Tresno kuwi koyo criping telo. Iso ajur nek ora ati-ati le nggowo. Itulah quote telo. Menarik. Dipajang mencolok, di pondok dekat toko yang menjual bermacam-macam olahan telo atau singkong. Toko yang ada di Kota Salatiga itu bernama Argotelo.
Makna dari quote berbahasa Jawa itu kira-kira ingin mengingatkan kita bahwa cinta itu ibarat keripik singkong yang dapat hancur lebur jika tak berhati-hati dalam membawanya. Jadi, hati-hati menjaga cinta.
Awal kisah yang membawa saya bertemu quote telo, terjadi pada Rabu, 5 April 2023. Selepas sholat dhuhur saya dijadwalkan berangkat ke Pemda Salatiga. Mas Gatot menemani saya sepanjang perjalanan sambil memberikan penjelasan tentang maksud kunjungan ini.
Acara memang sangat penting. Temanya juga tidak ringan: Rapat Koordinasi Penyusunan Program Kerja TPKAD Kota Salatiga dan Rencana Implementasi Ekosistem Keuangan Inklusif di Kampung Singkong.
Kegiatan pada pagi hingga menjelang sore hari itu, merupakan bagian dari komitmen TPAKD Salatiga. Terutama, dalam pengembangan literasi dan inklusi keuangan. Ini sekaligus merupakan sinergi antara Pemerintah Daerah Kota Salatiga, OJK, Industri Jasa Keuangan dan Akademisi. Sasarannya, mempercepat pencapaian tujuan dalam pembangunan desa.
Rakor menjadi terasa lebih semarak tapi serius. Pejabat-pejabat penting Salatiga rawuh. Ada Sekretaris Daerah Kota Salatiga, Ibu Ir. Wuri Pujiastuti, MM, dan Plh. Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kota Salatiga, Dr. Siswo Hartanto, SE. M.Si, serta para Kepala Dinas anggota TPAKD Kota Salatiga.
Perwakilan industri jasa keuangan (IJK) yang ikut dalam rakor terdiri dari PT Bank Rakyat Indonesia Wilayah Semarang, PT Pegadaian Wilayah Jawa Tengah, Bursa Efek Indonesia Cabang Semarang, PNM Cabang Semarang, BPD Jateng, dan Bank Salatiga.
Sementara itu, dari OJK hadir dengan formasi lengkap. Di sisi teknis, mas Iyan dan Mbak Bonbon telah terlibat diskusi hangat sejak pagi. Dan, sesi siang Mas Gatot dan saya menyusul.
Dalam kesempatan diskusi, kami sangat mengapresiasi anggota TPKAD, khususnya kepada Kota Salatiga yang diwakili Ibu Sekda beserta pejabat lainnya. Juga kepaada IJK yang aktif mensukseskan program TPKAD.
Acaranya tidak melulu di ruang rapat. Kami beranjak, menemui langsung penggiat UMKM yang mengolah telo atau singkong. Jadilah, kami semua menuju Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulyo.
Kami disambut oleh owner Argotelo. Mas Toni namanya. Ia menjelaskan perjuangan membangun usaha olahan singkong. Menurutnya, sebelum ada sentra produksi olahan singkong, desa itu terbelah menjadi dua kelompok yang saling berseberangan.
Kelompok pertama merupakan kumpulan orang yang suka mengambil barang milik orang lain dan melakukan kejahatan lainnya. Sementara, kelompok kedua adalah para santri yang berperilaku soleh.
Karena di kampung tersebut banyak tumbuh singkong, terdapat ide untuk membuat berbagai olahan dari singkong dengan mengajak semua kelompok. Dan ternyata melalui telo, bisa mretheli perkoro sing olo. Melalui singkong, hal-hal buruk lambat laun hilang dan kemakmuran mulai terlihat makin nyata.
Keprihainan Mas Toni dan komunitasnya sangat besar, hingga muncul gagasn mendirikan Wisata Edukasi khusus persingkongan. Dari sanalah, muncul identitas baru Kampung Singkong.(bersambung)