Jakarta, Koranpelita.com
Yayasan Ahimsa Indonesia menyelenggarakan diskusi publik dengan tema “Partisipasi Aktif Pemilih Milenial dalam Pemilu Damai 2019 diselenggarakan Senin 25 Maret 2019, di Mug Café, Jl. Margonda, Depok, Jawa Barat.
Hadir 70 orang elemen mahasiswa dari Universitas Indonesia, Universitas Guna Darma, Politeknik Negeri Jakarta, Universitas Pancasila, HMI, PMII, PMKRI.
Bertindak sebagai nara sumber, yaitu Hanif Dhakiri (Menteri Ketenagakerjaan), Nana Shobarna (Ketua KPU Depok), Reni Suwarso (Direktur Centre for Election and Political Party Universitas Indonesia), dan Edbert Gani Suryahudaya (Direktur Analytics Alexandria Strategy/Tokoh Pemuda).
Ketua KPU Depok Nana Shobarna mengatakan hari-hari ini kami fokus pada logistik pemilu. Surat suara sudah sampai semua di kota depok. Kami saat ini masih melipat surat suara. Terkait calon-calon Presiden dan wakil rakyat, teman-teman harus memilih yang track recordnya bersih, jangan percaya hoaks maupun berita-berita negative, cek sendiri rekam jejak mereka, agar tidak terkecoh. Temen-temen milenial harus berperan aktif dalam pemilihan umum ini. Datang ke TPS untuk mencoblos berdasarkan hati nurani. Ikut menjaga pesta demokrasi ini dengan bersama mengawal pencoblosan dan penghitungan suara nanti.
Sedangkan Direktur Centre for Election and Political Party Universitas Indonesia, Reni Suwarso mengatakan setiap melihat berita atau informasi yang mencurigakan, harus dikonfirmasi terlebih dahulu dengan senior, dosen, ustad, pendeta, dan orang yang menurut kita lebih paham, maupun mencari faktanya melalui browsing.
Mengenai pemilu, semua disini sudah mengerti bahwa harus mencoblos tanggal 17 April. Namun yang harus kita bahas adalah apa yang akan terjadi setelah 17 April? Kalau damai Alhamdulillah.
Namun kalau chaos bagaimana. Kalua 01 yang menang, dalam 5 tahun ke depan, maka pemerintahan Jokowi akan seperti ini, digoyang kritik terus, selalu salah dimata orang. Kalua 02 yang menang, apa yang akan terjadi? Di dalam kelompok 02 ada orang-orang radikal yang ingin membentuk NKRI Bersyariah.
Pasti janji-janji kampanye akan dipenuhi apabila mereka menang.
Direktur Analytics Alexandria Strategy/Tokoh Pemuda, Edbert Gani mengatakan milenial selama ini dikaitkan dengan sebuah konsep bahwa milenial adalah anak muda.
Dengan definisi ini, dianggap bahwa milenial tidak tahu apa-apa, belum mengerti politik. Selain itu, definisi milenial sendiri adalah anak muda yang saat ini usianya 25-35 tahun, sementara dibawahnya, yaitu 17-25 tahun, adalah generasi Z. Artinya, pemilih milenial bukan pemilih pemula.
Mereka sudah merasakan 1 atau 2 kali pemilu. Dia sudah bisa merasakan dan mengevaluasi dari pemilu yang sebelumnya. Pemilih milenial adalah pemilih rasional, bukan pemilih yang baru dan tidak tahu apa-apa. Saat ini kita sedang masuk pada bonus demografi. Negara-negara maju, berhasil ekonominya, karena mereka memanfaatkan bonus demografinya. Kita sebagai anak muda, harus menunjukkan peran serta kita dalam pembangunan, salah satunya adalah dengan tidak golput.
Menteri Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri mengatakan antara lain bonus demografi menjadi sangat penting untuk kita sikapi. Ini adalah berkah sekaligus tantangan.
Akan menjadi berkah apabila diisi dengan pembangunan SDM yang terukur dan berkualitas. Apabila tidak, hanya akan menjadikan banyak anak muda Indonesia menganggur. Tahun 70an Korea Selatan mendapatkan bonus demografi. Hasilnya sudah terlihat sekarang, dimana invasi Korea, baik teknologinya, budaya pop nya, dan lain sebagainya, sudah merebak dimana-mana.
Presiden Jokowi baru empat setengah tahun sudah menyediakan 10.540 pekerjaan. Angkatan kerja kita 131 juta orang. Dari jumlah itu, 58 persennya adalah lulusan SD/SMP. Jadi enam dari 10 orang
Indonesia lulusan SD/SMP. 4 orang yang lulusan SMA ke atas mendominasi pekerjaan di Indonesia dengan 60 persen.
Berarti ada 20 persen penduduk yang mismatch atau penduduk lulusan SD/SMP yang tidak bekerja. Intinya adalah problem kita adalah bukan lapangan kerja, tapi adalah skilled labour. Lapangan kerja kita banyak tapi lulusan yang dapat mengisi pekerjaan tersebut tidak sesuai.
Mengenai politik uang, karena saya dari NU, saya percaya bahwa politik itu sangat berhubungan dengan agama. Jadi, apa yang kita lakukan sekarang juga dipertanggungjawabkan di akhirat.
Value agama mendasari politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kita patut bersyukur dengan diadakannya pemilu serentak ini. Orang-orang terdahulu belum ada yang melaksanakan pemiu berbarengan seperti ini. Anak-anak muda harus bersyukur dengan memilih, jangan golput. 1 dari 3 penduduk Indonesia saat ini adalah anak muda. Jadi masa depan Indonesia ada di pundak kawan-kawan semua. Selain itu, kita sebagai negara mayoritas Islam, kita patut bersyukur. Di Eropa, aman tapi tidak punya iman. Di Timur Tengah punya iman, tapi tidak aman. Di Indonesia kita punya Iman dana man. (zis)