HUT ke -12, Aliansi Kebangsaan Gelar Orasi Visi Indonesia dan Luncurkan Podcast Tiga Ranah Pancasila

Jakarta,Koranpelita.com

Rayakan HUT ke-12, Aliansi Kebangsaan Luncurkan Podcast Tiga Ranah. Peringatan hari ulang tahun Aliansi Kebangsaan ini ditandai dengan pemotongan tumpeng yang dilakukan langsung oleh Ketua Umum Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo.

Peluncuran podcast Tiga Ranah Pancasila “Saatnya Cendekiawan Berbicara” sebagai media untuk lebih mendekatkan diri kepada generasi muda ini berlangsung secara hybrid di Hotel Sultan tersebut dihadiri Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo, Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet), Ketua PEPABRI Agum Gumelar, Linda Agum Gumelar, pengusaha Aburizal Bakri, Pimpinan Redaksi Kompas Ninok dan sejumlah tokoh nasional. Orasi Visi Indonesia dibawakan oleh Budayawan Garin Nugroho.

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo, yang akrab disapa Bamsoet. Saat memberikan sambutan Bambang mengapresiasi perjalanan Aliansi Kebangsaan sejauh ini.

Bagi lembaga MPR, Aliansi Kebangsaan adalah mitra penting dan strategis. Ada kesamaan visi dan kepedulian terutama dalam memaknai urgensi pembangunan wawasan kebangsaan.

Selama 12 tahun berkiprah, Aliansi Kebangsaan tetap konsisten menghadirkan narasi-narasi kebangsaan yang mencerahkan sekaligus mencerdaskan.

“Eksistensi Aliansi Kebangsaan ibarat oase di tengah minimnya pemikiran kritis dan gagasan konstruktif dalam wawasan kebangsaan,” kata Bamsoet, di Jakarta, Jumat 28 Oktober 2022.

Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila dan Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia ini mengambil contoh gagasan yang dimaksud.

“Yaitu adanya wacana paradigma Pancasila dalam pembangunan nasional ke dalam tiga ranah, yaitu tata nilai, tata kelola, dan tata sejahtera,” ujarnya.

Aliansi Kebangsaan juga dinilai juga mampu menjembatani MPR dalam membangun sinergi dan kolaborasi dengan berbagai entitas kebangsaan lainnya. Misalnya, Asosiasi Ilmu Politik Indonesia, Forum Rektor Indonesia, dan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Dengan mengedepankan sikap inklusif dan merangkul semua pihak, menjadikan kerjasama MPR dengan Aliansi Kebangsaan bisa berjalan baik dan optimal.

“Selaras dengan visi kelembagaan MPR, sebagai ‘Rumah Kebangsaan’ yang mewadahi berbagai arus pemikiran dan dinamika kebangsaan,” kata Bamsoet yang juga Wakil Ketua Umum Partai Golkar.

Sinergi dan kolaborasi yang telah sukses dibangun MPR dengan Aliansi Kebangsaan antara lain dalam penyelenggaraan forum seminar kebangsaan dan focus group discussion.

Kerjasama ini dibangun untuk menghadirkan ruang konsensus bersama berbagai entitas dalam pergumulan Indonesia yang bhineka, dalam upaya membangun peradaban Pancasila.

Bamsoet berpendapat, dengan mengangkat isu-isu kebangsaan yang relevan dan kontekstual, penyelenggaraan diskusi konstruktif dapat menggugah kesadaran kolektif tentang persoalan-persoalan mendasar dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan.

Selain itu, menggalang tanggungjawab intelektual, untuk turut memberikan kontribusi pemikiran dalam mengupayakan transformasi sosial.

Sementara itu, Garin Nugroho dalam Orasi Visi Indonesia memberikan dua catatan penting terkait soal kebangsaan Indonesia. Pertama adalah terkait kewarnageraan Indonesia. Menurutnya, secara formal, kita semua adalah warga negara berbasis syarat formal adminitrasi dan hukum.

“Namun benarkah kita menjadi warga negara seperti yang dinyatakan Aristoteles, sebuah warga yang aktif berpatisipasi sesuai tujuan besama. Dalam pengertian umum, warga negara  adalah  warga yang memiliki pemahaman sejarah dan tujuan negara, berpartisipasi secara aktif dalam memajukan bangsa dan negeri termasuk membangun visi keIndonesiaan , sekaligus memberi sumbangsih berkarya sekecil apapun ataupun besar dalam skala mengelola proses cita-cita berbangsa,” tegasnya.

