Jakarta, Koranpelita.com
KERJA keras Kementerian Lingkungan Hiudup dan Kehutanan (KLHK) dalam menyelamatkan lingkungan, patut diacungkan jempol. Terutama dalam mengatasi kebakaran hutan (karhutla) yang acap kali terjadi tanda sebab.
Realitas itulah yang kemudian menginspirasi KLHK membentuk relawan pemadam kebakaran hutan di tahun 2002, yang diberi nama Manggala Agni. Keanggotaannya sudah mencapai 1.998 orang. Tersebar di 12 Provinsi rawan Karhutla, terutama di Kalimantan dan Sumatera.
Jika selama ini informasi yang tersebar di berbagai media adalah tentang upaya dan keberhasilan KLHK meneylematakan lingkungan, maka kali ini yang akan diceritakan adalah tentang pengorbanan anggota Manggala Agni dalam menjalankan tugas.
Fauzi (41), adalah salah seorang anggota Manggala Agni Daops Dumai, Sumatera, yang setia sampai saat ini atas pekerjaannya. Sudah 16 tahun dia mengabdikan diri. Kalau bukan karena panggilan hati, tentulah dia sudah lama berhenti bekerja sebagai anggota Maggala Agni.
Ketika Direktur Pengendalian Karhutla KLHK, Raffles Pandjaitan memantau kebakaran hutan di Dumai beberapa waktu lalu, terlihat Fauzi sibuk memadamkan api. Dan, di waktu istirahat dia menyempatkan berkomunikasi dengan keluarganya.
“Hallo, apa kabar nak? Sudah minum susu belum? Bagaimana sekolahnya?” Begitulah sepenggal percakapan Fauzi dengan anaknya. Sudah hampir tiga minggu ayah tiga anak meninggalkan keluarganya di Dumai, untuk memadamkan titik api di Pulau Rupat.
Kalau pun pulang menemui keluarganya, itu pun tak lama, beberapa jam saja. Lalu berangkat lagi. Saat berjibaku memadamkan api di Rupat, dia mendapat kabar bahwa kawasan di sekitar rumahnya di jalan Meranti kota Dumai, juga terbakar.
“Saya langsung pulang. Untung lah rumah saya tidak terbakar dan beberapa jam kemudian saya menyeberang lagi ke Rupat untuk melaksanakan tugas negara,” cerita Fauzi.
Sekalipun titik api sudah padam, lanjut dia, itu pun belum lah aman. Bersama rekannya, dia masih harus melakukan pendinginan. Pekerjaan ini sudah dilakoninya sejak tahun 2002. Saat itu dia belum bergaji. Hanya honor saja Rp180 ribu. Itu pun diterima per-enam bulan.
Fauzi mengatakan, salah satu alasan memilih menjadi anggota Manggala Agni, adalah karena panggilan hati. Berkat keikhlasannya, kini dia sudah menerima gaji setiap bulan, juga BPJS. Alhamdulillah tiga tahun terakhir kesejahteraan keluarga sudah membaik, kata dia.
Menjadi Manggala Agni bukan pekerjaan ringan, kata dia. Seleksi alam membuat rekan-rekannya mengundurkan diri. ”Di angkatan 2002, dalam satu Daops ada empat regu, yang setia sampai sekarang, setelah hampir 17 tahun, hanya tinggal 12 orang,” kata Fauzi.
Cakupan medan kerja Manggala Agni KLHK terus meluas. Jika sebelumnya hanya menjaga kawasan hutan konservasi, kini mereka juga harus menjaga lahan. Untuk Provinsi Riau, jumlah Mangga Agni hanya sekitar 210 personil yang bertugas di empat Daops yakni Pekanbaru, Daops Rengat, Daops Siak, Daops Dumai.
Jumlah ini tidak sepadan dengan luas area kerja mencapai 11 juta ha. Karenanya penanganan Karhutla harus dilakukan secara terpadu, dengan melibatkan unsur TNI, Polri, BNPB, BPBD, Masyarakat Peduli Api, dan pihak swasta.
”Jika hanya mengandalkan Manggala Agni, tidak akan sanggup. Karenanya pengendalian Karhutla harus ditangani secara bersama-sama,” kata Koordinator Manggala Agni Riau, Edwin Putra.
Saat Rupat terbakar hebat, kata dia, walau sudah separuh kekuatan Manggala Agni dikerahkan, tetap saja tidak mampu mengendalian Kebakaran yang cukup luas itu. “Peran aktif Pemda dan penegakan hukum, menjadi kunci penekan jumlah titik api,” papar Edwin.
Pada kesempatan itu, Direktur Pengendalian Karhutla KLHK, Raffles Pandjaitan mengatakan, Paradigma kerja pengendalian Karhutla yang bergeser dari pemadaman menjadi pencegahan, menjadi kunci utama penurunan hotspot (titik api) dalam kurun waktu tiga tahun ini.
Titik api diatasi secara serius sebelum kian membesar. Unsur penting lainnya karena keluarnya berbagai kebijakan berlapis, seperti moratorium izin di lahan gambut dan penegakan hukum lingkungan yang sangat tegas di era Menteri LHK, Siti Nurbaya, ujar dia. (kh)