok Minggu siang ( 2/6) sekitar pukul 12.00 WIB, katanya ketika dikonfirmasi.
Bejopun menceritakan pengalamannya merantau ke Sampit sudah sekitar tujuh tahun dan bekerja sebagai kuli bangunan. Tapi ia mengaku betah , disini asal mau kerja lebih mudah cari rejeki ketimbang di kampungnya di Purbalingga.
Kemiskinan yang melilit kehidupannya di kampung halaman membuat ia bersemangat merantau ke Sampit untuk merajut kehidupan yang lebih baik.
Dirinya yang sejak kecil hidup bukan di zona nyaman telah mengajarkan karakter ulet, rajin dalam bekerja untuk mencari kehidupan yang lebih baik.Kangen akan kampung halaman cukup terobati dengan pulang setahun sekali di saat mudik lebaran.
Baginya, hidup susah bukan untuk dibelaskasihani tetapi diberikan jalan dan kesempatan akan peluang kerja demi kehidupan yang lebih baik.Meskipun ia bekerja sebagai seorang kuli bangunan.Tapi ia tak menyesali garis dan jalan hidup.
Sebab kehidupan ini adalah rahasia Ilahi. Lain Bejo lain pula dengan Edy ( 30) yang mengaku juga asal Kabupaten Purbalingga di Jawa Tengah yang bekerja di perkebunan sawit di pelosok Kotim.
Kata Edy ia betah bekerja disini yang sudah jalan lima tahun , karena bisa menghidupi dirinya dan keluarga serta bisa menabung, untuk membantu orang tua yang sudah tua di kampung.
Dirinya juga mengaku akan mudik lebaran ke Pulau Jawa Minggu siang (2/6) pukul 12.00 WIB dengan menumpang KM.Kirana I menuju Pelabuhan Tanjung Mas Semarang.
Lain lagi dengan pemudik asal Pandeglang dan Tasik Malaya di Jawa Barat yang mengaku bekerja di perkebunan sawit di Kotim sudah setahun.
Mereka hanya ingin berlebaran di kampung mudik lebaran berkumpul dengan keluarga dan sanak family. Tetapi kami akan kembali kesini untuk bekerja di perkebunan sawit. Karena di kampung kami menganggur tidak ada pekerjaan.
Langkah kaki perlahan membelah malam di Pelabuhan Sampit menyaksikan pemudik yang akan pulang kampung ke berbagai daerah di Pulau Jawa cukup mengasikkan.
Terlihat KM.Kirana I milik PT.Darma Lautan Utama sejenis kapal roro yang tidak hanya membawa penumpang tapi juga kendaraan dan barang sudah bersandar di dermaga Pelabuhan Sampit. Siap membawa kebahagiaan bersama pemudik mengarungi lautan luas ke Pelabuhan tujuan, Tanjung Mas Semarang.
Banyak kisah dan cerita pemudik yang merantau ke Sampit dan pelosok Kotim untuk bekerja merajut kehidupan akan keadaan yang lebih baik daripada di kampung halamannya.
Dengan doa dan segala pengharapan dan kerja keras seiring berjalannya waktu yang tidak berada di ruang hampa. Namun dalam dimensi ruang dan waktu yang penuh cita -cita dan cinta akan keluarga yang ikut merantau dan yang ditinggalkan dikampung halaman.
Itulah hidup dan kehidupan pada sisi dan potret tentang pemudik yang akan pulang kampung mudik lebaran . ( Ruslan AG ).