Ubah Pola Transportasi Demi Kualitas Hidup Masyarakat Urban Jabodetabek

Jakarta,Koranpelita.com

Pola dan kebiasaan hidup bertransportasi menggunakan kendaraan pribadi ternyata berkorelasi langsung dengan permasalahan kesehatan dan kualitas hidup.

Kebiasaan masyarakat menggunakan kendaraan pribadi baik mobil maupun sepeda motor untuk bekerja dan beraktivitas sehari-hari membuat masyarakat cenderung kurang bergerak. Akibatnya, masyarakat urban mudah dihinggapi penyakit non infeksi misalnya diabetes, stroke, jantung.

Dampak lain dominannya penggunaan kenderaan pribadi adalah semakin memburuknya kualitas udara. Padahal dengan beralih menggunakan angkutan umum massal dan pemanfaatan berjalan kaki serta bersepeda selain akan berdampak positif terhadap kesehatan pribadi juga akan membuat kondisi udara yang lebih bersih dan ramah lingkungan.

“Untuk itulah kami sangat berterima kasih kepada Kemenkes (Kementerian Kesehatan) atas sinerginya dalam Gerakan Jalan Hijau. Program Kemenkes yaitu Germas atau Gerakan Masyarakat Hidup Sehat secara substantif sejalan dengan Gerakan Jalan Hijau. Gerakan Jalan Hijau ini secara langsung maupun tidak langsung juga dapat mendukung Germas, sehingga kami berharap kerjasama diantara dua sektor ini dapat terus berlangsung di masa mendatang,” ujar Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Polana B. Pramesti saat acara Virtual Event Kampanye Jalan Hijau
Achievement Award 2021 di Jakarta (20/4/2021).

Hadir juga dalam Virtual Event Kampanye Jalan Hijau Sekretaris Jenderal Kemenkes drg. Oscar Primadi Dalam sambutannya Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Oscar Primadi menyambut baik ajakan BPTJ Kementerian Perhubungan untuk bersinergi dan berkolaborasi mengkampanyekan Gerakan Jalan Hijau. Menurutnya, hasil Riskesdas Tahun 2018 menunjukkan ketidakaktifan fisik di Indonesia meningkat menjadi 33,5% seiring dengan peningkatan angka obesitas menjadi 21,8%.

Ketidakaktifan fisik memicu peningkatan kejadian penyakit tidak menular. Prevalensi penyakit tidak
menular di Indonesia pada tahun 2018 juga meningkat, diantaranya kanker meningkat dari 1,4% menjadi 1,8%, diabetes meningkat dari 1,5% menjadi 2,0%, stroke meningkat dari 7,0% menjadi 10,9% dan hipertensi 8,4%.

Ketidakaktifan fisik akan memicu masalah kesehatan

Pada kesempatan yang sama Polana juga mengatakan, seandainya masyarakat mau mengubah pola transportasinya dari naik kendaraan pribadi beralih menggunakan angkutan umum massal dan pemanfaatan berjalan kaki serta bersepeda / Non-Motorized Transportation (NMT) atau yang disebut sebagai Gerakan Jalan Hijau bukan hanya akan membuat ancaman berbagai penyakit non infeksi bisa diminimalisir, tetapi juga menciptakan kondisi ramah lingkungan yang secara langsung akan berdampak pada peningkatan kualitas hidup masyarakat urban di Jabodetabek. “Oleh karena itulah, agar Gerakan Kampanye Jalan Hijau lebih mudah diterima publik, BPTJ memandang perlu untuk mensinergikannya dengan isu-isu publik lainnya seperti isu kesehatan yang erat kaitannya dengan permasalahan transportasi perkotaan,” tutur Polana.

Kualitas hidup masyarat Jabodetabek, kata Polana, memang sangat terkait dengan kualitas udara.

Data menyebut kualitas udara Jakarta dan daerah sekitarnya cenderung buruk bahkan beberapa kali menempati ranking atas dibanding kota-kota lain di dunia. Sementara itu transportasi menyumbang sekitar 40 % atas buruknya kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya.

Dengan semakin banyak masyarakat Jabodetabek yang berpindah ke angkutan umum massal dan memanfaatkan non motorized transportation secara langsung ikut berpartisipasi dalam meningkatkan kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya.

Lebih lanjut Oscar menambahkan bahwa masyarakat harus melakukan perubahan pola perilaku untuk mengantisipasi masalah kesehatan ini. Inpres nomor 1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan kebijakan pemerintah yang diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan masyarakat berperilaku sehat melalui aktivitas fisik, gizi seimbang, perilaku hidup bersih dan sehat, lingkungan sehat, serta pencegahan dan deteksi dini
penyakit. Implementasi GERMAS membutuhkan keterlibatan lintas sektor untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, dapat hidup produktif dan terhindar dari Covid-19.

“Saya menyambut baik upaya Kampanye Jalan Hijau yang mendorong semaksimal mungkin masyarakat berpindah dari kendaraan (bermotor) pribadi ke angkutan umum massal dan berjalan kaki sejalan dengan upaya Pembudayaan Aktivitas Fisik dalam Kampanye GERMAS yang tertuang dalam Inpres No 1 tahun 2017. Hal ini merupakan bukti sinergi dan kolaborasi antar instansi pemerintahan,” ujar Oscar.

BPTJ Kementerian Perhubungan dalam kesempatan virtual event ini juga memberikan apresiasi dan penghargaan kepada para stakeholder yang telah berperan aktif memfasilitasi dan mendorong masyarakat untuk melakukan aktivitas bersepeda dan berjalan kaki sebagai realisasi Non-Motorized Transportation (NMT).

Mereka yang mendapatkan apresiasi yaitu: Bike to Work Indonesia; Koalisi
Pejalan Kaki; Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPPB); PT Kereta Commuter Indonesia (PT KCI); PT Mass Rapid Transit (PT MRT Jakarta); PT LRT Jakarta; PT Transportasi Jakarta; Operator JRConnexion (Perum PPD, PT Eka Sari Lorena Transport, PT Sinar Jaya Megah Langgeng, PT Wifend Darma Persada, PT Royal Wisata Nusantara); serta Dinas Perhubungan DKI Jakarta. (Vin)

About ervin nur astuti

Check Also

The 2nd Made in INDONESIA EXPO 2025 Buka Peluang Produk Indonesia Kuasai Timur Tengah

JAKARTA,KORANPELITA.COM – Saat ini adalah waktu yang tepat bagi pengusaha Indonesia untuk memasuki dan memasarkan …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Pertanyaan Keamanan *Batas waktu terlampaui. Harap selesaikan captcha sekali lagi.

Eksplorasi konten lain dari www.koranpelita.com

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca