Jakarta, Koranpelita.com
Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) mengimbau semua pihak diharapkan dapat menciptakan suasana damai menjelang, saat dan sesudah Pemilihan Umum Serentak DPR, DPD, DPRD dan siden dan Wakil Presiden.
“Penciptaan suasana damai itu tidak hanya ditekankan pada kontestan Pemilu, partai politik dan Capres-Cawapres,” ujar Hidayat Nur Wahid dalam diskusi Empat Pilar bertema ‘Konsolidasi Nasional Untuk Pemilu Damai’ di Media center DPR/MPR, Senin (25/3/2019).
Tampil juga sebagai pembicara dalam diskusi itu anggota MPR dari Fraksi Partai Golkar Ace Hasan Sadzily dan pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Ady Prayitno.
Hidayat mengatakan, bisa jadi yang menghadirkan suasana tidak kondusif itu bukan kontestan Pemilu, tetapi pihak ketiga. Menurut dia, salah satunya adalah pemberitaan media massa atau pers. “Media massa harus berlaku adil dalam membuat berita sesuai fakta,” imbau dia.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu meminta aparat keamanan yang menjadi bagian dari pemerintah, juga harus bersikap adil. “Bila semua berlaku adil, maka Pemilu damai akan terwujud. Bila Pemilu luber dan jurdil kedamaian akan tercipta,” ujar dia.
Hidayat Nur Wahid mengkritisi sikap pemerintah yang terkesan “alergi” untuk dikritik. Kritik yang dilontarkan masyarakat jangan diartikan sebagai menyebar kebencian atau hoax. Bila ada kritik, harus dibalas dengan argument yang lebih kuat.
“Bila kritik diartikan atau dianggap hoax atau menyebar kebencian. Maka sikap seperti itu lah yang justru akan membikin suasana tidak kondusif,” ujar Hidayat.
Sementara anggota MPR dari Fraksi Partai Golkar, Ace Hasan Sadzily mengatakan, pemilu adalah mekanisme yang biasa dalam demokrasi. Mekanismenya sudah diatur dalam konstitusi. Pemilu untuk mengatur sirkulasi kekuasaan setiap lima tahun sekali.
Sebagai peralihan kekuasaan yang beradab maka dalam kampanye diharapkan peserta pemilu, partai politik dan capres-cawapres, menyampaikan visi dan misi. Bila petahana, menyampaikan apa yang sudah dilakukan dan akan dilakukan lima tahun ke depan, itu wajar dan tentunya juga harus diikuti pemberian harapan baru bagi masyarakat.
“Memilih pemimpin mestinya dengan mengedepankan aspek keadaban publik. Jangan sampai karena Pilpres yang seharusnya bisa memberikan nilai positif bagi keutuhan bangsa dan Negara, justru membuat rakyat terpecah belah,” tegas dia.
Sedangkan Ady Prayitno menegaskan pemilu bukan perang antaragama, suku, dan golongan. Pemilu adalah pesta demokrasi yang harus disambut dengan baik. “Jangan sampai adanya Pemilu membuat kita tak produktif,” ucapnya.
Dikatakan Ady dalam Pemilu, rakyatlah penentu kekuasaan. Mereka pula yang bisa menjadikan atau menggagalkan calon pemimpin. Karena itu, peserta Pemilu harus memiliki visi, misi dan kecakapan lebih,” ucapnya. (kh)