Jakarta, Koranpelita.com
Pada 2030 Jakarta akan lampaui Tokyo sebagai megacity terbesar di dunia dengan perkiraan 35,6 juta penduduk (Euromonitor International). Mengelola perpindahan warga akan jadi masalah besar, karena saat ini hanya 33 persen penduduk Jakarta yang menggunakan transportasi umum.
Kondisi ini harus segera dientaskan dengan infrastruktur transportasi umum Jakarta yang terintegrasi dan terkoneksi di seluruh wilayah ibu kota. Dan itu semuanya membutuhkan investasi masif dan kebijakan yang konsisten di semua sektor.
“Karena itulah yang kami menyambut baik diskusi “Sustaining Transit Investment in Asian Cities” di Balai Kota,” kata Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat gelar diskusi di kantornya, Senin (15/4).
Menurut Anies, sejak tahun 2005, masyarakat Indonesia lebih banyak tinggal di perkotaan dibandingkan pedesaan. Pada 2050, lebih dari 70 persen populasi dunia akan tinggal di kota. Karena itu, rencana pembangunan transportasi adalah kuncinya.
Pembangunan fasilitas transportasi umum massal melalui BRT, MRT, maupun LRT tengah dilakukan dan masih membutuhkan investasi hingga mencapai target penyelesaian 10 tahun ke depan.
“Kami ingin mengajak banyak agensi pembangunan internasional untuk membagikan praktik terbaik dan telah dibuktikan dari seluruh dunia. Kita ingin mengadatapasinya, bukan sekadar mengadopsinya. Karena itu dua hal yang berbeda antara adopsi dan adaptasi. Kita tidak ingin sekadar meniru begitu saja tanpa melihat konteks yang terjadi di Jakarta. Targetnya, Kita ingin mengubah masyarakat untuk lebih banyak menggunakan kendaraan umum dibandingkan kendaraan pribadi untuk berpindah dari suatu tempat ke tempat lainnya di Jakarta,” ujarnya.
Anies berharap setelah diskusi ini, kita memiliki kerangka pemikiran yang baru untuk dapat melanjutkan pembangunan kota, agar kita mewujudkan ibu kota Indonesia yang lebih baik. Terima kasih kepada Asian Development Bank (ADB) yang telah memfasilitasi diskusi ini dan semoga bermanfaat bagi kita semua. (esa)