Pekalongan,Koranpelita.com
Pekalongan merupakan salah satu daerah pusat pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah yang terkenal sebagai kota Batik. Namun, kepopuleran Pekalongan sebagai kota Batik belum dirasa mendunia.
Melihat kondisi tersebut, Perpustakaan Nasional mendorong pemerintah daerah dan masyarakat bersinergi menjadikan potensi tersebut sebagai koleksi khas (local content) yang menarik, khususnya bagi sektor pariwisata.
“Kita jangan terus-terusan menjadi ladang market pasar internasional yang bahan bakunya malah diambil dari dalam negeri. Semua hal itu terjadi karena kekurang mampuan mengembangkan literasi sebagai kekuatan untuk menciptakan kualitas sumber daya manusia yang unggul,” ujar Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando saat menjadi narasumber talkshow peningkatan indeks literasi di Kota Pekalongan, Jum’at, (13/11/2020).
Literasi, seperti disampaikan Kepala Perpusnas, menurut standar UNESCO ada empat tingkatan, mulai dari kemampuan menggali sumber-sumber bahan bacaa yang berkualitas, kemampuan memaknai yang tersirat dan yang tersurat, kemampuan menghasilkan idr-ide, gagasan, inovasi, dan kreativitas baru, sampai pada puncaknya, yakni kemampuan menghasilkan barang/jasa yang bermanfaat bagi masyarakat banyak.
“Kalau kualitas SDM terbentuk, akan muncul sikap daya saing dan sanggup bersaing pada kompetisi global, ” tambah Kepala Perpusnas.
Salah satu komponen pembentukan literasi adalah perubahan paradigma perpustakaan. Yang bukan lagi sekedar berfungsi sebagai pengoleksi dan pelayan seluruh bahan bacaan tercetak maupun terekam, namun memainkan peran layanan yang lebih luas dalam inklusi sosial.
Transformasi layanan berbasis inklusi sosial memungkinkan terjadinya proses peralihan pengetahuan (transfer knowledge) sehingga proses literasi tetap berkesinambungan.
Suka tidak suka, kita perlahan memasuki era industri 4.0 dimana terjadi percepatan teknologi. Nyaris semua sektor berkembang pesat dengan uinovasi. “Dunia berkembang dengan imajinasi. Teknologi artificial intelligence banyak mendominasi sektor kehidupan. Makanya, kompetensi menjadi mutlak dimiliki agar kualitas SDM dapat bersaing tanpa keraguan, ” kata Syarif Bando.
Menyoal yang dilakukan Perpusnas, program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial mendapatkan dukungan penuh dari Wakil Ketua MPR RI Arsul Sani yang ikut menjadi nara sumber talk show.
Sani mengatakan perpustakaan secara umum adalah jembatan informasi. Jadi, siapapun bisa memperoleh manfaat luas dari keberadaan perpustakaan dimanapun.
DAK khusus sub bidang perpustakaan yang dikucurkan kepada para daerah yang belum memiliki bangunan perpustakaan diakui sebagai langkah positif. Mendorong pemerataan infrastruktur perpustakaan, sehingga daerah mempunyai gedung layanan perpustakaan yang tidak kalah dengan gedung fasilitas layanan perpustakaan di Jalan Merdeka Selatan. “Dari infrastruktur sudah baik. Tidak kalah dengan perpustakaan di negara- negara Eropa.
Sementara itu, demi mendukung peningkatan indeks literasi, Sekretaris Daerah Kota Pekalongan Sri Suminigsih meminta kepada seluruh perpustakaan di Pekalongan yang berjumlah 230 perpustakaan menerapkan layanan
perpustakaan berbasis inklusi. “Namun, yang pertama harus diakukan adalah meluruskan niat dan nenyamakan persepsi tentang indeks literasi,” ujar Sri.
Selain itu, secara khusus Sekda Sri Ruminingsih di hadapan Kepala Perpusnas mengajukan bantuan pembangunan gedung layanan perpustakaan baru melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) 2022. Hal ini dikarenakan gedung layanan perpustakaan yang saat ini ditempati sering terkena rob (air laut pasang).
Talk show peningkatan indeks literasi masyarakat juga dihadiri nara sumber lain, yakni Kepala Dinas Kearsipan Dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah Prijo Anggoro serta pegiat literasi Waroeng Ilmu Fatkhur Rochman.
Di sela-sela talk show Kepala Perpusnas menyerahkan stimulus mobil perpustakaan keliling kepada Pemkot Pekalongan sebanyak satu unit. Setelah sebelumnya bantuan serupa diberikan pada 2007 lalu. (Vin)