SEMARANG,KORANPELITA – Pemilukada serentak tinggal beberapa bulan lagi, kini tahapan Pilkada secara serentak 2024 sudah mulai digelar, sehingga sejumlah tokoh mulai bermunculan ikut kontestasi untuk menjadi calon pemimpin bagi masyarakat untuk menahkodai kabupaten/kota maupun provinsi.
Sebelum menentukan figur siapa saja yang ikut maju kontestasi bagi figur dari partai besar sebelum melangkah lebih jauh, dipastikan lakukan survey pendahuluan. The Republic Institute salah satu lembaga survey yang kredibel ini, melakukan survei kepada masyarakat yang akan menentukan hak pilihnya.
Sufyanto dari The Republic Institute mengatakan, survei yang dilakukan itu, menjadi pertanggungjawaban kepada publik dalam melihat dan menakar calon pemimpin di masa mendatang.
” Dalam survei yang dilakukan itu secara tidak langsung menyerap informasi persoalan apa saja, yang menjadi perhatian masyarakat Kota Semarang dan sebagai bahan bagi calon pemimpin untuk mencari solusinya,” ungkapnya dalam diskusi Ngobrol Politik “Tergiur Figur” yang diadakan FWPJT dan Forwakot di Setos Cafe Semarang, Kamis (16/5/2024).
Sufyanto menjelaskan, survei yang dilakukan ini sebenarnya untuk melihat dan menilai perilaku memilih masyarakat Kota Semarang, menjelang Pilkada Serentak 2024.
” Apakah perilakunya masih dipengaruhi pemilu sebelumnya, atau sudah ada perubahan,” katanya
Kendati demikian, lanjutnya, survei yang dilakukan mulai 1-10 mei dengan jumlah 800 sampel dan teknik pengambilan sampel adalah stratified random sampling dengan margin error sebesar 3,2 persen.
“Permasalahan yang harus diselesaikan bagi pemimpin masa depan Kota Semarang paling besar adalah pemerataan atau penyaluran bantuan pemerintah, dan harga kebutuhan pokok yang terjangkau serta perbaikan infrastruktur. Kepastian memilih calon sudah mencapai 43,5 persen, dan belum pasti memilih 40 persen. Kepastian memilih itu berdasarkan ketokohan,” kata Sufyanto.
Sementara pengamat politik dari FISIP Undip Wahid Abdulrahman menambahkan, pilkada adalah sudah merupakan perang bintang bagi kandidatnya. Pasalnya, kandidat yang mendapat perhatian pemilih harus dilakukan dengan daya tarik besar, biasanya paling dominan untuk menarik masyarakat.
” Supaya mendapat perhatian masyarakat dan dipilihnya harus melakukan strategi yang jitu dengan program yang menarik dan bisa diterima masyarakat,” ujarnya.
Wahid menjelaskan, dengan komposisi pemilih di Kota Semarang paling besar adalah usia muda dengan rentang 20-50 tahun. Maka tidak salah kalau diperlukan media luar ruang danmedia sosial yang menarik.
“Stereotip yang merakyat atau dekat dengan masyarakat juga mempengaruhi pemilih. Kandidat yang menarik lebih sering diperhatikan,” ucap Wahid.(sup)