Kelompok Ekstrim Pun Sudah Melanda Indonesia

Terpecahnya Islam dan Arti Penting 10 Muharam (3)

Oleh Dasman Djamaluddin

Umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, seluruhnya akan masuk neraka, hanya satu yang masuk surga.” Kami (para shahabat) bertanya, “Yang mana yang selamat ?” Rasulullah SAW menjawab, “ Yang mengikutiku dan para sahabatku.” ( *HR Imam Tirmizi).*

Berbicara mengenai Islam dan Politik, maka Indonesia pun sudah terkena pengaruhnya. Lihat saja perkembangan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS). Organisasi Islam Ekstrim ini tidak hanya melanda Irak dan Suriah, tetapi karena anggotanya ada yang berasal dari Indonesia, maka Indonesia pun terkena dampaknya.

Pemerintah Indonesia telah melakukan proses deradikalisasi terhadap ratusan orang Warga Negara Indonesia (WNI) eks ISIS, yang sudah dipulangkan sekitar dua atau tiga tahun lalu. Menurut data yang dihimpun, sejak tahun 2016 hingga 2019, sebanyak 196 WNI eks ISIS beserta anak-anak mereka dideportasi ke Indonesia dari sejumlah negara.

Mereka mendapatkan rehabilitasi selama sebulan di Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani di Jakarta Timur.

Langkah ini berbeda dari kebijakan saat ini di mana pemerintah berencana menolak kepulangan 689 WNI eks ISIS yang masih berada di Suriah dan sekitarnya. Sebagian besar para deportan adalah perempuan dan anak-anak.

Selama proses rehabilitasi, mereka mendapatkan pembekalan mengenai nilai-nilai kebangsaan. Sejauh ini, keberadaan deportan masih diawasi dinas sosial di masing-masing daerah.

Selain diawasi dinas sosial, keberadaan para deportan juga masuk ke dalam bagian program deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Mantan anggota ISIS di Indonesia ini, juga mengingatkan kita akan cerita Hoda Muthana, seorang perempuan berkewarganegaraan Amerika Serikat (AS) yang bergabung dengan gerilyawan ISIS di Suriah. Kekalahan ISIS di Suriah, memaksanya untuk lari dari markas ISIS. Tetapi Hoda Muthana ditangkap pasukan Kurdi yang pro AS dan menahannya di kamp pengungsi di Suriah.

Cerita Hoda Muthana ini sudah banyak dipublikasi. Apalagi setelah “Fox News ” mempublikasinya hari Senin malam, 1 April 2019.” Wawancara ini menarik, karena dilakukan di kamp pengungsi Suriah.

Muncul pertanyaan. Mengapa ISIS ciptaan AS, tetapi kemudian kenapa Warga Negara AS yang bergabung dengan ISIS, juga jadi korban dan dilarang masuk kembali ke AS ?

Inti pokok wawancara Hoda Muthana itu tetap menginginkan agar pemerintah AS mau menerimanya untuk kembali ke AS, tanah kelahirannya. Ia memang lahir di New Jersey, AS. New Jersey seperti kita ketahui adalah sebuah negara bagian AS yang terletak di wilayah Atlantik Tengah dan timur laut Amerika Serikat. Negara bagian ini berbatasan di sebelah utara dengan New York, di sebelah timur dengan Samudera Atlantik di barat daya dengan Delawaredan, di barat dengan Pennsylvania. Bagian-bagian dari New Jersey terletak di dalam wilayah metropolitan New York dan Philadelphia.

Keinginan kembali ke tanah kelahiran Hoda Muthana itu diungkapkannya kepada “Fox News,” dan ia mengatakan tidak membenci warga negara AS dan berjanji tidak melakukannya lagi untuk bergabung dengan ISIS di Suriah.

Dilanjutkan oleh Hoda Muthana, bahwa tidak membenci warga AS. Kalimat ini bisa diartikan bahwa di masa lalu, memang ia sangat membenci warga negaranya sendiri.  Itu semasa ia bergabung dengan ISIS, bahkan dikaitkan dengan pencucian otaknya yang dilakukan ISIS. Inilah kegagalan strategi AS.

Hoda Muthana tetap bersikeras mengatakan bahwa ia tidak bersalah.

“Sebelum saya datang, saya tidak pernah berbuat kejahatan, saya yakin saya tidak akan melakukan kejahatan di masa mendatang,” ujar Hoda Muthana kepada “Fox News,” dalam wawancara itu. Perlu dicatat, usianya sekarang relatif muda. Ia sekarang baru berusia 24 tahun, tetapi sudah berganti suami sebanyak tiga kali. Tidak dijelaskan, apakah perempuan yang dilahirkan di negara bagian New Jersey, AS itu tertarik bergabung dengan ISIS di usia 19 tahun.

Jika melihat berdirinya Negara Islam di Suriah, yaitu setelah berdiri di Irak, sangatlah mudah. Di Irak, pasukan Irak yang terkenal canggih itu entah kenapa lari menyelamatkan diri dari pasukan gerilyawan Negara Islam. Juga di Suriah, sehingga penggabungan kedua gerilyawan di Irak dan Suriah tersebut dinamakan gerilyawan ISIS.

Mula-mula di Irak berdiri tanggal 15 Oktober 2006 dan setelah itu di Suriah berdiri juga, maka resmilah gerakan ini menjadi Negara Islam di Irak dan di Suriah kemudian diresmikanlah sebagai ISIS pada 9 April 2013.

Hoda Muthana, tahun 2014 bergabung dengan ISIS di Suriah. Tetapi kalau membaca kalimat terakhirnya di “Fox News,” ia mengubah opininya tentang AS. Sementara Presiden AS Donald Trump sejauh ini belum mengubah pendiriannya dan tetap menolak Hoda Muthana kembali ke AS.

*Penulis wartawan senior tinggal di Jakarta

About redaksi

Check Also

Inovasi Ketahanan Pangan Kota Semarang Kembali Raih Penghargaan Tingkat Nasional

Semarang,KORANPELITA com – Inovasi Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang di bidang ketahanan pangan kembali mendapatkan apresiasi …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca