Jakarta,Koranpelita com
Strategi pemasaran out of the box, yang dilakukan Management Citilink menjadi sesuatu yang menarik untuk diikuti. Sama halnya dengan perusahaan penerbangan, industri layanan kesehatan seperti rumah sakit pun mengalami hal yang sama.
Karena sebagian besar layanan kesehatan selama ini dilakukan dengan cara kontak fisik antara dokter dengan pasien. Untuk itu, berbagi strategi pemasaran kepada sejumlah Rumah Sakit, Rumah Sakit Premiere Bintaro bekerjasama dengan Citilink, Admedika, ARSADA (Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia), dan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta menggelar Giant Webinar bertema “Marketing Strategy Pandemic: How High Can We Fly”, Sabtu (27/3/2021).
“Untuk bisa bertahan dalam situasi seperti sekarang ini, rumah sakit perlu melakukan strategi out of the box, strategi pemasaran yang berbeda dari biasanya. Inovasi dalam pemasaran amat dibutuhkan agar operasionalisasi rumah sakit dalam melayani pasien tetap bisa berjalan dengan baik. Orang lebih memilih menggunakan alat komunikasi, memilih di rumah,” ujar Dr. Martha M. L. Siahaan, MARS MHKes selaku CEO RS Premier Bintaro, saat membuka webinar.
Martha mengaku banyak belajar dari Citilink, meski dihantam badai krisis karena PSBB berkepanjangan, Citilink hingga kini masih mampu bertahan. Padahal banyak maskapai penerbangan lain bahkan kelas dunia yang kolaps. “Sengaja dalam webinar ini kami menghadirkan manajemen Citilink untuk berbagi pengalaman bagaimana mengelola bisnis di tengah pandemi,” lanjut Dr Martha.
Kendati demikian, Martha mengajak rumah sakit lain untuk belajar dan berbagi pengalaman baik dengan Citilink maupun perusahaan lain yang mampu berjuang melalui masa sulit pandemi. “Kita dapat beradaptasi dan kreatif untuk bisa switch keadaan yang krisis menjadi sebuah oppurtunity yang dapat menerbangkan perusahaan yang kita kawal untuk ikut meningkatkan perekonomian negara,” tambah Dr Martha.
Diakui juga oleh Dr Martha, RS Premier Bintaro telah melakukan strategi marketingyang berbeda sejak pandemi Covid-19 melanda tanah air. Mulai dari layanan kesehatan berbasis internet (telemedicine), layanan drive thru PCR, klinik anak drive thru, telehealth plus, tele medicine dan lainnya. Juga banyak memanfaatkan media sosial yang ada mulai dari podcast, IG dan twitter. Ternyata berbagai terobosan layanan kesehatan tersebut disambut hangat masyarakat.
“Kini angka BOR atau rasio keterpakaian tempat tidur kami sudah mulai meningkat hingga 65 – 75 persen sejak pandemi,” jelasnya. Ia berharap rumah sakit dan pusat layanan kesehatan lainnya bergandengan tangan untuk menghadapi situasi pandemi seperti sekarang ini.
Pada kesempatan yang sama, Ir Heriyanto, MMS, VP Corporate Strategy Citilink Indonesia mengatakan, dampak pandemi Covid-19 dirasakan semua sektor, termasuk perusahaan penerbangan.
“Pandemi Covid-19 menyebabkan banyak demand turun dibisnis Airlines,” ujarnya.
Heriyanto menjelaskan, Citilink merupakan anak perusahaan dari Garuda Indonesia . Saat ini, Citilink termasuk penerbangan dengan biaya hemat (Low Cost Carrier).Berdasarkan survei terhadap pelanggan yang dilakukan tiap tahun, 62% milenial menggunakan Citilink. “Ini terjadi sebelum pandemi. Mereka mengguunakan biaya pribadi, bukan dibayar oleh kantor dan mereka umumnya membeli tiket pesawat lewat travel agen,” kata Heriyanto.
Saat pandemi, perusahaan penerbangan terpuruk. Bahkan ada yang berhenti beroperasi. Untuk dapat bertahan, Citilink mencoba strategi di cargo. “Peluang yang timbul adalah cargo yang tumbuh 31% per flight,” jelasnya.
Ia juga mengatakan, biaya cargo saat ini Rp 15.000 per kg untuk 1,5 jam perjalanan. Selain itu, memanfaatkan pesawat penumpang untuk mengangkut cargo. Strategi lain, menerapkan protokol kesehatan. Maskapai penerbangan ini juga memiliki Satgas Covid dan menerapkan sistem Work from Home (WFH) bagi karyawannya
Senada juga disampaikan Dwi Suiistiani, S.T,. M.M, Marketing & Business Director AdMedika. Pandi Covid-19 ini mengharuskan semua bisnis harus beradaptasi dengan hal-hal baru seperti menerapkan protokol kesehatan, penggantian dari dokumen fisik menjadi soft copy, menerapkan WFH / WFO, pengaturan traffic pelayanan, dan lain-lain.“Hal-hal baru ini diterapkan secara berkelanjutan yang akhirnya menjadi Continue Business Plan,” jelasnya.
Sementara itu, Dr. R. Heru Ariyadi, MPH, Ketua ARSADA Pusat dalam materinya mengatakan bahwa strategi marketing pada masa Pandemi Covid-19 antara lain adalah mengubah ancaman menjadi peluang dan mengubah kelemahan menjadi kekuatan. (Vin)