Jakarta,koranpelita.com.
Pembangunan bendung di sungai merupakan langkah yang dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk meninggikan muka air di sungai. Langkah ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas irigasi guna menjaga ketersediaan air dan ketahanan pangan. Namun, proses pembangunan bendung tersebut biasanya membutuhkan waktu yang relatif lama dan kompleks jika dilakukan secara konvensional.
Hal tersebut membuat James Zulfan, seorang ASN muda di Kementerian PUPR, tergelitik untuk menjawab tantangan tersebut, dengan inovasi Teknologi Bendung Modular, sebuah inovasi untuk menghemat waktu dan biaya pembangunan infrastruktur tersebut.
“Teknologi ini menggunakan modul blok beton terkunci yang didesain khusus untuk kepraktisan di lapangan sehingga dapat menghemat waktu dan biaya pembangunan sampai 40 persen,” ujar James, yang saat ini bertugas di Balai Hidrolika dan Geoteknik Keairan Kementerian PUPR sebagai Fungsional Perekayasa Muda.
Menurutnya, Teknologi Bendung Modular terbukti membuat pembangunan bendung menjadi lebih mudah, lebih murah, dan lebih cepat. Proses konstruksi pun tidak memerlukan alat berat dalam pemasangan bekisting, sehingga memudahkan daerah pelosok dengan akses jalan yang sulit untuk menerapkan inovasi ini.
Bendung ini terbuat dari modul blok beton precast yang dirancang khusus dengan dimensi dan berat yang bisa diangkut dan dipasang manual oleh tenaga manusia.
“Seperti main Lego, setelah dipasang masih dapat kekuatan dan fungsi yang sama dengan bendung konvensional,” imbuh pria yang menamatkan pendidikan magisternya di IHE Delft Institute Belanda ini.
Inovasi tersebut, lanjutnya, dapat dikolaborasikan dengan program padat karya, dimana masyarakat dapat mencetak modul blok beton di lapangan sekaligus mengerjakan pembangunannya. ” Dengan begitu, partisipasi masyarakat dapat ditingkatkan dan bahkan menjadi penggerak roda perekonomian masyarakat sekitar. ”
Namun menurutnya, Prototipe Bendung Modular pertama dibangun pada tahun 2013 di Sungai Cikarag, Provinsi Jawa Barat. Setelahnya, di tahun 2016 inovasi ini diterapkan di Sungai Kalisade, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan pada tahun 2019 Sungai Gugubali, Morotai, Provinsi Maluku Utara turut membangun bendung ini.
Di umur yang terbilang muda, kiprah James di bidang Sumber Daya Air telah mendapatkan banyak penghargaan dari dalam dan luar negeri. Presiden Joko Widodo turut menyampaikan apresiasinya dengan mengunggah foto inovasi tersebut di akun media sosialnya pada Oktober 2019 lalu.
” Yang jelas inovasi ini turut mendapatkan penghargaan Euraxess ASEAN dan menjadi finalis dalam kompetisi inovasi internasional di Berlin, Jerman. Inovasi tersebut juga membawanya menjadi salah satu peraih Piala Adhigana setelah dirinya berhasil menjadi Top 3 The Future Leader dalam ajang Anugerah ASN 2021 yang digelar Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB),” ungkapnya.
Hingga saat ini, James telah memiliki tujuh paten teknologi terkait yang sudah didaftarkan, 16 karya tulis ilmiah nasional, dan 13 karya tulis ilmiah internasional. Ia berharap, semoga teknologi ini dapat diintegrasikan dengan sistem konstruksi modern. “Agar terobosan ini dapat diproduksi secara masif,” pungkasnta.(sup)