Catatan kedua, apakah ada strategi kebudayaan? Sejarah mencatat, negeri ini telah berusaha membangun esensi masyarakat sebagai warga negara dengan politik dan ekonomi sebagai panglima. “Namun pernahkah kita berkehendak menjadikan  budaya sebagai panglima, ketika pertanyaan sekecil apapun atas tujuan berbangsa adlah sebuah oasis kebudayaan?” tukas Gari.

Garin mengungkapkan dilema terbesar, seringkali kata “ Kebudayaan “ ditafsir dalam arti sempit, yakni bentuk-bentuk kesenian khsusunya kesenian traditional dalam pengertian mikro, bahkan  kemudian ditafsir tidak mengandung kerja ekonomi dan kerja politik yang strategis bagi sebuah pemerintahan di era industrial ini. Sebuah pandangan sempit yang menjadikan visi berbangsa terikut sempit dan kerja politik ekonomi  penuh krisis dan inkonsistesi, serta totaliter pada paradigam sepihak ekomoni ataupun politik.  Layaknya filsof yang mengatakan, sebuah bangsa yang tidak  bertumpu pada kebudayaan akan menjadi binatang totaliter.

Garin menilai kebudayaan memilki dua perspektif, yakni  sebagai cara kerja, rasa dan cipta. Perspektif lebih luas  yang sangat penting, kebudayaan  sebagai cara berpikir, bekerja, bertindak dan bereaksi suatu bangsa , lewat seni, sains dan teknologi serta etika , di tengah perubahan dunia yang terus berubah dan terus direspond . Ia menghidupi dan dihidupi dalam  filsosofi, hukum dan perwujudtannya secara nyata dalam ruang sosiologis sehari-hari Kesemuanya itu dilakukan lewat kerja strategi kebudayaan.

Di tengah berkecamuknya pertanyaan apakah sudah menjadi warna negara dan bagaimana kebudayaan harus dijadikan sebuah strategi dalam membangun keindonesiaan, Garin menilai Aliansi Kebangsaan di bawah kepemimpinan Pontjo Sutowo, telah mampu mendorong kita semua untuk menjadi warga negara dengan hak dan kewajiban yang tertera di konstitusi, tidak sekadar menjadi warga konsumen , warga penggemar dan warga follower. Kalapun budaya dan strategi kebudayaan mendapatkan penekanan, sesungguhnya forum ini , menjadi bagian mengelola strategi budaya sebagai cara berpikir, bekerja, bereaksi dan bertindak di tengah perubahan geo-politik, geo-ekonomi-geo sosal dan alam yang terus berubah.

“Terimakasih Aliansi Kebangsaan, membawa kita beraliansi dalam kerja strategi  budaya yang tidak mungkin dilakukan tanpa kebersamaan sebagai ekosistem , terimakasih  mendudukkan dan mengumpulkan  kita semua sebagai warga negara dalam Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa,” jelas Garin

Tiga Ranah Pancasila

Pada kesempatan yang sama,Ketua Umum Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo, mengatakan peringatan hari ulang tahun ke-12 Aliansi Kebangsaan yang bertepatan dengan momentum peringatan Hari Sumpah Pemuda, bisa jadi ada pesan tersirat untuk Aliansi Kebangsaan.

Pesan kebangsaan yang ingin dibangun dan diwujudkan bersama yaitu mendobrak sekat-sekat primordialisme dan sekat-sekat ego-sentris.

Di tengah kemajemukan Indonesia sebagai sebuah bangsa, salah satu cara untuk dapat bertahan dari pusaran peradaban dan dinamika zaman, adalah dengan mentransformasikan setiap diri sebagai bagian dari satu ke-Indonesiaan.

Terkait podcast Tiga Ranah Pancasila yang diluncurkan ini memiliki semangat membumikan Pancasila dan menggaungkan suara Cendekiawan. Pontjo berharap cendekiawan mendapat tempat yang lebih luas lagi.

“Kami berharap kehadiran podcast ini mendapat sambutan dan dukungan dari para penggiat isu kebangsaan dan tentu saja pecinta negeri ini, kita semua,” tuturnya. (Vin)

About ervin nur astuti

Check Also

Kecam Sikap Represif, Mabes Polri Temui Forum Aktivis dan Guru Besar

Jakarta, Koranpelita.com Kadiv Propam Polri, Inspektur Jenderal Abdul Karim, mengadakan pertemuan dengan aktivis dan akademisi …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca