Slank Bakal Sebar Virus Perdamaian di Apel Kebangsaan
Semarang, Koranpelita.com
– Slank bakal manggung selama 55 menit di acara Apel Kebangsaan Kita Merah Putih di lapangan Pancasila Simpang Lima Semarang, Minggu (17/3). Selain membawakan lagu dari album terakhir, Slank bakal menebar virus-virus perdamaian berdemokrasi.
Apel Kebangsaan Kita Merah Putih yang diadakan Minggu (17/3) menghadirkan ulama-ulama kharismatik, Habib Luthfi bin Yahya, KH Maimoen Zubair, KH Munif Zuhri, Gus Muwafiq dan Mahfud MD. Bakal hadir juga Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, tokoh lintas agama dan artis nasional, Letto, Armada, Virza, Nella kharisma sampai Slank. Dalam jumpa pers pra event, Sabtu (16/3), Bimbim, salah satu pentolan Slank mengatakan bakal tampil selama 55 menit dari pukul 08.05 wib.
“Nanti kita bawain lagu dari album ke 22 Kepala Loe Peang, salah satunya yang menyuarakan anti hoax. Kita ingin menyatukan bangsa lewat lagu, nasionalisme lewat lagu, kita ingin nyebarin virus perdamaian. Datang yuk,” katanya.
Dalam jumpa pers itu Bimbim bersama dua rekannya, Ridho dan Ivanka, tanpa sang vokalis, Kaka yang masih bertahan di Jakarta. Band yang bermarkas di gang Potlot itu juga didampingi Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Bimbim mengaku sangat menantikan tampil di acara itu, terlebih bakal sepanggung dengan Habib Luthfi bin Yahya.
“kita penasaran banget dengan habib Luthfi dan kami seneng banget. Sebenarnya sudah dari 2012 masa stres, pengen nemuin. Terus ada yang bilang kamu harus nemuin habib Luthfi. Tapi tlisipan terus. Jadi besok pengin ketemu. Bukan pengin menyampaikan, tapi pengin bertanya. Habib Luthfi jago main keyboard, pengin ngobrol soal musik agama dan Indonesia,” katanya.
Semangat nasionalisme yang konsisten disuarakan oleh Slank, menurut Bimbim senafas dengan spirit-spirit yang diajarkan oleh sang habib dari Pekalongan itu. Yang dalam berbangsa memiliki prinsip mensyukuri keragaman, bukan mempermasalahkan perbedaan terlebih sekadar perbedaan pilihan politik.
“Besok kita akan menyebar virus merah putih. Dan kita rayakan perbedaan ini. Ada tools yang menyatukan kita, Pancasila. Pemilu ini biasa aja. Lima tahun sekali kita lakukan. Berdewasalah. Indonesia lebih dari sekadar ambisi politik,” kata Bimbim.
Bimbim pun tidak menutup mata dengan adanya pihak yang tidak suka dengan karya-karyanya ataupun sikapnya itu. Namun dia bertekad tidak mau ambil pusing dengan segala ungkapan negatif, terlebih di media sosial. Baginya, apa yang ada di media sosial merupakan salah satu bentuk anugerah berdemokrasi. Orang-orang yang terjebak dalam media sosial, kata Bimbim, adalah orang yang salah dalam bersikap, karena jika disikapi dengan tegang atau emosi itu tidak mensyukuri demokrasi.
“Kita justru mengajarkan orang berdemokrasi. Yang pro dan kontra, selama mereka tidak kasar, kami biarin tapi kalau udah berkata kasar kami delete. Kami membiarkan mereka belajar demokrasi. Kami bukan politisi, jadi tidak langsung menjawab jika dijelek-jelekkan,” katanya. (sup)