SAYA beruntung kebetulan berada di Tanah Suci Mekkah, sehingga dapat menunaikan salat subuh, salat fardhu pertama di hari peringatan Isra Mi’raj 1440 H, Rabu (3/4) di Masjidil Haram. Dari masjid inilah dulu Nabi Muhammad “diberangkatkan” oleh Allah SWT menuju Masjidil Aqsa mengendarai Buraq. Ini fase Isra.
Lalu pada fase Mi’raj, Nabi Muhammad dinaikkan ke langit sampai ke Sidratulmuntaha yang merupakan tempat tertinggi. Ini perjalanan hanya dalam satu malam. Di sini Nabi mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam.
Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga, karena tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratulmuntaha seperti dialami Nabi Muhammad.
Naik Buraq
Tidak ada perayaan khusus Isra Mi’raj di Mekkah. Namun subuh tadi ratusan ribu jamaah memadati masjid hingga meluber ke pelatarannya.
Sejak pukul 03.00 dini hari saya terjaga dan masuk masjid sekitar pukul 04.00 subuh untuk melaksanakan serangkaian salat sunah sebelum salat fardhu subuh pukul 04.55.
Ini subuh istimewa bagi saya. Semula, saya sendiri pun tidak mengira akan merasakan momentum hari bersejarah di lokasi bersejarah itu sendiri. Perjalanan umrah saya dan istri, awalnya diatur lima hari di Mekkah, enam hari di Madinah.
Namun, satu hari sebelum berangkat, Ustaz Jamal, Bos Travel Albilad dan Ustaz Nordin Boss TFO Manasek, kawan yang mengatur perjalanan di Mekkah-Madinah, mengabarkan soal waktu perjalanan kereta cepat dari Mekkah-Madinah. Saat ini kereta cepat baru beroperasi empat kali dalam seminggu. Kami pun kembali mengatur jadwal umrah.
Putusannya: memperpanjang waktu tinggal di Mekkah untuk dapat merasakan kereta cepat ke Madinah. Kereta cepat ini adalah proyek raksasa Pemerintah Saudi yang baru beberapa bulan pengoperasiannya. Keputusan itu tak dinyana mempertemukan saya dengan momen Isra Mi’raj yang diperingati umat Islam di seluruh dunia.
Sebagian umat Islam merayakan peristiwa itu dengan melakukan salat tahajud di malam hari, dan di beberapa negara mayoritas muslim, dengan menghias kota dengan lampu dan lilin. Atau berkumpul di masjid dan salat berjamaah serta mendengarkan khutbah mengenai Isra dan Mi’raj.
Menurut berbagai literatur Islam, malam itu usai salat Isya dan beristirahat sejenak, Nabi yang saat itu berbaring di Masjidil Haram didatangi Malaikat Jibril. Dada beliau dibelah.
“Lalu hatiku dikeluarkan dan dicuci dengan air zamzam kemudian dikembalikan ke tempatnya dan memenuhinya dengan iman dan hikmah,” sabda Nabi dalam riwayat Imam Bukhari dari Imam Bukhari dari Malik bin Shashaah.
Setelah itu didatangkanlah Buraq yang menjadi kendaraan Beliau sewaktu Isra. Buraq satu akar kata dengan barq yang artinya kilat.
“Didatangkan kepadaku Buraq – yakni seekor tunggangan berwarna putih, tinggi, lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari bighal (persilangan kuda dengan keledai-pen) ia meletakkan langkahnya sejauh pandangannya,” sabda Rasulullah.
Setiba di Masjidil Aqsa, Beliau salat dua rakaat, mengimami ruh para Nabi. Usai salat dan keluar dari Masjidil Aqsa, Malaikat Jibril datang membawa dua wadah minuman. Satu berisi susu dan satu lagi khamar. Rasulullah pun memilih susu. “Sungguh engkau telah memilih kesucian,” kata Jibril dalam lanjutan hadits tersebut.
Langit Pertama
Mi’raj pun dimulai. Rasulullah naik Buraq bersama Jibril hingga tiba di langit pertama.
Begini kisah selanjutnya.
“Lalu aku dibawa di atas punggung Buraq dan Jibril pun berangkat bersamaku hingga aku sampai ke langit dunia lalu dia meminta dibukakan pintu langit“.
Dia ditanya, “Siapakah ini?”
Dia menjawab, “Jibril.”
Jibril ditanya lagi, “Siapakah yang bersamamu?”
Jibril menjawab, “Muhammad.”
“Apakah dia telah diutus?”
“Dia telah diutus.” Kami pun dibukakan pintu, lalu aku bertemu Nabi.
(Penulis Wartawan Senior dan Pimpinan Cek&Ricek)