Di dunia perkerisan ini termasuk keris yang populer, karena banyak dicari, terutama oleh para penegak hukum. Biasanya, hakim atau jaksa, senang dengan keris ini.
Oleh: Ki Himawan Resi Penggiat Keris Brajabumi
Namanya Keris Bungkem, sebab memang dapurnya Dapur Bunkem atau lengkapnya Dapur Sempono Bungkem.
Benar. Dhapur Sempono Bungkem memang keris yang banyak dicari orang. Terutama yang berprofesi sebagai hakim, jaksa, pembela, atau penasihat hukum. Juga mereka yang berprofesi sebagai pejabat yang ingin hidup aman dan nyaman.
Menurut kepercayaan, tuah keris ini, dapat mempengaruhi lawan bicaranya. Secara sederhana, lawan bicara atau lawan politik bisa dibungkem, sehingga keris ini dikenal dengan sebutan keris bungkem.
Dari sisi estetika, Dapur Sempono Bungkem, menarik. Misalnya saja, ricikannya memakai kembang kacang, tetapi kembang kacang-nya bungkem. Lihat saja ujungnya yang rapat atau menempel pada gandik.
Keris Dapur Sempono Bungkem, memiliki luk tujuh, tapi ada juga yang luk sembilan. Malah ada pula yang jenis Pandowo.
Dalam tradisi Jawi, tujuh atau pitu, memiliki makna mendalam. Sebab, pitu dimaknai sebagaia pitulungan atau pertolongan. Dengan keris luk pitu (keris berluk tujuh), pemiliknya seperti sedang memohon pertolongan kepada Tuhan.
Kabudayan Jawa memang menempatkan angka tujuh secara khusus. Banyak ritual yang berkaitan dengan angka pitu. Tradisi tingkepan adalah salah satunya. Ini merupakan upacara tradisi untuk ibu hamil yang usia janinnya sudah memasuki bulan ketujuh. Nanti, setelah jabang bayi lahir, pada usia tujuh bulan, akan digelar tradisi tenak siten atau upacara yang menandai untuk pertama kalinya sang bayi menginjak tanah.(*)