Mas Gatot, Saya, dan Mas Andi sebagai moderator.

NKS Menulis Santri-1: Saya Malu…

Ini sungguh menyentuh. Menyentuh hati, di bulan suci tahun ini. Beberapa kali, airmata terpaksa saya tahan, untuk tak menetes. Saya sekaligus takjub saat diagendakan bertemu para santri. Bukan sembarangan santri, tapi santri disabilitas dengan penglihatan terbatas. Mereka, para santri disabilitas itu tergabung dalam Komunitas Sahabat Mata.

Saya akhirnya, hanya bisa memejamkan mata, untuk membendung tumetesing luh. Terutama saat mendengarkan lantunan ayat-ayat suci Al Quran yang dibawakan Pak Izzudin. Suara terasa magis, membuat ingin menangis.

Pak Izzudin adalah penyandang tuna netra. Tapi suaranya, dianugerahi jenis suara yang luhung. Merdu yang bukan hanya menyentuh dada tapi juga merdu yang lebih terasa mendalam. Ayat-ayat yang dibaca, menjadi menancap, tergeragap untuk memaknainya secara nyata.

Suara merdu itu sayang kalau hanya terdengar secara terbatas di kiri-kanan Pak Izzudin. Agar sentuhan hati juga dirasakan seluruh peserta, Mas Teguh dari Laznas BMM Jateng membantu memegang mikrofon.

Dengan terus mendengar kemerduan suara Pak Izzudin, saya membantin dengan rasa haru bercampur malu. Sebab, saya tak diberkahi suara semerdu suara qori spesial ini. Jangankan belajar menyuarakan dengan merdu, sedang membacanya pun, tak selancar Pak Izzudin. Memalukan.

Hari itu, sosialisasi untuk peningkatan literasi dan inklusi keuangan, khususnya bagi para santri, menjadi lebih maknawi. Dan, bacaan ayat-ayat suci yang merdu itu, tampil sebagai awalan acara yang penuh berkah.

Sosialisasi kepada santri disabilitas ini digagas oleh Bu Tias. Secara teknis Bu Tias dibantu oleh Mas Gatot, Mas Tangguh, Mas Etwin, serta Mas Cakra sang fotografer.

Mas Etwin yang biasanya sebagai MC biasanya sangat kocak, tiba-tiba berubah serius. Kali ini, sangat berhati-hati memilih kata. Dengan   pilihan kata yang tertata itu, Mas Etwin meminta moderator, mas Gatot selaku Kabag Edukasi dan Perlindungan Konsumen, dan saya untuk duduk di depan.

Hari itu, Mas Andi yang ditunjuk panitia untuk menjadi moderator. Ini menarik karena Mas Andi juga merupakan bagian dari santri tuna netra itu sendiri.

Yang membuat saya agak gelisah adalah bagaimana Mas Andi tahu siapa yang mengajukan pertanyaan di sesi tanya jawab nanti. Kegelisahan hilang  berganti dengan rasa terpana. Karena, ternyata Mas Andi tahu persis siapa yang bertanya dengan mengenali  satu per satu suara peserta. Luar biasa.

Setelah Mas Andi mengenalkan saya kepada para peserta, kini giliran tugas saya untuk membuat para santri ini melek keuangan. Tugas yang tak biasa dan tak mudah. Biasanya tugas saya lebih mudah.  Hanya memberikan sambutan atau paling banter penyerahan plakat / santunan, lalu foto-foto. Dan tugas saya selesai.

Tugas saya ini jika di tempat lain biasanya disampaikan oleh Mas Gatot. Biarlah Mas Gatot nanti membantu menjawab pertanyaan yang sulit saja.(bersambung)

About namikulo

Check Also

Pemprov Jateng Terima Kunjungan Komisi VIII DPR RI, Abdul Wachid : Mendapat Masukan Langsung

– Sekda Jateng: Momentum Selesaikan Masalah Lebih Akseleratif  SEMARANG,KORANPELITA– Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menerima kunjungan …

One comment

  1. Jadi terharu & betul-betul malu saya Pak, hebat juga mereka tidak boleh dipandang sebelah mata, ternyata Yang Maha Kuasa menberikan nilai lebih pada hamba-Nya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca