Oleh Dede Farhan Aulawi.
*Penulis, mantan Komisioner Kompolnas.
Disadari atau tiba pandemi covid 19 yang datang secara tiba – tiba, telah memaksa umat manusia untuk beradaptasi dengan berbagai perubahan yang terjadi sebagai implikasi logik dari respon terhadap keadaan. Ada banyak sendi kehidupan yang terimplikasi dengan segala turunan dan variabel permasalahannya.
Namun demikian, kita tidak bisa hanya sekedar mengeluh dengan masalah pandemi tersebut, melainkan harus ada terobosan – terobosan yang inovatif agar bisa bekerja secara produktif, namun juga harus memperhatikan protokol kesehatan agar bisa terhindar dari kemungkinan tertular covid 19. Secara teoritis gampang diucapkan, namun dalam praktek empirik hal tersebut tentu tidak mudah.
Butuh penyesuaian – penyesuaian seluruh pekerja dengan perkembangan teknologi yang memfasilitasi setiap umat manusia agar tetap bisa bekerja, salah satunya disiasati dengan istilah “Bekerja dari Rumah (Work from Home)”. Meskipun tentu tidak semua jenis pekerjaan bisa dilakukan dengan model WFH tersebut l.
Model kerja rutin dari pagi sampai sore, Senin sampai Jum’at bagi beberapa orang mungkin cocok. Tetapi bagi beberapa orang lainnya mungkin tidak cocok. Pertama sifat jenis pekerjaan yang berbeda, dan kedua setiap orang kadangkala memiliki kegiatan yang harus dilakukan pada jam kerja. Untuk mensiasati hal tersebut lahirlah konsep yang disebut dengan flexitime, artinya bekerja bisa tetap 8 jam per hari, tetapi implementasinya flexibel. Misalnya ada karyawan yang bekerja dari jam 8 sampai jam 4 sore, maka bila ada karyawan yang karena ada keperluan pribadi dulu sehingga bisa datang ke kantor jam 10, maka ia harus pulang jam 6 sore. Dengan demikian konsep WFH sebenarnya juga bisa saling menguntungkan bagi karyawan maupun kantor / perusahaan. Meskipun sekali lagi, tidak semua jenis pekerjaan bisa dilakukan seperti itu.
Itu pula kebijakan WFH yang diambil oleh perusahaan – perusahaan USA, Inggeris, Jepang, Korea Selatan dan lainnya seperti Google, Microsoft, Twitter, Hitachi, Apple, Amazon, Chevron, Salesforce, Spotify. Akhirnya kebijakan ini juga semakin menyebar ke berbagai perusahaan / instansi miliki Pemerintah.
Konsep dari WFH ini, baik karena alasan virus corona ataupun bukan, kunci utamanya adalah komunikasi yang jelas dengan pimpinan. Pahami secara jelas setiap arahan dan perintah dari pimpinan. Dalam konteks ini, kemungkinan yang bisa menjadi kendala adalah intensitas komunikasi reguler dan adaptasi perangkat kerja secara virtual, seperti penerapan aplikasi komunikasi Slack atau program konferensi video Zoom. Di awal penerapan sistem, mungkin ada sebagian orang yang merasa terisolasi ataupun rasa kesepian. Rasa kesepian ini dalam beberapa kasus menunjukan dampak penurunan motivasi dan kurang produktif.
Dengan demikian, maka transisi kerja dari kantor ke rumah yang mendadak dan penuh paksaan sulit dihadapi oleh sebagian orang. Terutama menyangkut kesiapan psikologis yang tadinya sering ketemu dengan banyak teman, maka selanjutnya terbatasi dengan tatap muka virtual. Ada dua jenis pola kerja dari rumah, yaitu yang dalam jangka pendek atau situasional dan yang permanen. Dalam kondisi seperti ini sebaiknya hindari perasaan merasa terisolasi. Justeru sebaliknya harus mampu tetap memelihara semangat kerja. ***