Jakarta, Koranpelita.com
Jumlah tenaga ahli dan anggaran pemerintah untuk penelitian di Ethiopia, khususnya di bidang kehutanan, jauh lebih kecil dibandingkan dengan di Indonesia. Sangat kecil, mengingat Ethiopia adalah Least Developing Country (LDC) dan Kementerian Kehutanan baru dibentuk tahun 2013.
Namun, para peneliti kehutanan di Ethiopia sangat produktif. Tulisan-tulisan peneliti kehutanan Ethiopia banyak sekali dimuat jurnal-jurnal internasional terutama di Eropa dan Amerika. Hal itu disebabkan, pertama karena Ethiopia sendiri tidak memiliki Jurnal khusus dibidang kehutanan dan kedua, peneliti Ethiopia menguasai bahasa Inggris lisan dan tulisan dengan baik walaupun itu bukan bahasa nasional mereka.
Hal itu terungkap dalam bincang-bincang Al Busyra Basnur, Duta Besar RI untuk Ethiopia, Djibouti dan Uni Afrika dengan seorang professional dan peneliti muda Indonesia, Dr. Stibniati Atmadja minggu lalu di kediaman Duta Besar, Wisma Indonesia, Addis Ababa, Ethiopia.
Stibniati Atmadja bekerja di Center for International Forestry Research (CIFOR) yang berpusat di Bogor dan mempunyai kantor cabang di Addis Ababa, serta sudah bermukim di Ethiopia sejak 4 tahun lalu. Kantor CIFOR dibuka di Addis Ababa sejak 2005.
“Indonesia memiliki kekayaan hutan yang sangat luas, hijau rimbun dan lembab serta memiliki potensi yang besar untuk diteliti. Sementara luas hutan Ethiopia sangat sedikit dan kering sehingga kondisinya sangat jauh berbeda,” kata Nia, panggilan sehari-hari Stibniati Atmadja melalui siaran persnya. “Namun demikian, banyak hal soal tata kelola hutan dan pembangunan sektor kehutanan Indonesia yang bisa menjadi pelajaran bagi Ethiopia,” imbuh Nia.
Dalam tata kelola dan pemanfaatan hutan untuk kesejahteraan masyarakat, Indonesia lebih maju dan memiliki pengalaman yang luas. Indonesia telah memiliki standar nasional untuk produk-produk kehutanan. Sementara Ethiopia belum.
Nia juga mengimbau agar peneliti kehutanan Indonesia bisa terpacu untuk lebih produktif dalam melahirkan tulisan-tulisan dan kajian ilmiah untuk dipublikasikan di jurnal-jurnal terkemuka internasional, seperti peneliti Ethiopia.
Dari bincang-bincang dengan peneliti muda Indonesia itu terlihat bahwa potensi dan peluang kerjasama Indonesia-Ethiopia dibidang kehutan sangat besar. Sebelumnya, Duta Besar Al Busyra juga telah bertemu dengan berbagai perguruan tinggi dan lembaga penelitian Ethiopia membicarakan hal yang sama. Dari pertemuan-pertemuan tersebut diperoleh kesimpulan banyak lembaga dan institusi di Ethiopia yang ingin bekerjasama dengan Indonesia dibidang kehutanan. (esa)