Pekalongan, Jawa Tengah
Era digital merupakan era dimana segala sesuatu lebih mudah untuk didapatkan hanya dengan beberapa sentuhan, tidak terkecuali dalam informasi. Di tengah kondisi pandemi intensitas penggunaan teknologi meningkat dratis. Maka itu, diperlukan edukasi tambahan terkait literasi digital agar dapat mengimbangi perkembangan teknologi digital.
Literasi digital merupakan kecakapan (life skills) yang tidak hanya melibatkan kemampuan menggunakan perangkat teknologi, informasi, dan komunikasi, tetapi juga kemampuan bersosialisasi, kemampuan dalam pembelajaran, dan memiliki sikap, berpikir kritis, kreatif, serta inspiratif sebagai kompetensi digital. Jika hanya berbekal kemampuan mengoperasikan komputer atau telepon pintar dirasa kurang dalam menangkal hoax yang sering ditemui di media digital.
“Literasi informasi menjadi fondasi kemampuan literasi digital. Tanpa kemampuan untuk menemukan dan mengevaluasi informasi secara kritis, kita akan kesulitan dalam bersosialisasi dan belajar di dunia digital,” urai Pustakawan Utama Perpustakaan Nasional RI Dedi Junaedi pada kesempatan Webinar “Digital Literacy and Hoax Busting” yang diselenggarakan IAIN Pekalongan, Sabtu, (21/8/2021).
Literasi digital, tambah Dedi, memungkinkan seseorang untuk melakukan Analisa terkait sudut pandang yang digunakan orang lain serta memahami dalam membuat konten digital. Literasi digital akan menopang siapapun dalam mengelola kemampuan literasi, seperti berbicara, mendengarkan, dan berpikir kritis.
Yang diperlukan adalah memaksimalkan keberadaan ruang digital untuk memberdayakan masyarakat ketika mencari, menggunakan, atau bahkan menciptakan informasi secara efektif untuk memenuhi tujuan pribadi, sosial, pekerjaan, dan pendidikan.
iPusnas merupakan salah satu upaya Perpusnas memenuhi ruang digital masyarakat yang mampu menyediakan informasi maupun pengetahuan yang shahih.
iPusnas memuat 73.112 judul dengan 889.597 eksemplar yang bisa diakses masyarakat seluas-luasnya tanpa bayar. Hingga saat ini tidak kurang 1.462.152 jumlah pengguna, dan sebanyak 12.517.639 telah mengakses koleksi iPusnas.
Selain iPusnas, Perpusnas juga menyediakan Pojok Baca Digital (Pocadi) yang tersebar pada sejumlah ruang publik. Pocadi adalah tempat membaca yang berisikan koleksi buku cetak dan buku digital (e-book). Koleksi e-book yang ada di Pocadi berasal dari konten yang tersimpan pada lokal server dan iPunas.
Semua bisa dipinjam dan diunduh mengunakan aplikasi iPusnas. Pocadi juga dilengkapi dengan perangkat pop up dan aplikasi untuk media promosi, kegiatan serta koleksi e-book, audio dan video.
Sementara itu pada kesempatan yang sama, Duta Baca Indonesia (DBI) Gol A Gong menambahkan kemampuan literasi digital amat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Ada nilai ekonomi dan pasar (market) yang besar karena penduduk Indonesia sudah mencapai 270 juta jiwa, sedangkan jumlah handphone yang beredar menembus angka 370 juta.
Di tambah lagi data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) yang mengatakan lebih dari separuh penduduk Indonesia sudah terkoneksi dengan internet.
Artinya, ini adalah peluang yang jika mampu dikelola dengan baik akan mendatangkan nilai ekonomis dan mampu menggerakkan roda ekonomi. Maka, keberadaan Perpusnas dengan program unggulan, seperti inklusi sosial kesejahteraan adalah jawaban untuk memaksimalkan potensi masyarakat. “Siapapun dari kita akan berdaya dengan buku asal mampu memahami makna yang terkandung dalam setiap bahan bacaan, ” jelas Gol A Gong.
Selain menghadirkan kedua narasumber, Webinar juga mengetengahkan pemateri Ketua Umum Siberkreasi, Yosi Mokalu, dan Civil Society Organization (CSO) Anti Hoax/MAFINDO, Anita Wahid. (Vin)