Perlunya Standarisasi di Era Society 5.0

Perlunya Standarisasi di Era Society 5.0

Jakarta, Koranpelita.com

Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN) Bambang Prasetya mengatakan,
penduduk di Indonesia harus mengikuti perkembangan teknologi. Mengingat saat ini, telah memasuki era kemasyarakatan (society) 5.0, dimana teknologi dan manusia akan mengubah perkembangan peradaban manusia. Standardisasi itu harus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan penduduk Indonesia.

“Justru kita harus antisipasi sejak awal. Kita harus mengikuti tren dunia, cocokkan dengan kondisi Indonesia sehingga kita siap,” kata Kepala BSN, Bambang Prasetya dalam pembukaan Seminar Standardization in a Living “Society 5.0” di Jakarta, Rabu (27/03/2019

Saat ini, kata Bambang, Indonesia sudah memasuki era industri 4.0. Berbagai standariàsasi pemerintah Indonesia pun telah merespon kebutuhan era ini. Industri mulai menyentuh dunia virtual, berbentuk konektivitas manusia, mesin dan data. Istilah ini dikenal dengan nama Internet of Things (IoT).

“Revolusi industri 4.0 menekankan pula pada kemampuan kecerdasan buatan (artificial intellegent) sehingga ada kemunculan superkomputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi,” ujarnya.
Bambang mengatakan, dengan inovasi teknologi digital ini juga kemudian Jepang berencana untuk menciptakan super smart society atau society 5.0. Dengan kemajuan teknologi yang begitu cepat, perlu diantisipasi, salah satunya dari sisi standardisasi. Pasalnya, jarak pencanangan era revolusi industri 4.0 dan era kemasyarakatan (society) 5.0 di dunia sangat dekat. Jepang, merupakan negara pertama yang mendeklarasikan kesiapan ke era society 5.0.

“Tujuan era ini tentu efisiensi. Namun efisiensi itu juga harus mengacu pada mutu. Kita harus mulai gunakan teknologi untuk memanusiakan manusia,” ujarnya.

Wacana society 5.0, tambah Bambang, sudah di depan mata. Standardisasi harus melihat kondisi Indonesia, yang kondisi antar daerah tidak sama. “Generasi sekarang berubah, mulai dari society 1.0 sampaisociety 5.0. Peran standardisasi dalam perkembangan peradaban manusia tidak bisa dipungkiri. Standardisasi ada sejak peradaban manusia itu ada, maka perkembangan standardisasi akan selalu berjalan beriringan dengan perkembangan peradaban. Standardisasi akan selalu menjadi flatform bagi kehidupan manusia,” jelasnya.

Catatan BSN, di era revolusi industri 4.0 sudah ada 223 Standar Nasional Indonesia (SNI) yang mendukungnya. Sedangkan untuk mendukung konsep masyarakat 5.0, ada 504 SNI. Standar tersebut, diantaranya menyangkut keamanan informasi, record management, logistik dan infrastruktur.

Untuk menjamin mutu, keselamatan, dan kemananan dalam menggunakan teknologi inovasi, penerapan SNI menjadi sangat penting. Tanpa standar, teknologi, inovasi, produk atau sistem tidak bisa bekerja secara selaras. “Apalagi kaitannya dengan data dan informasi, misalnya drone, robot, keamanan informasi karena melibatkanbig data, smart city,” kata Bambang.

Dalam seminar tersebut juga dilakukan penandatanganan MoU antara BSN dan KADIN, peluncuran Aplikasi Pengajuan Surat Persetujuan Penggunaan Tanda (SPPT) SNI, dan Skema Penilaian Kesesuaian yang dihadiri kurang lebih 150 orang yang terdiri dari anggota KADIN, Industri/organisasi dan UKM, Perguruan Tinggi, Lembaga Penilaian Kesesuaian (LPK), serta instansi terkait lainnya.(Vin)

About ervin nur astuti

Check Also

Ketua DPP PKS: Rendahnya Pendapatan Jadi Tantangan Kinerja APBN 2024

Jakarta, Koranpelita.com Ketua DPP PKS menanggapi paparan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyebutkan Anggaran Pendapatan dan Belanja …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca