Semarang, Koranpelita.com
Sayembaradaur ulang alat pgeraga kampanye yang diselenggarakan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo telah menemu juaranya. Dari 193 orang yang mengirim, telah dipilih tiga pemenang serta tujuh nominator lainnya.
Pengumuman juara disampaikan langsung oleh Ganjar Pranowo di ruang kerjanya, Selasa (14/5) bersama dewan juri yang terdiri dari Yuli Mujiasih, pelaku UMKM recycle, Sri Sumiati dosen Teknik Lingkungan Undip serta seorang wartawan senior, Ganug Nugroho. Ganjar mengatakan penilaian tersebut murni dilakukan oleh para profesional di bidangnya.
“Ada tiga aspek penilaian yang dilakukan oleh dewan juri, yakni dilihat dari segi kegunaan, kreativitas dan originalitas,” kata Ganjar.
Meski memiliki selera tersendiri, Ganjar tidak mengintervensi penilaian yang dilakukan dewan juri. Atas dasar penilaian tersebut, lanjut Ganjar dewan juri telah menetapkan tiga juara inti dan tujuh nominator. Juara pertama berupa daur ulang APK yang dibentuk lukisan siluet wajah Ganjar Pranowo karya Faruq, pemuda asli Temanggung.
Juara kedua berupa pagar hidroponik yang dipadu dengan aquarium karya pemuda asal Blora yang menempuh pendidikan teknik mesin di Universitas Negeri Semarang (Unnes). Juara ketiga diraih oleh Wahyu yang membuat Joglo khas Kudus. Sri Sumiati mengatakan ketiganya memiliki keunggulan masing-masing, dari tingkat kesulitannya sampai kemudahan proses reduce-nya.
“Juara satu lebih ke bahan serta kerumitan karya.
Kegunaan umum, ketiga display,” katanya.
Dia juga mengatakan lomba ini sangat bagus sekali karena pemanfaatan barang yang tidak terpakai lagi. Ini ada generasi milenial yang sangat kreatif. Kalau memang bahan dari APK ini tidak dimanfaatkan akan mencemari lingkungan. Intinya menjaga lingkungan dengan kreatif. Recycle, reduce.
“Saya kepinginnya, limbah APK itu saya cari. Kita operasi agar bisa dimanfaatkan temen-temen ini. Impian saya, ada yang membuat dibalik agar tidak terlihat warna-warnanya,” katanya.
Membuat kerajinan dari alat peraga kampanye ternyata susah susah gampang, dari segi bahan maupun konsep kerajinan yang mau dibuat. Deny mengatakan, dirinya harus menggeret tiga kawannya agar turut bergabung pada timnya untuk membuat pagar hidroponik.
“Kita tahunya di hari terakhir pak Ganjar membuat sayembara. Pada pukul tiga sore WIB lombanya sudah hampir berakhir. Akhirnya kami bergerak cepat,” katanya.
Ditengah menggebunya semangat Deny dengan para kawannya itu, dia mengaku putus asa karena susahnya bahan baku atau APK karena sudah masuk masa tenang kampanye yang artinya semua APK telah dicopot. Akhirnya bersama rekannya, Deny mendatangi kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Jateng untuk minta APK.
“Dikasih, tapi cuma dua lembar. Ya akhirnya jadi pagar hridoponik,” katanya.
Atas prestasinya tersebut para jawara berhak mendapat uang penghargaan Rp 7 juta untuk juara pertama, Rp 3,5 untuk juara ke dua dan Rp 2,5 untuk juara tiga. Sementara tujuh nominasi lain mendapat masing-masing Rp 1 juta rupiah. Mereka adalah Fores Migunani dari Magelang dengan karya pelampungnya, Munib Habibi dari Semarang dengan karyanya kaligrafi dan Aliyah dari Boyolali dengan payung kecilnya.
Selain itu ada Sina dari Sukoharjo yang membuat tempat pensil, Vita dari Malang yang membuat tas raket, Ririn Prabandari dari Semarang yang membuat dompet anyaman dan Michelle dari Malang yang membuat tas/box belanja. (sup)