Malam ini, akan ada parade budaya, yang sakral. Semua orang berbusana adat lengkap. Berkeris, bersurjan, serta melewati malam dalam rasa syukur. Semua akan menandai malam puncak perayaan Dwi Windu Badan Koordinasi Paguyuban Kulon Progo (Bakor PKP).
Bertempat di Anjungan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Taman Mini Indonesia Indah (TMII), seribuan orang akan berada dalam suasana khusuk upacara tanggap warso paguyuban masyarakat Kulon Progo di Jabodetabek itu.
Acara dimulai dengan tari gambyong yang sakral, dilanjutkan dengan panemboromo yang tak kalah wingit. Gambyong dan Panembromo bukan sekadar kesenian tradisional khas Jogjakarta, tapi sekaligus doa-doa yang penuh mantra. Bait-bait panembromo merupakan pengharapan spiritual yang berusaha mengetuk dinding langit. Memohon keberkahan.
Semua akan berbusana adat lengkap dengan keris-keris pusaka. “Meski tinggal di Jakarta dan sekitarnya, anggota paguyuban memiliki keris-keris pusaka yang diwariskan leluhurnya. Saya juga akan membawa keris Junjung Drajat milik eyang yang diberikan kepada saya,” kata Ki Ngirwang, salah seorang anggota paguyuban yang telah menyiapkan semua perlengkapan busana adat serta keris dengan pamaor Jungjung Drajat yang sakral.
Sementara itu, di pelataran anjungan, banyak jajanan khas Kulon Progo yang jarang ditemui, siap menggoda selera. Ada geblek yang legendaris lengkap dengan tempe benguk, ada tahuleg yang juga khas, serta makanan-makanan tradisional lainnya.
Bagi yang rindu dengan geblek, bisa datang ke Anjungan DIY pada malam Minggu besok. “Kita datangkan langsung dari pembuat geblek dan tempe benguk dari wilayah Kalirejo, Kulon Progo. Jadi ini asli,” kata Ir Sukardi Karso, Ketua Panitia Peringatan Ulangtahun Badan Koordinasi Paguyuban Kulon Progo (Bakor PKP) yang menggelar festival jajanan Kulon Progo.
Menu lain masih banyak yang menanti. Misalnya saja tahulek yang dimasak oleh seorang pemasak langsung dari Dusun Jombokan, Desa Tawangsari, Kecamatan Pengasih. Ada juga apem yang siap dipesan. “Yang bikin apem ini, adalah piyayi dari Kaligintung, Temon. Jadi dijamin uenak,” kata Mbak Estu yang siap menyajikan apem dan tahulek.
Kuliner lain yang juga akan dihadirkan adalah bakso khas Wates, Madu dari Sentolo, Srundek Klopo, Dawet Ireng dari Plumbon, serta minuman Rempah Merah yang sentra industrinya ada di wilayah Pengasih.
“Kita sudah menyiapkan 1.000 gelas rempah merah untuk tetamu yang hadir. Ini sekaligus untuk menguatkan gerakan tradisi minum rempah merah yang sudah dimotori oleh Kecamatan Kokap,” kata Agus Triantara, Sekretaris Umum Bakor PKP.
Perhelatan temu masyarakat dalam rangkaian HUT Bakor PKP ke-16 ini, memang dipastikan meriah. Hampir 1.000 perantau Kulon Progo hadir ditambah tetemu penting, pejabat daerah, serta paguyuban-paguyuban Kabupaten lain di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dari paguyuban yang tergabung dalam Bakor PKP saja sudah ratusan orang yang siap ikut perayaan ini. Seperti diketahui, Bakor PKP mewadahi lebih dari 60 paguyuban dan alumni sekolah di Kulon Progo. Mereka datang dari Jakarta, Banten, Bogor, dan Bandung.
“Kalau satu paguyuban saja mengajak anggotanya 10 orang, yang hadir sudah 600 orang. Apalagi dari data yang masuk panitia, ada paguyuban yang memesan 20 undangan untuk anggotanya,” kata Agus Saharjo, Sekretaris Panitia Dwi Windu Paguyuban Kulon Progo.(sat)