Bandung, Koranpelita.com
Pasca pemungutan suara, elit-elit politik diharapkan merajut kembali persatuan bangsa. Elit-elit tidak lagi melakukan provokasi politik karena dapat membahayakan kehidupan bangsa dan negara.
Karena itu perlu upaya rekonsiliasi nasional dengan rajutan politik persatuan.
Demikian benang merah diskusi publik yang digelar DNC Community dengan tema “Merajut Kembali Silaturahmi dan Persatuan Pasca Pemilu 2019″.
Diskusi yang digelar pada hari Jumat (17/5) di Bandung, menghadirkan pembicara; Nina Yuningsih (Komisioner KPU Jawa Barat), Ferry Kurnia Rizkiansyah (Akademisi Universitas Padjajaran) dan Afdal Abdiansyah (Tokoh Pemuda).
Nina Yuningsih mengatakan, pasca pemungutan suara ternyata tensi politik tidak menurun. Apalagi hasil hitung cepat yang bertujuan mengedukasi malah menimbulkan polemik.
Selain itu, aspek hoax turut memperkeruh suasana dan berdampak negatif bagi masyarakat. ” Di kalangan bawah saat ini sulit disatukan akibat hoax di media sosial,” kata Nina.
Sementara Ferry Kurnia mengkritik keras situng yang dianggap “maha benar” sehingga menjadi sesuatu yang diutamakan.
“Data harus diuji dalam forum rekapitulasi,”katanya. Rizki juga mengkritik pihak-pihak yang menggaungkan gerakan “people power”. Karena people power sesungguhnya pada saat rakyat berbondong-bondong ke bilik suara.
Apalagi ditambah banyaknya hoax, sara, dikotomi antara Islam dan Pancasila menjadi berbahaya bagi kehidupan bangsa dan negara. Kàrena itu, mantan komisioner KPU Pusat ini menyarankan agar ada penataan kembali proses pemilu agar lebih beradab, manusiawi, mengasyikan dan santai.
“Kita harus percaya kepada kekuatan hukum karena hukum itu beradab. Para elit harus merajut kembali bukan memprovokasi,”katanya.
Hal senada juga disampaikan Afdal, gara-gara salah memahami terjadi benturan antara pihak merasa paling agamis dengan pancasilais. Selain itu, hitung cepat juga telah membuat kegaduhan bangsa.
“Karena itu perlu dirajut kembali dengan jarum hukum, semua sama di depan hukum dengan tidak pandang bulu. Perlu rekonsiliasi nasional yaitu merajut dalam politik persatuan,”ujarnya.
Acara dihadiri sekitar 80 pesera terdiri dari kalangan pemuda dan mahasiswa dari berbagai universitas di Bandung. (zis)